SVH Meluncurkan Koleksi Baru Bertema Dualisme
produk baru
Foto: ISTIMEWAJAKARTA - Merek fesyen yang sedang berkembang SVH, meluncurkan koleksi barunya. Dengan nama Juxtaposition. Karya-karya terbaru ini terinspirasi oleh dua kehidupan yang saling bertolak belakang namun saling melengkapi dan berjalan selaras, mengacu pada filsafat dualisme.
Filsafat dualismeyang berkembang pada era Plato dan Aristoteles adalah konsep yang menyatakan ada dua substansi. Dalam pandangan tentang hubungan antara jiwa dan raga. Dalam dualisme mengklaim bahwa fenomena mental adalah entitas nonfisik.
Sedangkan Direktur Kreatif SVH, Bambang Wahyudi menerjemahkan dualisme sebagai dua entitas yang saling melengkapi. "Juxtaposition adalah perayaan akan fase-fase dalam kehidupan kita yaitu ada kalanya berada pada fase penolakan dan penerimaan. Tapi aku ambil dua-duanya sekaligus," ujar diadalam konferensi pers di Jakarta Jumat (3/12).
Melalui tema dualisme ini, SVH mengambil langkah baru dengan meluncurkan koleksi yang spesifik mengusung non bias gender. Koleksi kali ini mengombinasikan aspek feminin sekaligus maskulin melalui permainan warna yang apik, serta tekstur, dan garis pola yang menarik.
"SVH berkomitmen untuk menjaga identitas brand, dengan konsisten mengusung pakaian unisex yang multiguna," ungkap pria yang akrab disapa Bengki ini.
Koleksi Juxtaposition juga merefleksikan cuaca ekstrem dari perubahan iklim, mengeksplorasi desain untuk berbagai musim. Ia menciptakan pakaian yang bisa bertransisi dari berbagai musim dan cuaca yang cepat berubah saat ini, seperti oversized fluffy coats, blazers, hingga cocktail dresses.
Melalui koleksi Juxtaposition, SVH berkomitmen untuk memprioritaskan hal-hal penting dan memberikan kesan yang baik terhadap keberlangsungan planet Bumi. Komitmen tersebut direalisasikan melalui karya dan semangat dan kreativitas dalam bentuk fesyen.
Komitmen pada lingkung diwujudkan dengan adopsi slow fashion, yaitu praktik yang menekankan kualitas ketimbang kuantitas. Dengan bahan-bahan yang tahan lama namun mudah terurai ketika sudah tidak terpakai. "Kebutuhan pakaian itu terus berganti dengan bahan yang kuat dan murah terurai bisa menjadi solusinya," katanya.
Redaktur: Aloysius Widiyatmaka
Penulis: Haryo Brono
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Gara-gara Perkawinan Sedarah, Monyet Salju Jepang di Australia akan Dimusnahkan
- 2 Ini yang Dilakukan Pemkot Jaksel untuk Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Jelang Natal
- 3 Prabowo Dinilai Tetap Komitmen Lanjutkan Pembangunan IKN
- 4 Kemendagri Minta Pemkab Bangka dan Pemkot Pangkalpinang Siapkan Anggaran Pilkada Ulang Lewat APBD
- 5 Natal Membangun Persaudaraan