Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
“True Shallot Seed”

Teknologi Alternatif Benih Bawang Merah

Foto : koran jakarta/nanik ismayanti
A   A   A   Pengaturan Font

Teknologi TSS jauh lebih efisien dibandingkan dengan metode umbi bibit yang selama ini digunakan para petani bawang merah.

True shallot seed (TSS) menjadi sumber benih alternatif yang dikembangkan Balai penelitian tanaman sayuran (Balitsa), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbang) Kementerian Pertanian untuk budidaya bawang merah. Teknologi baru ini dinilai lebih efisien dari metode konvensional.

Petani bawang merah di Indonesia selama ini mengunakan umbi bawang merah sebagai benih atau bibit ulah pertanaman bawang mereka. Mereka biasanya mengembangkan sendiri bawang merah yang akan digunakan sebagai umbi bibit.

Selama ini, penggunaan umbi bawang merah sebagai bibit dinilai kurang efisien dalam budidaya bawang merah. Daya simpan bibit umbi bawang merah umumnya tidak mampu bertahan lama.

Rata-rata umbi bawang merah hanya mampu bertahan hingga empat bulan. Selebihnya, kualitas umbi bawang merah sebagai bibit akan menurun dan berdampak pada hasil produksi bawang merah petani.

Bibit umbi bawang merah juga tidak praktis dalam sisi transportasi. Terlebih untuk transportasi lintas provisinsi. Dampaknya akan menambah biaya produksi pada budidaya bawang merah yang tentu akan merugikan petani bawang merah itu sendiri.

Belum lagi, saat harga bawang merah di pasaran sedang tinggi, kebutuhan bawang merah sebagai bibit umbipun menjadi meningkat dan membebani biaya yang harus di keluargan untuk budidaya bawang merah.

Berdasarkan kelemahan penggunaan bibit umbi bawang merah inilah, sejak 2010 lalu, para peneliti di Balitsa, Balitbang Kementrian Pertanian memgembangan teknologi TSS sebagai alternatif untuk umbi bibit bawang putih.

"Kalau di sub tropis memang sudah lazim onion itu ditanam bijinya. Tapi karena kita kan negara tropis,memang agak susah.. Tapi kami coba kembangkan dan berhasil juga," kata Rini Rosliani, peneliti agronomi ekofisiologi dari Balitsa, Balitbang Kementrian Pertanian saat ditemui di Balitsa, Lembang, Bandung beberapa waktu lalu.

Menurut Rini, dibandingkan dengan metode tanam sebelumnya, TSS memiliki sejumlah keuntungan. Dari hasil pengujian yang dilakukan Rini dan timnya menunjukan bawah penggunaan TSS pada budidaya bawang merah mampu meningkatkan hasil panen, hampir dua kali lipat.

"Kalau dengan umbi itu satu hektarnya paling antara 10 tonan. Kalau menggunakan TSS itu bisa mencapai 18-38 ton perhektarnya," Rini menambahkan.

Hasil tersebut, lanjut Rini sebenarnya masih berada di bawah target yang ditentukan mentri pertanian. Dimana target yang diharapkan produksi bawang merah bisa mencapai 40 ton perhektarnya.

Teknologi TSS juga unggul dalam proses penyimpanan. TSS mampu bertahan antara satu sampai dua tahun. "Transportasinya juga lebuh mudah karena bentuknya biji, lebih praktis untuk dibawa, untuk dikirim juga lebih praktis tidak harus menggunakan truk-truk besar. Cucup di tenteng dengan kantong plastik," tambah Rini.

Penggunaan TSS juga jauh lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan umbi untuk bibit. Untuk luas lahan satu hektar, setidaknya diperlukan sekitar 3-5 kilogram TSS.

Sementara untuk penggunaan umbi, bibit yang diperlukan bisa mencapai 1 sampai 1.5 ton perhektarnya." Kalau harga bawang sedang mahal, bisa sampai 30 juta untuk penggunaan bibit umbi,sementara TSS sekitar 15 juta," tambah Rini. Nilai tersebut dihitung dengan perkiraan harga jual TSS di pasar saat ini yakni 3 juta rupiah per kilogramnya. nik/E-6

Lebih Optimal Diproduksi di Dataran Tinggi

Pada dasarnya produksi TSS dapat dilakukan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Namun TSS yang dihasilkan akan jauh lebih optimal jika dilakukan di dataran tinggi antara 900 sampai 1400 meter di atas permukaan laut.

Saat ini, para peneliti di Balitsa sedang mengembangkan uji coba di sejumlah wilayah. Selain di Lembang, Jawa Barat, TSS juga sedang dikembang di daerah Tobasa dan Jeneponto.

Sementara waktu tanam yang baik untuk produksi TSS adalah antara Juni dan Maret yakni menjelang musim kemarau atau pada musim kemarau. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan kerontokan bunga dan buah pada umben atau kapsul bawang merah sehingga TSS yang dihasilkan sedikit. "Di musim hujan juga sebenarnya tidak masalah. Asal dinaungi," tambah Rini.

Untuk menghasilkan TSS yang berkualitas yakni bibit biji yang bernas, ada sejumlah tahapan proses yang dilakukan. Mulai dari seleksi umbi, verbalisasi dan sejumlah tahapan lainnya.

Hingga saat ini, beberapa varietas bawang merah yang dipilih seperti varietas trisula yang memiliki aroma yang lebih wangi, tidak lembek dan umbi yang besar.

Tapi peneliti juga mengembang TSS dari varietas lain seperti Bima brebes. "Umbi yang dipilih harus umbi yang bagus. Sehat bebas dari serangan penyakit," kata Rini.

Tahap berikutnya adalah vernalisasi dimana umbi bibit kemudian divernalisasi dalam cold storage pada suhu 10 derajat celsium selama 3 sampai 4 minggu. Umbi yang mengalami vernalisasi akan menghasilkan tunas generatif yang nantinya akan tumbuh menjadi organ generatif atau bunga.

"Baru umbi yang sudah divernalisasi ini ditanam pada bedengan dan diberi perlakukan giberelin dengan bahan aktif asam giberat, pemupukan dan lain sebagainya," kata Rina.

Tahap penting lainya adalah penyerbukan. Penyerbukan bisa dilakukan dengan tangan atau dengan bantuan lebah soliter sebagai insect pollinator. Untuk mengundang lebah, maka area tanam bawang merah ditanam tanaman bunga yang menarik untuk mengundang lebah.

Pada dasarnya, menurut Rini penyerbukan bisa dilakukan dengan bantuan lalat. Sayangnya, lalat kerap meninggalkan kotoran pada bunga sehingga bisa menimbulkan penyakit. Setelah dipanen, tanaman akan dibiarkan layu secara alami untuk kemudian umbel atau kapsul akan di keringkan dengan memasukanya dalam mesin pengering.

"Proses berikutnya adalah pemisahab biji atau TSS dari kapsul. Prosesnya bisa dilakukan dengan manual tangan atau dengan mesin perontok," tambah Rini.

Sebelihnya, diperlukan sejumlah perlakukan khusus untuk mendapatkan biji TSS yang benar-benar diharapkan. Yakni biji bawang merah yang bernas dan tahan terhadap penyakit. nik/E-6

Komentar

Komentar
()

Top