Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Swiss akan Menghancurkan 60 Sistem Rudal SAM Rapier yang Dapat Membantu Ukraina

Foto : Istimewa

Meski sudah berusia 70 tahun, dengan jangkauan rudal maksimum 8 kilometer dan ketinggian 5 kilometer, Rapier bisa membantu Pasukan Pertahanan Ukraina untuk menghancurkan drone yang terbang rendah.

A   A   A   Pengaturan Font

BERN - Orang-orang di negara lain menggelengkan kepala atas penolakan Swiss untuk mengekspor kembali senjata dan amunisi Swiss ke Ukraina. Sekarang kesalahpahaman cenderung menjadi lebih besar.

Seperti yang dilaporkan Blick, angkatan darat negara keju itu saat ini sedang dalam proses menghapus sistem rudal darat ke udara (SAM/ surface to air missile ) Rapier. Pada 1980-an, Swiss membeli 60 sistem anti-pesawat yang dikembangkan British Aircraft Corporation pada 1960-an itu dari Inggris.

Dalam perang Malvinas, sistem yang juga telah menjadi tulang punggung langit Indonesia selama sekitar 2 dekade ini, setidaknya sudah merontokkan 14 pesawat tempur Argentina.

"Itu tidak dapat lagi secara efektif melawan ancaman hari ini dari udara," kata pemerintah federal membenarkan penghapusan tersebut dalam Pesan Angkatan Darat 2020.

Alasan penghapusan karena sistem ini sebagian besar tidak efektif melawan pesawat tempur modern. "Selain itu, tidak ada lagi suku cadang. Karena alasan ini, tidak ada lagi rekrutan yang dilatih menggunakan sistem Rapier sejak 2019" tambahnya.

Mengacu pada keputusan Dewan Federal Swiss pada tahun 2006 bahwa sistem asing yang dinonaktifkan harus dijual kembali ke pabrikan sebagai prioritas. Dan tanpa syarat senjata itu tidak boleh diwariskan.

"Tahap pertama dari sistem senjata telah dibongkar, dan tiga lagi akan menyusul. Dimaksudkan semua sistem akan dibongkar dan dibuang dalam tahapan lebih lanjut ini," kata juru bicara Kantor Federal untuk Pengadaan Pertahanan, Kaj-Gunnar Sievert, seperti dikutip dalam artikel NZZ am Sonntag".

"Tidak biasa bagi Swiss untuk secara aktif menawarkan penjualan sistem militer yang dinonaktifkan," tambah Sievert.

Swiss mengklaim akan mematuhi kebijakan netralitas, tetapi beberapa pejabat mengkritik keputusan pemerintah tersebut. Secara khusus, anggota Dewan Nasional François Pointet percaya bahwa Rapier seharusnya diserahkan kepada Angkatan Bersenjata Ukraina.

Meski sudah berusia 70 tahun, dengan jangkauan rudal maksimum 8 kilometer dan ketinggian 5 kilometer, Rapier bisa membantu Pasukan Pertahanan Ukraina untuk menghancurkan target yang terbang rendah.

"Swiss seharusnya bertanya setidaknya kepada Inggris Raya apakah senjata ini masih dibutuhkan," timpal Penasehat Nasional Partai Sosial Demokrat, Franziska Roth.

"Rudal tidak sepenuhnya usang"

Mengingat perang yang berkecamuk di Ukraina, Peter Schneider, mantan pemimpin redaksi "Allgemeine Schweizerische Militarzeitschrift", menganggap penonaktifan itu tidak dapat dipahami. "Roketnya sudah tua, tapi juga tidak ketinggalan zaman," katanya kepada "NZZ am Sonntag".

Dalam pandangannya, Rapier masih bisa digunakan dengan sangat baik terhadap target yang terbang rendah seperti drone, dan mereka juga bisa digunakan untuk memerangi jet tempur dan helikopter.

Sementara itu, Partai Rakyat Swiss (SVP) melihatnya secara berbeda. Secara hukum, penjualan kembali rapier akan dimungkinkan tanpa syarat, tegas Mauro Tuena, Anggota Dewan Nasional SVP dan Presiden Komisi Kebijakan Keamanan Kamar Besar.

"Namun dalam hal kebijakan netralitas, saat ini menganggap penjualan itu sulit," ujarnya.

Selain Reaper, militer berencana untuk menghapus beberapa sistem senjata impor lainnya selama beberapa tahun ke depan, termasuk 248 pengangkut personel lapis baja dan lebih dari 100 meriam artileri. Keduanya adalah sistem dari Amerika Serikat (AS) yang saat ini digunakan di Ukraina.

Politisi keamanan dari Partai Demokrat Bebas (FDP, Riniker, berharap AS akan mengajukan permintaan untuk mendapatkan kembali senjata tersebut jika "ketegangan geopolitik tetap begitu tinggi".

"Oleh karena itu, Swiss harus mempersiapkan diri secara politis untuk penyelidikan semacam itu," tutupnya.


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top