Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Studi: Setengah Populasi Dunia Kekurangan Mikronutrien

Foto : ANTARA/Pixabay/Silviarita

Ilustrasi - Makanan sehat.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Lebih dari setengah populasi dunia menghadapi kekurangan mikronutrien, termasuk kadar kalsium, zat besi, serta vitamin C dan E yang tidak memadai, menurut studi terbaru yang memberikan estimasi global pertama tentang konsumsi 15 mikronutrien penting bagi kesehatan manusia.

Dikutip dari Medical Daily, Sabtu (31/8), Mikronutrien adalah vitamin dan mineral esensial yang penting untuk fungsi tubuh seperti pertumbuhan, perkembangan, dan kekebalan tubuh.

Meskipun tubuh hanya memerlukan nutrisi ini dalam jumlah kecil, kekurangan bisa berdampak serius pada kesehatan, mulai dari hasil kehamilan yang buruk dan kebutaan hingga peningkatan kerentanan terhadap penyakit infeksi.

Studi sebelumnya telah mengukur ketersediaan dan konsumsi mikronutrien di berbagai populasi di seluruh dunia. Namun, studi terbaru yang dilakukan oleh tim riset dari Harvard T.H. Chan School of Public Health, UC Santa Barbara (UCSB), dan Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) menganalisis apakah asupan ini memenuhi tingkat yang direkomendasikan untuk kesehatan manusia.

Para peneliti juga meneliti kekurangan spesifik yang memengaruhi pria dan wanita sepanjang berbagai tahap kehidupan. Hasilnya diterbitkan dalam jurnal The Lancet Global Health.

"Studi kami adalah langkah besar ke depan. Tidak hanya karena ini adalah yang pertama memperkirakan asupan mikronutrien yang tidak memadai untuk 34 kelompok usia-jenis kelamin di hampir setiap negara, tetapi juga karena metode dan hasil ini mudah diakses oleh peneliti dan praktisi," kata penulis utama Chris Free, profesor riset di UCSB dalam siaran pers.

Studi ini membandingkan kebutuhan nutrisi dengan asupan aktual di populasi di 185 negara menggunakan data dari Global Dietary Database, Bank Dunia, dan survei diet dari 31 negara. Para peneliti kemudian mengelompokkan populasi berdasarkan jenis kelamin dan membaginya menjadi 17 kategori usia, dari bayi baru lahir hingga mereka yang berusia lebih dari 80 tahun, dalam interval lima tahun.

Mikronutrien yang dibahas dalam studi ini adalah kalsium, yodium, zat besi, riboflavin, folat, seng, magnesium, selenium, tiamin, niasin, dan vitamin A, B6, B12, C, serta E. Kekurangan signifikan ditemukan hampir di semua mikronutrien yang dievaluasi, dengan yang paling mengkhawatirkan adalah yodium (68 persen dari populasi global), vitamin E (67 persen), kalsium (66 persen), dan zat besi (65 persen). Selain itu, lebih dari setengah populasi dunia menunjukkan kekurangan riboflavin, folat, dan vitamin C serta B6.

Namun, hasilnya agak menenangkan untuk beberapa mikronutrien seperti niasin, yang memiliki kekurangan terendah, dengan hanya 22 persen dari populasi global yang mengonsumsi tingkat yang tidak memadai, diikuti oleh tiamin (30 persen) dan selenium (37 persen).

Saat membandingkan asupan yang tidak memadai antara jenis kelamin, wanita lebih kekurangan dibandingkan pria dalam yodium, vitamin B12, zat besi, dan selenium di negara dan kelompok usia yang sama.

Namun, pria memiliki tingkat asupan yang tidak memadai yang lebih tinggi untuk kalsium, niasin, tiamin, seng, magnesium, dan vitamin A, C, serta B6. Studi juga menemukan bahwa baik pria maupun wanita dalam kelompok usia 10-30 tahun cenderung mengalami asupan kalsium yang rendah.

"Hasil ini mengkhawatirkan. Kebanyakan orang, bahkan lebih dari yang diperkirakan sebelumnya, di semua wilayah dan negara dengan berbagai tingkat pendapatan, tidak mengonsumsi cukup mikronutrien esensial. Kekurangan ini mengancam hasil kesehatan dan membatasi potensi manusia secara global," kata Ty Beal, spesialis teknis senior di GAIN.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top