Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebocoran Blok ONWJ I Walhi Siap Ajukan Gugatan ke PT Pertamina (Persero)

Tanggap Darurat Bencana Minyak

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Pemda bersama PT Pertamina (Persero) sepakat untuk tenggat waktu tanggap darurat penanggulangan tumpahan minyak Blok ONWJ selama dua setengah bulan.

BANDUNG - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, berkoordinasi dengan Bupati Karawang, Celicca Nurachadiana, dan Direktur PT Pertamina EP, Nanang Abdul Manaf, terkait tumpahan minyak (oil spill) Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).

"Kami berkumpul, membahas terkait Force Majeure, kejadian luar biasa, yaitu pada tanggal 16 Juli terjadi tumpahan minyak karena masalah teknis yang luar biasa," katanya seperti disiarkan melalui pres rilis Humas Jawa Barat. Pertemuan berlangsung di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat malam. (2/8).

Ia mengatakan penanganan tumpahan minyak di wilayah Karawang itu melalui dua tahap. Pertama adalah masa tanggap darurat, yaitu pembenahan minyak yang tumpah dan penanganan kepada warga terdampak. Tahap tersebut memerlukan waktu sekitar dua bulan setengah. Selain itu, Pertamina telah memanggil perusahaan global yang ahli menangani tumpahan minyak.

Kemudian, tahap recovery, yakni pembenahan lingkungan secara struktur, infrastruktur, kultur, dan lingkungan sosial masyarakat sekitar. Menurut Ridwan Kamil, tahap ini diperkirakan memakan waktu dua sampai enam bulan.

"Yang di-recovery ada ekonomi warga, kemudian dampak sosial, dampak psikologi juga akan kita perhatikan, juga dampak lingkungan," jelasnya.

Selain itu, Gubernur Jabar menyebut pihak Pertamina telah menempatkan tim ahli sebanyak 58 orang. Tim ahli ini berjaga di lokasi kejadian selama 24 jam. Kemudian, 40 orang anggota TNI dan 56 relawan turun tangan menangani tumpahan minyak.

Ridwan Kamil juga mengatakan minyak bersifat waxy seperti lilin, sehingga dapat dikumpulkan ke dalam karung. Saat ini, sudah terkumpul sekitar 390 ribu karung minyak.

Selain itu, kata Ridwal Kamil, sudah ada Satuan Tugas (Satgas) untuk memastikan masalah tumpahan minyak dapat diselesaikan. Satgas pun akan siaga di lokasi kejadian. Termasuk tim kesehatan selalu sedia memeriksa kesehatan warga.

Direktur PT Pertamina, Nanang Abdul Manaf, mengatakan serius menangani dampak tumpahan minyak. Salah satunya dengan mengerahkan Octopus Skimmer untuk menghisap tumpahan minyak. "Sifat lilin lebih memudahkan dalam penanganannya. Gumpalan-gumpalan bisa dengan jaring dan diangkat," katanya.

Menurut Nanang, penyebab tumpahan minyak terjadi karena kebocoran gas yang menimbulkan gelembung udara di sumur YYA-1 Blok Offshore North West Jawa (ONWJ).

Ia menyatakan ada indikasi anomali tekanan pengeboran sumur YYA-1, sehingga menyebabkan munculnya gelembung gas diikuti tumpahan minyak. Kebocoran gas tersebut berdampak pada pergeseran pondasi YY.

"Sebenarnya kan semua sudah ada SOP, cuma kadang-kadang yang namanya bawah tanah ada yang kita tidak bisa kontrol. Artinya, sepanjang kita ikut SOP ada kejadian itu termasuk force majeure, sesuatu yang tidak diinginkan," katanya.

Siapkan Gugatan

Manager Kampanye Perkotaan dan Energi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Dwi Sawung, mendesak Pertamina untuk terbuka kepada publik terhadap upaya yang telah dilakukan. "Tumpahan minyak belum selesai, data terakhir sudah meluas 42 km2 di wilayah utara Karawang. Belum lagi pencemaran minyak di darat," ujarnya.

Dwi mengatakan sampai sekarang Pertamina belum berhasil untuk menyumbat kebocoran. Selain itu, klusterisasi tumpahan minyak tidak dapat diandalkan sepenuhnya karena bisa terjadi tumpahan keluar dari zona pengamanan karena tergantung ombak. "Saya kurang tahu, mengapa kok pemerintah seperti terdiam saja. Baru terakhir KKP yang mengecek," tuturnya. tgh/suh/E-12

Komentar

Komentar
()

Top