Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Operasi Moneter | Bunga Acuan the Fed Berpotensi Naik 25 Basis Poin hingga Akhir 2023

The Fed Berpeluang Naikkan FFR

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Fed diperkirakan mempunyai ruang untuk kembali ke jalur normalisasi moneter melalui instrumen kenaikan suku bunga acuan. Faktor inflasi tinggi masih menjadi pertimbangan the Fed menaikkan bunga acuan di sisa waktu tahun ini.

Ekonom Senior Bank Mandiri, Faisal Rachman, memproyeksikan Bank Sentral AS (the Fed) akan meningkatkan suku bunga acuan atau Fed Funds Rate (FFR) di tingkat 5,75 persen pada sisa akhir 2023.

"Proyeksi FFR untuk tahun ini tetap sebesar 5,75 persen, sejalan dengan proyeksi Juni. Namun, diperkirakan meningkat menjadi 5,25 persen pada 2024, meningkat dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,75 persen," kata Faisal, di Jakarta, Sabtu (23/9).

Dalam pertemuan Federal Open Market Commitee (FOMC), pada Rabu (20/9), the Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,25-5,50 persen. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam 22 tahun terakhir. Hal tersebut mengindikasikan potensi kenaikan suku bunga tambahan di akhir tahun karena inflasi yang terus berlanjut.

The Fed menekankan keputusannya akan bergantung pada penilaian berkelanjutan terhadap data yang masuk dan perkembangan prospek ekonomi serta risiko terkait.

Faisal memandang terdapat prospek yang lebih optimistis terhadap pertumbuhan produk domestik bruto AS pada 2023, yang kini diperkirakan mencapai 2,1 persen, serta memprediksi sebesar 1,5 persen pada 2024.

Dalam mengatasi inflasi juga diperkirakan memerlukan periode pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata dan kondisi pasar tenaga kerja yang moderat.

Faisal menilai ke depan, the Fed siap menaikkan suku bunganya lebih lanjut jika dianggap perlu dan bermaksud untuk mempertahankan kebijakannya pada tingkat yang restriktif hingga yakin bahwa inflasi secara konsisten bergerak menuju target 2 persen.

"Dibandingkan dengan Summary of Economic Projections, median proyeksi suku bunga the Fed pada akhir tahun ini tidak berubah, namun meningkat sebesar 50 bps pada dua tahun berikutnya," ujar Faisal.

Lebih lanjut, menurutnya, saat ini the Fed memandang kebijakan moneter saat ini bersifat restriktif, sehingga memberikan tekanan pada aktivitas ekonomi, lapangan kerja, dan inflasi.

Berdasarkan indikator-indikator saat ini yang menunjukkan adanya ekspansi yang kuat dalam aktivitas ekonomi, melampaui ekspektasi pertumbuhan PDB riil tahun ini, khususnya belanja konsumen telah menunjukkan kekuatan yang besar.

Dari sisi domestik Indonesia, Faisal memprediksi bahwa Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga atau BI-7DRRR pada level 5,75 persen hingga sisa tahun 2023 untuk menjaga stabilitas.

Laju inflasi Indonesia menurun dan saat ini berada dalam kisaran sasaran 2-4 persen. Dia menilai inflasi akan terus menurun dan tetap berada dalam kisaran target hingga akhir 2023.

Pro Pertumbuhan

Di sisi lain, Ekonom dari PT Bahana TCW Investment Management, Emil Muhamad, memperkirakan the Fed akan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,5 persen hingga akhir 2023. "Kami memperkirakan suku bunga the Fed dan BI 7-day Reserve Repo Rate tidak akan bergerak hingga akhir tahun meski dalam jangka pendek masih ada tekanan inflasi," kata Emil Muhamad dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (19/9).

Emil menuturkan saat ini bank sentral global sudah mulai menyadari pentingnya mendukung pertumbuhan ekonomi, meski dalam jangka pendek masih ada tekanan inflasi.

Menurut dia, bank sentral secara global akan lebih mempertimbangkan prospek pertumbuhan dan inflasi di tahun depan.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top