Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 18 Jan 2020, 01:00 WIB

Supaya Literasi Mudah Dijangkau

Foto: DOK. INDEPENDENT SCHOOL

Literasi independen tidak sekedar hasil karya atau malah sebatas ide. Independent School, komunitas yang bergerak dalam bidang literasi independen atau Indie berupaya agar karya literasi makin produktif serta sampai pada para penikmatnya.

"Ada teman yang menulis legalisasi ganja, ada teman yang menulis tentang filsafat berat," ujar Irwan Bajang, pendiri dan penggagas komunitas Independent School dan Indie Book Corner, sebuah penerbitan buku Indie, yang ditemui di M Bloc Space, Jakarta, Jumat (17/1) siang.

Ia menerbitkan buku dalam tema tersebut lantaran dilandasi referensi yang dapat dipertanggung jawabkan. Pertanggung jawaban merupakan rambu-rambu untuk karya literasi Indie.

Karya Indie yang identik dengan kebebasan bukan berarti dapat bebas tanpa batas. Dalam setiap menerbitkan buku melalui Indie Book Corner, penerbitan komunitasnya, Bajang berpendapat buku merupakan karya yang dapat dipertanggung jawabkan. "Yang penting buku bisa dipertangung jawabkan, nggak menyerang SARA, nggak plagiat dan fiksi (buku) ada referensinya," ujar dia.

Hal ini supaya, karya bukan sekedar ide kreatif dibuat secara asal-asalan tanpa memiliki dasar referensi. Karya Indie merupakan merupakan celah lain dalam membuat karya.

Karya Indie menjadi luapan saat tidak menjumpai sudut pandang dalam buku-buku komersial. Walaupun terdengar kurang popular, karya Indie bukan berarti sepi peminat. Bajang mengatakan Indie memiliki ceruk pasar sendiri.

"Pada dasarnya pasar Indie lebih solid dibandingkan pasar pada umumnya," ujar laki-laki yang pernah meraih penghargaan Penerima Apresiasi SATU Indonesia Award 2014 dalam bidang pendidikan dari Astra Internasional. Para penulis dan pembaca memiliki hubungan yang personal di bandingkan dengan penulis popular lainnya. Mereka dapat bertemu dengan penulis dalam sebuah event bahkan memberikan ide dengan tema-tema penulisan. Iklim ini yang terbilang cukup menarik.

"Jadi, kita tidak usah mendidik pasar,"ujar dia. Walaupun Indie tidak pernah sepi peminat, namun Indie dengan idealisme kuat sering disebut susah kompromi dengan pasar. Independent School yang telah berkembang dengan mendirikan penerbitan, Indie Book Corner, kerap melakukan kerja sama dengan berbagai penulis maupun para creator untuk saling berkolaborasi memasarkan karya Indie.

Berbagai jalur alternatif digunakan supaya karya Indie lebih mudah diperoleh para pecintanya, seperti bedah buku, penyelenggarakan event, penyelenggaraan musik maupun mengubungi penerbit. Upaya kolaborasi tersebut menjadi cara untuk memboomingkan Indie ke permukaan.

Independent School merupakan komunitas yang berdiri delapan tahun yang lalu. Saat itu, Bajang dan sembilan temannya yang lain mencoba membuka kelas workshop kepenulisan.

Karena mereka ingin mematahkan stigma yang lama menggaung yaitu minat baca masyarakat rendah. Padahal bukan minat bacanya yang rendah melainkan akses terhadap bacaan rendah.

Maka, dia dan teman-temannya berupaya menelurkan banyak penulis supaya literasi semakin mudah diakses. Workshop yang diisi oleh para penulis yang telah memiliki nama maupun buku tidak pernah sepi peminat.

Hingga saat ini, pesertanya sangat beragam mulai anak SMP hingga usai 40 an dengan beragam kemampuan menulis. Untuk meramaikan dunia literasi, Bajang pun tidak membatasi para peserta hanya membuat satu buku. Mereka dapat berkarya dengan berbagai media bahkan dengan berbagai cara penulisan. Karena, karya tidak pernah memiliki batas.

Pangsa Pasar Buku Indie Terus Tumbuh

Pangsa pasar buku independen tidak sepenuhnya tertelan budaya popular. Pasar ini memiliki ceruk besar dan solid. Bahkan dengan teknik pemasaran tertentu, pangsa pasar buku independen semakin berkembang. Buku independen atau indie kerap dipandang sebagai buku yang kurang popular bahkan terkesan berat, lantaran mengangkat isu yang tidak umum.

Namun siapa sangka, buku yang lebih banyak diperoleh melalui toko buku independen, media sosial maupun dalam penyelenggaran event banyak diminati oleh para pecinta buku.

"Ada penulis yang setiap menerbitkan buku, pembaca sudah menunggunya," ujar Bajang. Dalam setiap terbitannya, penulis mampu menerbitkan kurang lebih 3000 eksemplar. Bukunya hampir selalu ludes di pasaran. Hal tersebut menunjukkan, pecinta buku indie tak ubahnya pecinta buku pada umumnya. Para pecintanya setia menanti karya dari para penulisnya.

Untuk pasar buku, Bajang berani mengatakan bahwa para penulis tidak perlu mendidik pasar. Karena, pasar buku indie telah terbentuk berdasarkan minat pada tema ini.

Namun hal tersebut bukan berarti, tidak ada upaya untuk meluaskan pangsa pasar. Bajang yang bersama teman-teman di Independent School memiliki penerbitan buku indie, Indie Book Corner, mengaku kerap berkolaborasi dengan event indie lainnya, seperti festival musik.

Konser music indie dianggap sebagai tempat promosi yang sesuai untuk memasarkan buku dengan genre serupa. Para penonton konser musik indie diperkirakan memilliki minat yang sama dengan penyuka buku bertema indie.

Dalam konser musik tersebut, dia bekerja sama dengan penyelenggaran musik untuk menjadikan buku sebagai tiket masuk. Sehingga, penonton akan membeli buku sebagai tanda masuk, sedangkan pagelaran musiknya dihitung sebagai pertunjukkan gratis. Buku juga dianggap memiliki kaitan dengan musik karena dapat menjadi sumber inspirasi dalam membuat lagu.

"Kita menyadari bahwa teman-teman musisi nggak mungkin dapat membuat lirik bagus kalau tidak memiliki sumber bacaan," ujar dia beralasan. Di sisi lain, penonton musik juga secara tidak disengaja diajak untuk membaca buku. Perkawinan konser musik dan buku diyakini dapat menambah pembaca buku indie. "Mungkin yang tadinya nggak kenal buku, jadi mengenal buku (indie)," ujar laki-laki yang banyak menulis buku puisi dan fiksi ini.

Cara-cara moderen dalam memasarkan bukupun dapat dilakukan untuk mendekatkan dengan pasar. Jika buku popular dapat diperoleh melalui toko buku dan platform belanja online. Buku indiepun dapat dilakukan dengan cara serupa, buku tersedia di toko buku yang memasarkannya dan platform media online. din/R-2

Redaktur:

Penulis:

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.