Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 26 Jan 2019, 01:00 WIB

The Lost World Castle

Foto: FOTO-FOTO: koran jakarta/aloysius widiyatmaka

Episode terakhir rangkaian tulisan wisata kaki Gunung Merapi sampai pada kastil yang dibangun di tengah hutan. Inilah The Lost World Castle. Dia menjadi tujuan utama destinasi "Lost World" di Kelurahan Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Pada waktu bangunan masih belum setengahnya, sudah terdengar bahwa objek ini dihentikan karena masuk zona merah alias daerah bahaya dari serbuan letusan Gunung Merapi, namun akhirnya tetap berlanjut. Meski begitu, sampai awal tahun 2019, The Lost World Castle (LWC) belum 100 persen rampung. Banyak pekerja yang terus menyelesaikan bangunan. Sayangnya, pekerjaan kasar yang mestinya dilakukan kaum pria, tampak begitu banyak melibatkan kaum wanita.

Awalnya, LWC bernama Benteng Takeshi. Ada pula yang memberi nama Tembok Besar Tiongkok. Maklum di pinggir-pinggir kompleks "kastil" ini memang dikelilingi tembok besar yang menyerupai The Great Wall of China. Untuk mengingat "hilangnya" permukiman di sekitar LWC akibat disapu letusan Gunung Merapi, maka destinasi ini lalu diberi nama LWC.

Turis dari Jakarta untuk dapat sampai ke lokasi ini bisa naik pesawat Garuda Indonesia atau Sriwijaya Air dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Adisucipto Yogyakarta. Dari sini bisa menyewa taksi dengan perjalanan ke arah Kaliurang sekitar satu jam. LWC sangat eksotik. Betapa tidak, sebuah kastil raksasa berada di kaki Gunung Merapi.

LWC adalah bagian utama dari destinasi "Lost World" dengan aneka tujuan lain seperti Stonehenge, The Lost Garden, Museum Sisa Hartaku, dan Hobbit House yang terletak persis di depan atau seberang LWC.

Pascaletusan mahahebat Gunung Merapi tahun 2010, masyarakat lereng sisi selatan hancur total. Tak ada harta tersisa. Namun hidup harus terus berjalan. Masalahnya, mereka di zona merah, tak boleh tinggal lagi di rumah lama. Akhirnya, masyarakat punya ide untuk membangun LWC ini. Begitulah cerita yang pernah diungkapkan Perwakilan Paguyuban Petung The Lost World Castel Kepuharjo, Cangkringan, Sleman bernama Saukani, beberapa waktu lalu.

Gotong Royong

Masyarakat lalu gotong royong. Ada yang urun pasir, batu, dan uang. Awalnya terkumpul 300 juta rupiah. Dana inilah yang diolah untuk melahirkan LWC. Di dalam "istana" terdapat begitu banyak tempat foto beramai-ramai atau sendiri (selfie). Ada taman koboi, sepeda motor terbang seakan menuju langit, balon terbang, sayap bidadari, dan awan putih. Seperti biasa, untuk foto di dalam spot-spot tadi dikenakan biaya. Misalnya, foto di sayap bidadari atau tangga ke surga harus membayar 10.000 rupiah per orang.

Selain itu, kini tengah dirampungkan kapal besar yang biasa digunakan caribbean pirates dengan berbagai aksesorinya. LWC yang dibangun di atas 1,3 hektare lahan tersebut memanfaatkan pemandangan dan hutan Gunung Merapi. LWC hanya berjarak enam kilometer dari puncak Gunung Merapi. Maka secara otomatis, daerah ini masuk zona merah alias rawan bencana.

Bahkan sebenarnya, pemerintah Kabupaten Sleman melarang pendirian destinasi wisata ini karena dalam jangkauan bahaya bila Gunung Merapi meletus. Seperti pada letusan dahsyat tahun 2010 permukiman sekitar LWC ini luluh lantak tak tersisa disapu lahar dan awan panas yang dimuntahkan Merapi. Makanya, sebenarnya LWC ilegal.

Namun begitu, masyarakat tidak terlalu peduli dengan status hukum LWC. Mereka terus membanjiri tempat ini, terutama pada Sabtu, Minggu, dan hari-hari libur. Bahkan, harga tiket masuk pun terus naik, semakin mahal. Terakhir satu orang dikenai 30.000 rupiah. wid/G-1

Dari Sayap Bidadari hingga Trail Terbang

Bagi siapa pun, melihat The Lost World Castle (LWC) sangat mungkin akan terkagum-kagum. Bagaimana tidak, di tengah hutan begitu terdapat bangunan megah dan keren. Dari luar, model bangunannya sudah berdaya tarik tinggi. Sementara itu, di dalam kastil terdapat halaman cukup luas yang bisa untuk bermain smart balance wheel atau sepatu roda elektrik karena lantainya sudah disemen.

Mereka yang senang kenangan perjalanan bisa berfoto di sayap bidadari, balon terbang, tangga menuju surga (paradise gate), atau trail terbang. Hanya, untuk ini diperlukan tambahan biaya 10.000 per orang tiap spot. Bisa juga menyewa sepatu roda listrik untuk berputar-putar di lapangan dalam. Posisi LWC ini memang sangat bagus karena berada di ketinggian, sehingga pengunjung dapat mengambil foto dengan latar depan atau latar belakang pemandangan kehijauan hutan yang penuh pepohonan yang terletak di kerendahan.

Dari puncak kastil, jika beruntung sedang tidak mendung atau berawan, turis dapat berfoto dengan latar belakang Gunung Merapi yang gagah. Setelah itu masyarakat bisa melanjutkan perjalanan menyusuri "Great Wall of China" dari atas melingkar menuju bagian bawah berupa Black Pearl, sebuah kapal fiksi dalam serial film Pirates of the Caribbean.

Black Pearl mudah dikenali dari lambung dan layar hitam khasnya. Tapi yang ini belum selesai. Dia diangkat dari dasar laut oleh Davy Jones setelah membuat perjanjian dengan Jack Sparrow yang telah mengubahnya menjadi Black Pearl. Hanya, pada awal tahun 2019 kapal tengah dirampungkan. Barangkali kalau sudah selesai bakal bagus.

Di bagian sayap ada Wild Wild West yang di dalamnya terdapat tenda kemahnya. Di bagian bawah pengunjung dapat berfoto dengan "manusia" buatan yang tinggal rangka tubuhnya. Mungkin ini untuk menggambarkan para korban letusan Gunung Merapi tahun 2010 yang menelan banyak korban. "Ngeri, takut sekali," kata Patrice (7), saat ditanya, usai berfoto dengan "kerangka" manusia buatan tersebut.

Kalau mau membayar tiket 25.000 rupiah, pengunjung dapat mencoba keberanian dengan menonton film 9 dimensi. Ini pengalaman seru juga. Apalagi penonton tidak duduk, tetapi berdiri di atas papan yang sepertinya terbuat dari baja. Saat film berlangsung, untuk menambah kengerian, dari belakang petugas akan menggoyang-goyang tempat berdiri penonton yang terus berteriak-teriak. Ada kengerian, keseruan, dan histeris.

Itulah beberapa spot yang dapat dinikmati di LWC. Kalau belum lelah masih bisa menyusuri tembok dan menikmati pemandangan Gunung Merapi atau di bagian agak bawah tembok bisa melihat bunga-bunga buatan. wid/G-1

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: Aloysius Widiyatmaka

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.