Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Tak Beri Penjelasan Soal Naiknya Harga BBM Pertamax, Presiden RI Joko Widodo Semprot Menterinya: Tak Punya Empati!

Foto : YouTube Sekretariat Presiden

Presiden Joko Widodo

A   A   A   Pengaturan Font

Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) menyoroti naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis RON 92 atau Pertamax. Ia pun menyentil Menteri Kabinetnya lantaran tak memberikan penjelasan

"Sikap-sikap kita, kebijakan-kebijakan kita, pernyataan-pernyataan kita harus memiliki sense of crisis. Harus sensitif terhadap kesulitan-kesulitan rakyat. Jangan sampai kita seperti biasanya dan tidak dianggap oleh masyarakat enggak melakukan apa-apan," kata Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, dikutip Kamis (7/4).

Seperti diketahui, menteri yang mengurus terkait BBM yakni Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif. Jokowi mengatakan, menteri tidak memberikan penjelasakan soal kenaikan harga Pertamax.

"Menteri tidak memberikan penjelasan apa-apa mengenai ini, hati-hati! Kenapa Pertamax naik diceritain dong, ada empati kita, enggak ada? Yang berkaitan dengan energi gak ada (empati). Itu yang namanya memiliki sense of crisis?" lanjutnya.

Jokowi juga menegaskan, kenaikan harga BBM jenis Pertamax yang berlaku sejak 1 April 2022 menjadi Rp12.500 per liter tak bisa terhindarkan. Menurutnya, gejolak ekonomi global telah berdampak pada aspek moneter dan fiskal negara, sehingga kenaikan harga BBM tersebut tidak bisa dihindarkan.

"Saya kira situasinya memang tidak memungkinkan, enggak mungkin kita tak menaikkan yang namanya BBM, enggak mungkin. Oleh sebab itu, kemarin naik (harga) pertamax," ucapnya.

Jokowi menjelaskan, situasi ekonomi global saat ini merupakan situasi yang tak mudah. Menurutnya, gejolak ekonomi global menjadi pemicu inflasi hampir di seluruh negara.

"Utamanya yang berkaitan dengan kenaikan inflasi hampir di semua negara. Kesadaran ini harus kita miliki dan dampak itu dirasakan betul oleh masyarakat saat kita turun ke bawah," ujarnya.

Ia juga memaparkan tingkat inflasi yang melanda negara ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat (AS) mencapai 7,9 persen. Ini meningkat dari yang tren awalnya di bawah 1 persen.

"Di Uni Eropa (UE) juga sudah masuk ke (inflasi) 7,5 persen yang biasanya kira-kira hanya di angka 1 persen, Turki di angka 54 persen," tutur Jokowi.

Dampak dari kenaikan inflasi global tersebut juga melanda Indonesia. Presiden mengatakan bahwa Pemerintah sudah berupaya agar tidak ada kenaikan harga, tetapi situasinya memang tidak memungkinkan.

Oleh karena itu, Jokowi meminta seluruh jajaran Menteri Kabinet Indonesia Maju dan kepala lembaga nonkementerian terkait untuk terus mengkalkulasi agar harga gas dan harga pangan tidak memberatkan masyarakat.

"Kewaspadaan yang tinggi ini harus setiap hari, setiap minggu harus dihitung terus, bagaimana harga gas, dan terutama memang selain memang harga energi dan harga pangan," kata Jokowi.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top