Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
IHSG Berakhir Menguat Dicky Sumarsono, CEO Azana Hotels and Resort Management

Tak Henti Ciptakan Terobosan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Kegigihan dan tak henti menciptakan terobosan baru menjadi kunci utama keberhasilan Dicky Sumarsono membangun kerajaan bisnisnya, Azana Hotels and Resorts. Azana kini menjelma sebagai pengelola hotel terbesar kedua di Indonesia.

Saat ini, Azana membawahi managemen 35 hotel mulai dari tipe bujet hingga bintang empat yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, bahkan hingga Papua. Padahal, sejak awal berdiri pada 2006, Azana hanya mengelola dua hotel kecil di Semarang, Jawa Tengah.

Dicky, yang kini menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) Azana Hotels dan Resort Management, berhasil membawa perusahaannya mencatatkan hasil positif. Sejak berdiri hingga 2011, Azana membukukan kinerja bisnis, baik laba maupun pendapatan, rerata 30 persen per tahun.

Pada 2012-2015, pria berusia 47 tahun itu kembali membawa Azana membukukan peningkatan pertumbuhan bisnis menjadi 40 persen per tahun. Bahkan, sepanjang periode 2016-2017, Azana dibawanya meraih pertumbuhan laba dan pendapatan sebesar 100 persen.

Namun, Dicky mengakui, perjalanan bisnisnya melalui melalui proses panjang. Awalnya, dia memulai platform bisnis bukan sebagai operator management, melainkan konsultan hotel dan restoran. Bahkan, dirinya pernah menjadi konsultan Chili Pari, bisnis katering milik Gibran Rakabuming, putra Presiden Joko Widodo. Dari menjadi konsultan puluhan hotel dan restoran, dia mulai melebarkan sayap bisnisnya menjadi pengelola hotel.

Namun, saat periode awal, lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti pada 1994 itu mengakui banyak tantangan yang dihadapi, terutama meraih kepercayaan investor ataupun mitra bisnis. Terlebih lagi, Azana belum banyak mengelola hotel sehingga belum ada pembuktian. Bahkan, saat itu, bisnis hotel belum booming seperti sekarang ini.

"Jadi, masih sulit memberikan pemahaman tentang bisnis hotel dan pada tahun tersebut investors belum banyak yang paham tentang adanya budget hotel dengan investasi yang ringan dan cepat balik modal," jelas pria yang kini tengah menyelesaikan program doktoral di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta kepada Koran Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tak hanya itu, keterbatasan modal dan sumber daya manusia (SDM) turut mewarnai masa-masa sulit perkembangan bisnis Azana di periode awal. Dengan modal pas-pasan, Dicky saat itu hanya mempunyai satu karyawan, yaitu seorang administrasi.

Namun, semua keterbatasan tersebut tak menyurutkan pebisnis yang kini tinggal di Solo itu menyerah begitu saja. Dengan gigih dan pantang menyerah, pria yang menyandang sertifikat paling bergengsi di dunia perhotelan, Certified Hotel Administrator (CHA) dari American Hotel & Lodging Educational Institute di Amerika Serikat (AS) itu terus menciptakan berbagai terobosan.

Kota kedua ataupun ketiga dipilihnya untuk terus melakukan ekspansi bisnisnya. Dia beralasan, langkah itu untuk menghindari persaingan langsung atau head-to-head dengan pemain besar. Apalagi, kota-kota tersebut selama ini belum dilirik para pemain besar.

"Mengakuisisi manajemen hotel-hotel kecil nonbintang yang akhirnya kami renovasi, reposisi, dan re-engineer hingga bisa meningkatkan revenue dan profit serta cashflow hotel di atas 80 persen," ungkap pria yang hobi traveling tersebut.

Strategi berikutnya, untuk membangun kredibilitas Azana, penulis buku tentang bisnis dan manajemen hotel Dahsyatnya Bisnis Hotel di Indonesia terus mempromosikan diri, terutama melalui seminar. Dengan menggandeng Divi Multimedia, dia menyelenggarakan seminar dan workshop mengenai Revolusi Hotel di beberapa kota besar di Indonesia. Sebut saja, Surabaya (Jawa Timur), Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Balikpapan, dan Samarinda di Kalimantan Timur.

"Workshop itu dihadiri banyak investor hotel yang masih bingung cara memulai bisnis hotel dan bagaimana menjalankannya secara baik dan benar hingga bisa sukses berkelanjutan," ujarnya.

Kepercayaan dari para investor maupun mitra hotel tersebut tak disia-siakannya. Selain membina hubungan baik, Dicky juga berupaya keras memberikan hasil optimal kepada semua investor maupun partner dalam hal pemulihan pendapatan, cashflow, profit, dan pengembalian modal.

Tambah Hotel

Ekspansi akan terus dilakukan guna mendukung pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan atau sustainable ke depan. Tahun ini, Dicky menargetkan penambahan hotel di bawah operator management Azana sebanyak 15 unit.

Selain menambah jaringan hotel, diversifikasi bisnis dicanangkannya untuk mendukung pengembangan Azana. Diversifikasi tersebut masih berkaitan erat dengan core business yang dikelolanya. Selain membuka sekolah perhotelan, Victoria Hotel School, dirinya juga membentuk anak perusahaan di bidang retail amenities and guest supplies. Divisi baru tersebut menargetkan mampu menyupali semua kebutuhan hotel di Indonesia, termasuk sampo dan sabun.

"Ke depan, Azana harus bisa menjadi perusahaan multinasional yang memiliki banyak hotel besar, membuka franchise Hotel Azana di luar negeri. Selain itu, kami juga ingin mempunyai platform bisnis digital, seperti Traveloka dan Agoda dan tentu Azana juga ingin membuka beberapa kantor cabang tambahan di kota-kota besar di Indonesia serta ingin menyejahterakan semua karyawan beserta keluarganya," jelasnya.

Untuk mendukung ambisi tersebut, dia menyusun sejumlah strategi, seperti adventuring, melihat pola bisnis dari perusahaan lain selain hotel, menyiapkan tim riset dan pengembangan (R&D) utk selalu menciptakan inovasi baru di group Azana. Selain itu, pendekatan zooming akan dilakukan untuk melihat lebih jelas dan detail lagi terhadap potensi bisnis lain yang bisa dikembangan Azana Group.

"Selalu melihat perubahan dan langsung bergerak cepat, menciptakan beberapa konseptor di lingkungan Azana Group, menciptakan tren, mengoptimalkan peran teknologi. Kami juga akan mendekatkan diri dengan customers dengan menyentuh emotional benefit-nya," pungkasnya. muhammad ismail/AR-2

Biografi:

Nama: Dicky Sumarsono
Tanggal lahir: 16 Desember 1971

Pendidikan:

1. Certified Hotel Administrator (CHA) American Hotel and Lodging Educational Institute USA (2012).
2. Major in Hotel and Tourism Management STIEPARI Semarang (2000-2002).
3. Hotel Management School Leuwarijen (HMSL) Holland (1995-1996).
4. Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti (1991-1994)

Karier:

1. CEO Azana Hotels and Resorts (Sekarang).
2. Direktur PT Grahamulya Wirastama (Holding Company of The Sunan Hotels Solo).
3. General Manager The Sunan Hotel Solo.

Penulis buku Best Seller :

Dahsyatnya Bisnis Hotel di Indonesia (Gramedia) dan Luar Biasa Bisnis Restoran di Indonesia (Gramedia).

Komentar

Komentar
()

Top