Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Thailand Berburu Harta Karun di Situs Kuno yang Hilang

Foto : AFP/MANAN VATSYAYANA

Situs Sejarah | Arkeolog Tanachaya Tiandee berpose di situs sejarah Si Thep yang ada di Provinsi  Phetchabun, Thailand, pada Kamis (14/9) pekan lalu. Situs kompleks kota tua ini selama puluhan tahun mengalami penjarahan sehingga Thailand saat ini harus berjuang keras untuk memulangkan kekayaan budayanya yang dicuri. 

A   A   A   Pengaturan Font

Di bawah terik Matahari, arkeolog Thailand bernama Tanachaya Tiandee memanjat reruntuhan pagoda di kota kuno Si Thep untuk mencoba mengungkap misterinya. Tugas itu menjadi lebih sulit karena ada bagian dari teka-teki yang hilang akibat terjadinya penjarahan selama puluhan tahun.

Thailand mempunyai banyak koleksi situs bersejarah, namun penjarahan pihak asing telah melucuti banyak situs tersebut sehingga negara tersebut harus berjuang keras untuk memulangkan kekayaan budayanya yang dicuri.

"Gambaran besar seperti bangunan itu telah ditemukan, namun artefak yang menceritakan sedikit detailnya telah hilang, membuat banyak cerita tak terungkap tentang Si Thep," kata Tanachaya kepadaAFP. "Sepertinya ada potonganpuzzleyang hilang," imbuh dia.

Kompleks seluas 400 hektare, yang menurut para arkeolog berusia antara 1.500 hingga 1.700 tahun yang lalu itu, mungkin akan dimasukkan dalam daftar warisan budaya dunia UNESCO pada awal pekan ini dan pendaftaran ini merupakan penambahan pertama di Thailand sejak tahun 1992.

Saat Tanachaya, 33 tahun, dengan hati-hati menggali konstruksi batu kuno, dia menghadapi tugas sulit untuk menyatukan kisah-kisah Si Thep, yang terletak sekitar 200 kilometer di utara Bangkok. Diyakini bahwa selama bertahun-tahun, setidaknya 20 benda telah dicuri dari situs tersebut, dan para ahli mengidentifikasi 11 benda di museum di Amerika Serikat (AS).

Jumlah sebenarnya benda yang dijarah diduga jauh lebih banyak karena kurangnya dokumentasi. Kini Tanachaya, yang ketika masih muda memutuskan ingin menjadi karakter film Indiana Jones versi Thailand, dan rekan-rekannya menghadapi pencarian mereka secara sendiri dan bertanya-tanya bisakah mereka membawa pulang kekayaan budayanya?

Pemerintah Thailand, yang pada saat itu dipimpin oleh militer, membentuk Komite Pemantau Barang Antik Thailand di Luar Negeri pada tahun 2017. Sekitar 340 benda telah dipulangkan secara sukarela ke Thailand sejak saat itu, menurut laporan terbaru komite tersebut.

Namun proses itu berjalan lambat karena sebagian karena pejabat pemerintah khawatir akan membahayakan hubungan diplomatik dengan sekutu penting seperti AS.

"Sebaliknya, pihak berwenang Thailand justru menempuh jalur diplomatik yang bijaksana," tutur Direktur Jenderal Departemen Seni Rupa Thailand,Phnombootra Chandrachoti. "Kami tidak akan mempercepat apa pun," imbuh dia kepadaAFP.

Museum Norton Simon, yang terletak di Negara Bagian California, AS, menyimpan sembilan artefak Thailand, termasuk satu artefak yang menurut pakar independen berasal dari taman Si Thep, menurut pernyataan komite baru-baru ini. "Benda-benda tersebut termasuk di antara 32 benda yang tersebar di museum-museum di seluruh AS," kata komite tersebut.

Norton Simon, menurut para penyelidik, hanyalah salah satu dari sejumlah institusi AS, termasuk Metropolitan New York dan Asian Art Museum di San Francisco, yang disebutkan dalam skandal yang berkembang seputar seni, yang telah memindahkan secara ilegal dari negara asalnya.

Pihak museum mengatakan kepadaAFPbahwa mereka belum mendengar kabar dari pemerintah Thailand, namun akan bekerja sama dengan pihak berwenang jika dihubungi, dan membela diri untuk menyimpan barang-barang tersebut. Karya-karya tersebut, yang diklaim dibeli secara sah, telah dilestarikan dan dipamerkan dengan hati-hati, kata Leslie Denk, wakil presiden urusan eksternal lembaga tersebut.

Dilema Pariwisata

Sejarawan Thailand menghadapi dilema lain yaitu upaya Si Thep untuk menjadi situs UNESCO dapat meningkatkan perekonomian lokal, namun hal ini juga dapat membuat situs kuno yang rapuh tersebut berada dalam tekanan.

Saat ini, hanya satu persen pengunjung ke Phetchabun, provinsi tempat Si Thep berada, adalah orang asing, menurut data resmi pada 2019.

Pemerintah Thailand berharap penunjukan UNESCO akan membantu meningkatkan sektor pariwisata kerajaan, yang menyumbang hampir 20 persen PDB negara tersebut.

Namun, ada kekhawatiran mengenai konservasi. Situs ini hampir mencapai kapasitas penuhnya yaitu sekitar 2.000 wisatawan setiap hari, kata kepala Taman Sejarah Si Thep, Sittichai Pooddee.

"Kami akan mencoba untuk menyeimbangkan semuanya. Kami akan mencoba untuk tidak melakukan promosi yang berlebihan," kata Sittichai.

Barang yang hilang berarti ada kesenjangan dalam catatan, sehingga semakin sulit memuaskan rasa ingin tahu wisatawan yang mengunjungi situs tersebut, kata sejarawan Thailand bernama Tanongsak Hanwong.

"Artefak mengagungkan peradaban masa lalu Thailand, dan ketika beberapa bagiannya hilang, kita terjebak dan tidak bisa menceritakan bagian penting dari kisah tersebut kepada dunia," kata Tanongsak. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top