Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Tak Kalah Nilai Gizinya dengan Salmon, Brand Lokal ini Kampanyekan Makan Ikan Lele dengan "Lele Naik Kelas"

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Masyarakat Indonesia tentu tak asing dengan ikan lele. Biasa disajikan oleh pedagang kaki lima dalam bentuk pecel lele membuat ikan yang satu ini kerap dipandang sebelah mata.

Apalagi bagi generasi muda yang kini sudah makin aware dengan gaya hidup sehat. Biasanya salmon dan tuna adalah jenis ikan yang dianggap penuh nutrisi dan jadi pilihan saat mencari sumber protein yang sehat.

Padahal, Indonesia juga punya jenis ikan yang tak kalah kandungan nutrisinya dibanding ikan tersebut. Ya, salah satunya adalah ikan lele.
?Mengutip Hellosehat, kandungan protein lele per 100 gram adalah 16,38 gram, tak kalah jauh dengan salmon yang sebesar 20 gram dalam takaran berat yang sama.

Kandungan nutrisi yang tinggi ini membuat lele sangat cocok untuk dikonsumsi berbagai kalangan terutama anak-anak yang sangat membutuhkan nutrisi optimal untuk pertumbuhannya. Protein dan vitamin yang tinggi pada ikan lele menjadikan lele sangat baik untuk mencegah terjadinya stunting atau gizi buruk pada anak.

Apalagi jika dibandingkan dalam kategori harga, tentunya lele hadir dengan harga yang lebih terjangkau, sehingga bisa dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.
Sayangnya hingga saat ini lele masih kerap dipandang sebelah mata, dan seperti belum ada yang serius dalam membuat olahan lele.

Hal inilah yang kemudian dilihat oleh Yuvik dan Kustri Hidayati. Lewat brand "Tatetuten", keduanya menyajikan beragam olahan ikan lele yang sehat, variatif, dan siap dikonsumsi di rumah.

?"Berawal dari pandemi, saat itu saya sering diberi ikan lele oleh sahabat yang hasil kolamnya ikan lelenya tidak laku. Tapi lama-lama bosan juga ya kalau hanya digoreng, akhirnya saya coba-coba untuk buat olahan lainnya. Saat itu saya dan Yuvik coba buat fillet lele bumbu kuning, ternyata hasilnya enak" ujarnya.

Momen keberhasilan membuat olahan tersebut ia bagikan di media sosial dan rupanya direspon baik oleh teman-temannya. Dari situ Kustri dan Yuvik memutuskan untuk menjual olahan ikan lelenya lewat brand Tatetuten.

?Berjalan tiga tahun, Tatetuten kini memiliki berbagai olahan lele yang disukai konsumennya. Mulai dari nugget lele, otak-otak, lele fillet cajun, baso lele, lele utuh, hingga lele crispy jadi andalan dari produknya.Variasi produk yang cukup lengkap ini juga jadi nilai plus bagi Tatetuten, sehingga lele yang tadinya hanya dianggap sebagai makanan kaki lima, kini bisa "naik kelas".

"Kebanyakan pelanggan Tatetuten adalah ibu-ibu muda yang sadar kesehatan. Mereka mulai aware kalau lele juga bisa jadi sumber protein yang nggak kalah dengan salmon. Apalagi kami tidak menggunakan MSG dan pengawet, jadi lebih sehat apalagi untuk anak-anak," ungkap Kustri.

Hadir dalam bentuk frozen, produknya juga praktis dan sangat sesuai untuk konsumen yang sibuk namun tetap ingin mengonsumsi makanan sehat.

?Lewat unggahan di akun instagramnya, Kustri juga kerap berbagi tips cara menyajikan produk Tatetuten jadi kreasi makanan yang modern dan menggugah selera. Siapa sangka jika olahan lelenya bisa dipadukan menjadi sushi, steak, bento, breakfast wrap, hingga udon.

Bagaimana, tertarik mencoba olahan lele untuk keluarga di rumah?

Fact Sheet:
- Mengonsumsi ikan lele yang kaya asam lemak omega 3 (minyak ikan) memberikan manfaat pada kesehatan jantung.
- Lele mengandung vitamin B12 yang dapat membantu mencegah anemia
- Karena dibudidayakan di penangkaran, lele tidak terkontaminasi dengan logam seperti merkuri yang umumnya ditemukan pada ikan laut.
- Tatetuten berdiri sejak 2020 dan kini dijual melalui jejaring ibu-ibu muda yang disebut dengan istilah "Pawang Lele" yang jumlahnya kini lebih dari 20 di seluruh Jawa dan Sumatera
- Produk Tatetuten berada di kisaran harga Rp30.000- Rp 70.000
- Dalam satu hari Tatetuten mengolah sekitar 100 kg lele atau setara dengan 3 ton per bulan


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top