Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Prospek Perekonomian - BI Terus Optimalkan Tiga Instrumen untuk Stabilkan Rupiah

Stabilitas Rupiah Tetap Terjaga

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak menguat sesuai dengan faktor fundamentalnya saat ketegangan dan gejolak global mereda.

Tahun depan, stabilitas nilai tukar rupiah diperkirakan tetap terjaga meskipun di tengah ancaman ketidakpastian global.

"Faktor fundamental tersebut yakni pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi, inflasi yang rendah, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) yang menarik, dan dukungan stabilitas eksternal yang terjaga," ungkap Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Jakarta 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu (14/12).

Stabilitas eksternal yang terjaga tercermin dari perkiraan transaksi berjalan yang akan seimbang pada tahun depan, setelah tahun ini menghadapi surplus yang didukung oleh kinerja ekspor yang baik, katanya.

Neraca modal juga akan mengalami surplus yang berasal dari penanaman modal asing dan potensi masuknya investasi portofolio, sehingga pada akhirnya akan mendukung peningkatan cadangan devisa.

Meski saat ini cenderung terdepresiasi, Perry Warjiyo menilai stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga karena didukung oleh komitmen BI yang tinggi untuk terus menjaga stabilitas kurs Garuda.

Dari sisi kebijakan moneter, lanjutnya, untuk menurunkan inflasi dan melakukan stabilitas rupiah, tiga instrumen BI terus semakin dioptimalkan.

Pertama, kebijakan suku bunga acuan yang frontloaded, preemptive, dan forward looking secara terukur untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasarannya.

Instrumen kedua, lanjutnya, yaitu kebijakan stabilisasi rupiah akan terus dilakukan untuk memitigasi tekanan global, sehingga triple intervention akan terus dilakukan baik di pasar spot, pasar Domestic Non Delivery Forward (DNDF), maupun transaksi SBN di pasar sekunder.

Kemudian, lanjutnya, instrumen ketiga yaitu koordinasi erat dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk memastikan kenaikan imbal hasil SBN, khususnya jangka panjang, tidak berlebihan dan tetap terjaga untuk pembiayaan fiskal, menarik investor asing masuk, dan menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Karenanya, BI akan terus mengoptimalkan twist operation dengan melakukan penjualan SBN tenor jangka pendek dan melakukan pembelian SBN tenor jangka panjang.

"Triple Intervention"

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan kebijakan yang diterapkan BI dapat menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, khususnya pada 2023.

Dia menjelaskan kebijakan tersebut di antaranya triple intervention, yaitu upaya intervensi pada pasar spot valuta asing (valas), Domestic Non- Delivery Forward (DNDF), dan pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Kemudian, implementasi Local Currency Settlement (LCS), yaitu mendorong negara di kawasan Asia untuk menggunakan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan dan investasi, agar tidak bergantung pada dolar Amerika Serikat (AS).

Selain itu, disiplin devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA), dengan mendorong para pelaku eksportir untuk lebih lama memarkir devisa hasil ekspornya ke domestik, sehingga nilai tukar rupiah akan relatif lebih stabil.

Menurutnya, sebenarnya kondisi fundamental perekonomian Indonesia cenderung solid, yang ditunjukkan dengan surplus neraca perdagangan selama 30 bulan berturut turut.

Ditambah, neraca transaksi berjalan juga surplus selama lima triwulan berturut-turut sejak triwulan III-2021.

"Yang perlu diperhatikan, kondisi yang terjadi bukan rupiah satu satunya mata uang yang melemah terhadap dollar AS, tetapi dollar AS yang menguat terhadap mata uang di seluruh dunia, termasuk mata uang negara maju," kata Josua.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top