Tata Niaga Pangan Amburadul
Kenaikan harga beras selalu tidak menguntungkan petani sebagai produsen pangan, melainkan hanya dinikmati pedagang, khususnya pemodal besar.
JAKARTA - Lonjakan harga beras dalam beberapa waktu terakhir menunjukkan akutnya masalah tata niaga pangan nasional. Cuaca ekstrem El Nino hanya menambah masalah yang sudah lama terjadi. Ironisnya, kenaikan harga tidak terjadi di tingkat produsen pangan.
Peneliti Mubyarto Institute, Awan Santosa, menjelaskan lonjakan harga beras saat ini tidak berkorelasi dengan kesejahteraan petani. Kondisi itu menandakan masih adanya persoalan dalam produksi dan distribusi (tata niaga) pangan, termasuk beras.
"Karena itu, perlu revitalisasi peran Bulog dan demokratisasi produksi dan tata niaga pangan (beras) dengan memperkuat peran koperasi tani," tegasnya di Jakarta, Senin (26/2).
Dia menegaskan kenaikan harga beras kali ini sebenarnya tidak menguntungkan petani sebagai produsen pangan. Lonjakan harga tersebut hanya dinikmati pedagang, khususnya pemodal besar.
Adapun Presiden Joko Widodo juga menyoroti kenaikan harga beras. Dia menegaskan jajarannya agar menjaga ketersediaan dan stabilitas pangan jelang Ramadan dan Idul Fitri yang akan berlangsung pada pertengahan Maret hingga April 2024.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Muchamad Ismail
Komentar
()Muat lainnya