Target Pertumbuhan di RAPBN-2021 Dinilai Kurang Realistis
Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Fajar B Hirawan, yang diminta tanggapannya, mengatakan untuk target pertumbuhan ekonomi 4,5-5,5 persen dinilai kurang realistis. Sekalipun ekonomi sudah mulai pulih, namun paling realistis di kisaran 3-4 persen. "Jika ada Covid-19 gelombang kedua, mungkin paling maksimal 3 persen," kata Fajar.
Dibanding krisis sebelumnya pada krisis moneter 1998 di mana ekonomi berkontraksi 13,13 persen, setelah itu atau pada 1999 hanya mampu tumbuh 0,79 persen. Begitu pula saat krisis global 2008, ekonomi Indonesia tumbuh 6,01 persen, lalu turun jadi 4,5 persen pada 2009 dan kembali naik menjadi 6,22 persen pada 2010. Untuk defisit anggaran, Fajar menilai proyeksi 5,5 persen pada 2021 cukup wajar karena pemerintah masih berjibaku dengan pemulihan ekonomi.
Dihubungi terpisah, Ekonom Universitas Kebangsaan RI, Bandung, Eric Sugandi, mengatakan dengan defisit tersebut, semakin membuat ruang fiskal pemerintah tahun depan kian sempit karena sudah menambah utang dalam jumlah besar tahun ini. "Skema burden sharing dengan BI membantu pemerintah amankan defisit tahun ini. Skema itu tidak lagi dipakai tahun depan," kata Eric. n uyo/yni/E-9
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya