Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Mitigasi Risiko

Sumber Pertumbuhan Baru di Daerah Harus Dioptimalkan

Foto : ISTIMEWA

Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner OJK

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Indonesia harus menstimulasi sumber pertumbuhan baru di daerah sebagai bekal untuk menghadapi ketidakpastian perekonomian global pada tahun-tahun mendatang. Indonesia memiliki keunggulan adanya diversifikasi atau keragaman dari sumber pertumbuhan baru ekonomi baru di berbagai daerah, ditambah keunggulan bonus demografi yang terjadi saat ini.

"Pasar dalam negeri harus dioptimalkan aspek konsumsinya, aspek investasinya, aspek belanja pemerintahnya. Dalam konteks pertumbuhan sektor riil perekonomian domestik, artinya pertumbuhan di daerah-daerah di Indonesia itu esensinya," kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam webinar bertajuk Sosialisasi dan Edukasi Perlindungan Konsumen oleh OJK bersama Universitas Hasanuddin dipantau di Jakarta, Senin (19/12) .

Adapun, masih menurut dia, salah satu upaya yang dilakukan otoritas independen tersebut untuk menciptakan sumber pertumbuhan baru di daerah adalah dengan meningkatkan inklusi dan literasi keuangan masyarakat daerah di Indonesia.

"Kalau di waktu lalu (peran OJK) semacam opsional. Untuk sekarang ini, kalau kita tidak lakukan, maka tidak ada daya tahan Indonesia menghadapi kondisi global yang berat. Ini adalah a matter of survival, bukan lagi a matter of optional," kata Mahendra.

Sebagai informasi, wilayah timur di Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi secara berurutan pada triwulan III 2022, yaitu Sulawesi mencapai 8,24 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy), Maluku dan Papua mencapai 7,51 persen yoy, dan Bali dan Nusa Tenggara mencapai 6,69 persen yoy.

Perekonomian Kuat

Pada kesempatan terpisah, The Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) mengungkapkan kawasan Asia, termasuk Indonesia diperkirakan tetap kuat di tengah prospek global yang kurang baik, terutama indikasi potensi resesi global.

"Kita dapat melihat biaya energi dan biaya input yang melonjak, inflasi tinggi, serta kepercayaan konsumen yang lemah diprediksi akan mengarah pada resesi global," kata Presiden ICAEW Julia Penny dalam ICAEW Economic Insight Forum Q4 2022, seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin (19/12).

Perekonomian negara-negara maju, misalnya Singapura, Korea, Selandia Baru, Australia, dan Taiwan mengalami penurunan produksi manufaktur. Sementara perekonomian negara-negara berkembang, seperti Tiongkok, Indonesia, dan Thailand menunjukkan situasi lebih baik dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.

Julia mengatakan kondisi tersebut sebagian disebabkan oleh penundaan pembukaan perbatasan wilayah yang berkontribusi pada peningkatan pesanan dalam negeri, yang mengarah ke peningkatan permintaan di atas rata-rata. Namun, kondisi tersebut kemungkinan tidak akan bertahan lama mengingat penerapan pembatasan yang dilonggarkan dan pembukaan kembali perbatasan wilayah.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top