Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Kebijakan Moneter I Upaya Menurunkan Inflasi Bakal Menekan Pertumbuhan

Tekanan Kenaikan Suku Bunga Global Masih Kuat

Foto : Sumber: Federal Reserve - AFP
A   A   A   Pengaturan Font

NEW YORK - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve dipandang membutuhkan kenaikan suku bunga lebih banyak ke depan, meskipun sudah ada tanda-tanda tekanan inflasi mulai mendingin dari level tertinggi.

Presiden Federal Reserve Bank of New York, John Williams, pada Kamis (19/1), di New York, mengatakan dengan inflasi yang masih tinggi dan indikasi berlanjutnya ketidakseimbangan penawaran-permintaan maka otoritas moneter jelas masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menurunkan inflasi ke target 2,0 persen secara berkelanjutan.

Dalam teks pidatonya yang akan disampaikan di hadapan Perhimpunan Analis Pendapatan Tetap di New York, Williams mengatakan menurunkan inflasi kemungkinan akan membutuhkan periode pertumbuhan di bawah tren dan beberapa pelunakan kondisi pasar tenaga kerja.

"Memulihkan stabilitas harga sangat penting untuk mencapai lapangan kerja maksimum dan harga stabil dalam jangka panjang, dan sangat penting bagi kita untuk tetap berada di jalur sampai pekerjaan selesai," kata Williams.

Williams, yang juga menjabat sebagai wakil ketua Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), tidak merinci dalam sambutannya yang telah disiapkan tentang kenaikan suku bunga yang ingin dia lihat pada pertemuan FOMC berikutnya, yang dijadwalkan pada 31 Januari-1 Februari. Namun, dia tidak menekan kembali tentang ekspektasi pasar bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 0,25 persen.

Sejumlah pejabat Federal Reserve lainnya telah menyatakan dukungan untuk penurunan laju kenaikan suku bunga.

Tahun lalu, the Fed merevisi target suku bunga jangka pendeknya lebih tinggi dengan kecepatan historis yang agresif sebagai upaya untuk melawan inflasi tertinggi yang terlihat dalam beberapa dekade. Fed bergerak dari suku bunga dana federal mendekati nol pada Maret menjadi antara 4,25 persen dan 4,5 persen pada akhir tahun. Sejumlah peningkatan tersebut terjadi dalam peningkatan 75 basis poin.

Pada pertemuan Desember, para pejabat menetapkan titik penghentian 5,1 persen untuk kenaikan suku bunga tahun ini dan meningkatkan suku bunga target mereka setengah persen atau 50 basis poin pada pertemuan itu.

Dalam pidatonya, Williams mengatakan beberapa tren ekonomi bergerak seperti yang diinginkan the Fed. Dia mengatakan inflasi akan turun menjadi 3,0 persen tahun ini dan akan kembali ke target 2,0 persen dalam beberapa tahun ke depan.

Dia berharap, pertumbuhan menjadi moderat hingga 1,0 persen tahun ini dan mengatakan perekrutan yang kuat, pengangguran yang rendah, dan pertumbuhan upah nominal yang kuat berarti pasar tenaga kerja tetap sangat ketat.

Dengan tingkat pengangguran 3,5 persen saat ini, Williams memperkirakan pengangguran naik hingga 4,5 persen sepanjang tahun, dan menggambarkan pasar kerja saat ini sebagai "sangat ketat".

Secara Bertahap

Pengamat ekonomi dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Yohanes B Suhartoko, mengatakan BI sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga AS dengan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,75 persen.

Hal itu, paparnya, merupakan langkah untuk berjaga-jaga kalau the Fed menaikkan suku bunga secara agresif, BI dapat melakukan kenaikan suku bunga tidak terlalu agresif dan bertahap.

Sementara itu, Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, mengatakan the Fed memiliki kecenderungan untuk terus menaikkan tingkat suku bunga, karena target inflasi di kisaran normal adalah 2-3 persen sementara saat ini inflasi baru turun ke level 6 persen dari Juni lalu sebesar 9 persen.

"Kalau Amerika saja sekarang inflasinya enam persen, pertanyaannya berapa inflasi Indonesia sebenarnya saat ini," katanya.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top