Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hasil Riset

Studi: Hampir Seperempat Penduduk Dunia Berisiko Terkena Banjir Besar

Foto : Istimewa

Penelitian menunjukkan, hampir 90 persen dari mereka yang terkena banjir tinggal di negara berpenghasilan rendah atau menengah.

A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Studi terbaru, yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications, Selasa (28/6) menyebutkan, hampir seperempat populasi dunia terpapar risiko banjir yang signifikan, memperingatkan mereka yang berada di negara-negara miskin lebih rentan.
Penelitian itu mengatakan, banjir akibat hujan deras dan gelombang badai mempengaruhi jutaan orang setiap tahun dan menyebabkan miliaran dolar kerusakan rumah, infrastruktur, dan ekonomi. Dan risikonya meningkat karena perubahan iklim menyebabkan curah hujan yang lebih ekstrem dan kenaikan permukaan laut, karena populasi yang terpapar membengkak.
Studi mengacu pada data global tentang risiko banjir dari laut, sungai dan curah hujan, serta distribusi populasi dan perkiraan kemiskinan dari Bank Dunia. Ditemukan sekitar 1,81 miliar orang, atau 23 persen orang di planet ini yang secara langsung terkena banjir setinggi lebih dari 15 centimeter dalam banjir 1 dalam 100 tahun.
"Ini akan menimbulkan risiko yang signifikan terhadap kehidupan dan mata pencaharian, terutama kelompok populasi yang rentan," kata studi tersebut.
Menurut penelitian tersebut, secara keseluruhan, hampir 90 persen dari mereka yang terkena banjir tinggal di negara berpenghasilan rendah atau menengah. Studi juga menyimpulkan bahwa jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan dan di bawah risiko banjir parah "jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya".
Para peneliti menemukan sekitar 9,8 triliun dolar AS kegiatan ekonomi secara global, sekitar 12 persen dari produk domestik bruto global pada 2020, berada di daerah yang terkena banjir besar. Tetapi mereka mengatakan, berkonsentrasi hanya pada nilai moneter dapat menyebabkan bias perhatian terhadap negara-negara berpenghasilan tinggi dan pusat-pusat ekonomi.
"Dengan memperhitungkan tingkat kemiskinan dari populasi yang terpapar, kami menunjukkan bahwa negara-negara berpenghasilan rendah secara tidak proporsional terpapar pada risiko banjir, sementara lebih rentan terhadap dampak jangka panjang yang membawa bencana," kata studi oleh Jun Rentschler dari Bank Dunia, dan rekan-rekannya.
Secara keseluruhan, studi tersebut memperkirakan sebagian besar orang yang terkena banjir, 1,24 miliar orang, berada di Asia Selatan dan Timur, dengan Tiongkok dan India menyumbang lebih dari sepertiga dari total global. Sekitar 780 juta orang yang hidup dengan pendapatan di bawah 5,50 dolar AS per hari berisiko terkena banjir yang terjadi sekali dalam seratus tahun.
"Penelitian ini memberikan perkiraan global pertama dari interaksi antara paparan risiko banjir, dan kemiskinan," kata Thomas McDermott, dari Universitas Nasional Irlandia Galway, dalam komentar terkait yang diterbitkan di Nature Communications.
Para penulis mengatakan, penelitian sebelumnya sering dibatasi oleh geografi atau jenis risiko banjir yang dinilai dan telah meremehkan berapa banyak orang di seluruh dunia yang terpapar.
"Perubahan iklim dan pola urbanisasi yang berisiko diperkirakan akan semakin memperburuk risiko ini di tahun-tahun mendatang," tambah mereka.
Menurut World Weather Attribution, sebuah jaringan ilmuwan yang menelusuri dampak perubahan iklim, pemanasan global telah membuat curah hujan ekstrem menjadi lebih umum dan lebih intens di sebagian besar dunia.
Hal ini kemungkinan telah membuat banjir lebih parah di daerah-daerah ini, meskipun para ilmuwan menekankan bahwa faktor manusia lainnya juga berperan, seperti keputusan tentang di mana rumah dan infrastruktur dibangun.
Bulan ini, rekor banjir di Tiongkok selatan membuat lebih dari setengah juta orang mengungsi.
"Sementara tujuh juta orang masih "
sangat membutuhkan perlindungan dan bantuan setelah beberapa hujan lebat dalam satu abad membuat sungai meluap ke tingkat rekor dan menggenangi desa-desa pedesaan," kata Palang Merah di Bangladesh pada Selasa. SB/ST/ And

Redaktur : andes
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top