Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Infrastruktur Jalan - Tiga Truk Jatuh ke Sungai Bengawan Solo

Tak Mampu Tahan Beban, Jembatan Widang Ambruk

Foto : ANTARA/Aguk Sudarmojo

Tiga Truk Tercebur - Warga mengerumuni lokasi Jembatan Widang yang runtuh, di Tuban, Jawa Timur, Selasa (17/4). Sisi barat jembatan itu runtuh sekitar 50 meter dan mengakibatkan satu pengemudi truk meninggal dunia, dan melukai tiga korban lainnya. Selain itu, tiga truk dan sebuah sepeda motor masuk ke Sungai Bengawan Solo.

A   A   A   Pengaturan Font

LAMONGAN - Ambruknya jembatan nasional Widang-Babat yang menghubungkan Kabupaten Tuban dan Lamongan, Jawa Timur, Selasa (17/4), diduga karena dua faktor.

Menurut dugaan awal, ambruknya jembatan tersebut karena faktor usia dan tidak lagi mampu menahan beban dari kendaraan yang melintas, yang diduga melebihi kapasitas beban jembatan.

"Jembatan ini, saya ingat itu dibangun sekitar antara tahun 1982 dan 1983. Padahal, usia ideal jembatan itu kan kisaran 25 tahun," ujar Bambang Soedjatmiko dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII, Selasa.

Hanya saja, Bambang tidak mau berspekulasi bahwa usia menjadi faktor utama dari penyebab ambruknya jembatan itu. Sebab, faktor ketidakmampuan menahan beban juga bisa menjadi penyebab.

"Faktor itu juga bisa jadi. Sebab, jembatan ini kan hanya mampu menahan beban sekitar delapan hingga 10 ton saja. Tapi untuk lebih pastinya, kita menunggu hasil penyelidikan dan investigasi tim dari pusat saja," tutur Bambang.

Satu Tewas


Jembatan nasional Widang kembar, bagian sisi barat di Desa Widang, itu ambruk pada pukul 10.45 Selasa (17/4). Ambruknya infrastruktur utama penghubung Kabupaten Tuban dan Lamongan itu menyebabkan satu orang tewas, satu orang luka berat, dan beberapa lainnya mengalami luka ringan.


Kepala Kepolisan Resor Tuban, AKBP Sutrisno, mengatakan para korban merupakan supir kendaraan yang melintas di jembatan yang membentang di Sungai Bengawan Solo itu.


Identitas korban antara lain, sopir dump truk bernopol W 9351 US, Muhlisin, warga Banter, Kecamatan Benjeng, Gresik, dan sopir truk tronton, Samsul Arif, warga Dusun Lengkong, Jambuwok, Kecamatan Trowulan, Mojokerto.


Selain korban jiwa dan luka, satu dump truk bermuatan limbah smelter, dua truk tronton bermuatan pasir, dan satu buah sepeda motor ikut jatuh ke sungai akibat peristiwa itu.


"Korban tewas adalah sopir dump truk warna hijau, sedangkan satu korban luka berat adalah pengemudi truk warna putih.

Kita masih menunggu korban ini siuman, untuk mengetahui apakah dia punya rekan yang kemungkinan masih terjepit di bawah, kalau dia hanya sendiri berarti itu jumlah korban sementara," tutur AKBP Sutrisno.


Saat ini Polres Tuban, Polres Lamongan, BPBD Tuban, dan seluruh pihak terkait tengah mengupayakan mengevakuasi kendaraan yang terperosok ke Sungai Bengawan Solo.


Untuk evakuasi kendaraan, kepolisian berkoordinasi dengan berbagai pihak, dan mendapatkan bantuan tiga buah (alat berat) crane.

"Sesaat setelah kejadian, aparat dibantu masyarakat setempat langsung melakukan pencarian dan penyelamatan untuk mencari korban lain, namun sejauh ini masih nihil," ujar dia.


Sutrisno menambahkan, polisi belum berani memperkirakan penyebab ambruknya jembatan yang dioperasikan sejak 1983 itu.

Adapun untuk mengatasi kemacetan yang panjangnya mencapai tujuh kilometer akibat kejadian itu, pihaknya melakukan rekayasa lalu-lintas, dan mendorong pengguna jalan menggunakan jalur alternatif.


"Kita melakukan acontra flow serta sistem buka tutup agar aktivitas masyarakat tetap bisa berjalan. Jalur alternatif bisa lewat Pantura melalui Sedayu-Brondong-Tuban," pungkas dia.


Secara terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Lamongan, Ahmad Farik, mengatakan jembatan kembar Widang yang ambruk adalah jembatan yang lama. Sedangkan jembatan yang baru masih dapat digunakan, dan saat ini bagi pengendara dilakukan sistem buka tutup.


"Yang bermasalah jembatan yang sisi kiri (barat) yang lebih lama, yang baru tetap normal. Ini statusnya jembatan nasional, tidak ada batasan tonase di jalan nasional.

Menurut BBPJN (Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional) VIII, dilakukan pengecekan, dan pemeliharaan setiap 20 tahun sekali," ujarnya. SB/ers/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top