Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Produksi Migas I Produksi Minyak Blok Cepu Naik hingga 220.000 Bph, tetapi Hanya Sampai 2020

Sumur Tua Masih Jadi Tumpuan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Produksi minyak di Tanah Air sampai saat ini masih bertumpu pada sejumlah sumur tua, seperti Blok Cepu di Jawa Tengah dan Rokan di Riau. Padahal, cadangan di kedua blok tersebut terus turun akibat dieksploitasi.

JAKARTA - Apabila tak segera diantisipasi, Indonesia dikhawatirkan menghadapi krisis energi. Karena itu, pemerintah perlu meningkatkan aktivitas eksplorasi untuk menemukan sumber cadangan minyak dan gas (migas) baru. Di sisi lain, kebergantungan terhadap energi fosil harus segera dikurangi dengan memaksimalkan potensi energi baru dan terbarukan (EBT) yang banyak terdapat di Indonesia, seperti air, angin, dan panas bumi.

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan produksi minyak di Blok Cepu, Jawa Tengah, terus meningkat hingga mencapai 220.000 barel per hari (bph). Namun, hasil minyak ini diproyeksikan hanya mampu bertahan hingga 2020.

Dirjen Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto, menyebutkan angka produksi tersebut lebih tinggi dari target pada proposal pengembangan (PoD) yang disetujui di awal, yakni 165.000 bph. Bahkan, angka ini melampaui capaian produksi minyak di Blok Rokan, Riau.

Peningkatan produksi Blok Cepu ini juga bukan yang pertama kali. Pada 2017, produksinya meningkat menjadi 185.000 bph dan pada 2019 ditargetkan sebesar 216.000 bph. "Peningkatan produksi ini terjadi berkat pemasangan fasilitas alat pendingin (cooler) yang dilakukan ExxonMobil selaku operator Blok Cepu," ungkap Djoko, di Jakarta, Selasa (26/2).

Djoko melanjutkan, apabila pada 2021 terjadi penurunan, bisa teratasi dari produksi lapangan Kedung Keris yang mulai beroperasi pada akhir 2019. "Kedung Keris sekarang dalam proses pemasangan pipa, sepanjang enam kilometer untuk masuk di fasilitas Lapangan Banyu Urip," kata dia.

Seperti diketahui, ExxonMobil selaku operator pertama kali menemukan lapangan Banyu Urip dengan perkiraan cadangan mencapai 450 juta barel. Banyu Urip mulai berproduksi pada 2008, dengan kapasitas 20.000 bph pada 2009 dan terus naik sampai sekarang.

Pada awal Desember 2018, cadangan Blok Cepu meningkat setelah operator melakukan pembaruan data seismic reprocessing guna meningkatkan gambaran di bawah permukaan tanah. Cadangan Lapangan Banyu Urip mengalami penambahan dari 729 juta barel menjadi 823 juta barel.

Kemudian pada 2011, ExxonMobile menemukan cadangan baru di lapangan Kedung Keris dan akan beroperasi penuh pada triwulan III-2019 dengan proyeksi penambahan produksi sebesar 10.000 bph.

Kini, Blok Cepu dijadikan sebagai andalan utama lifting atau target produksi minyak nasional, menggeser Blok Rokan yang hanya memproduksi rata-rata 190.000 bph lantaran masuk dalam kategori tua.

Keduanya tetap menjadi tumpuan produksi dan lifting minyak nasional. Secara umum, lifting minyak pada 2018 mencapai 778 juta bph, sementara lifting gas sebesar 1.139 Million Barrel Oil Equivalent Per Day.

Blok Terbesar

Baca Juga :
Usaha Musiman

Selain menjadikan Blok Cepu sebagai andalan lifting minyak, pemerintah juga ke depannya memiliki Blok Sakakemang di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Blok tersebut digadang-gadang bisa membantu peningkatan produksi gas domestik. Temuan itu termasuk langka, soalnya selama 18 tahun terakhir tak ada lagi temuan blok sebesar itu.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas, Dwi Soetjipto, melaporkan blok tersebut memiliki cadangan gas sebesar dua triliun kaki kubik (Tcf), sehingga ditetapkan sebagai lima besar penemuan cadangan terbesar di dunia. ers/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top