Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Rustian

Sosok Tulus Membantu, tak Harap Imbalan

Foto : ISTIMEWA

rustian

A   A   A   Pengaturan Font

Sekarang ini semua diuangkan. Maka tidak ada jasa gratis. Benarkah demikian? Ternyata tidak karena masih ada sosok yang rela membantu tanpa minta imbalan. Orang tersebut bernama Rustian. Salah satu yang perlu diacungi jempol pada sosok Presiden Direktur Rokan Bono Malaka, Rustian, ini adalah ketulusan dalam membantu.

Dia tidak mengharapkan imbalan sama sekali. Hal ini sungguh sangat patut ditiru generasi sekarang. Sebab sekarang adalah zaman serbakomisi. Tidak ada pekerjaan atau jasa gratis. Istilah umumnya, "Tidak ada makan siang gratis." Semua orang minta upah. Bahkan tidak berjasa pun, seolah berjasa. Tujuannya agar mendapat upah atau imbalan.

Namun tidak demikian dengan Rustian. Hal ini antara lain dapat dilihat ketika dia berhasil membantu mengembalikan dana PT Barito Pacific (perusahaan milik konglomerat Prayoga Pangestu). Ceritanya, ketika itu, Rustian kenal baik dengan salah satu Direktur Keuangan perusahaan Prayoga tersebut. Namanya W Tonkin, pindahan dari BDN (lebur ke Bank Mandiri).

Rustian kenal orang ini melalui tokoh pendidikan Prof Tabrani. Waktu itu, Rustian mengelola keuangan PBB untuk pengungsi Vietnam. Namun, dana asing sering terlambat masuk, sehingga Rustian mencari upaya sendiri untuk berbagai kebutuhan pengungsi, kelak diganti kalau dana asing masuk.

Nah, melalui Tonkin ini, Rustian banyak dibantu masalah dana. Sampai suatu siang, Tonkin menelepun Rustian dan minta datang ke kantornya di Barito Pacific di daerah Juanda, Jakarta Pusat. Ketika tiba di ruangan, Rustian tanya, "Ada apa?" Tonkin menjawab sambil garuk-garuk kepala, "Saya lagi pusing ni." Dia lalu menyampaikan keluhan bahwa uang Prayoga 50 miliar rupiah yang untuk kerja sama dengan sebuah yayasan milik Angkatan Laut tidak juga kembali, setelah tiga tahun berkali-kali ditagih. "You bisa bantu saya," tanyanya.

Rustian balik tanya, tidak salah Pak. Di sini (BP) ada anak-anak Soeharto. Ada Tutut, Bambang, atau Sigit. Tonkin bilang, "Tidak Iyan (dia memanggil Rustian, iyan). Yayasan (AL) tidak takut presiden." Singkat cerita, Rustian lalu meluncur ke Mabes ABRI (kini TNI) Cilangkap naik Volvo 740 mau ketemu Kasum ABRI, Sudibjo Rahardjo. Dia langsung ke lantai dua, kantor Kasum. Sespri Kasum memberi tahu, Kasum lagi di bawah ngopi dengan Panglima ABRI, Try Soetrisno.

Rustian menyusul ke ruang ngopi. Kasum tanya, "Ada apa?" Rustian menggunakan jurus Tonkin, sambil garuk-garuk kepala, bilang, "Saya lagi pusing." Ketika diceritakan di depan Kasum dan Panglima, Kasum tak langsung bicara. Akhirnya Panglima yang berbicara, "Masa gitu. Telepon saja KASAL," kata Try Sutrisno. Kasum lalu menelepon KASAL, M Arifin - yang dikenal Rustian sejak bunga dua. "Di dini ada Pak Rustian minta diselesaikan kerja sama AL dengan Barito Pacific." Tidak sampai 20 menit, Rustian lalu pamit. "O kita nggak janjian ya, Rus," kata Kasum.

Tidak sampai dua bulan kemudian, Rustian ditelepon Tonkin, "Terima kasih. Uang sudah kembali." Hanya begitu. "Hanya terima kasih. Sampai sekarang," tandas Rustian. Bahkan mungkin Prayoga tidak tahu bantuan ini karena Rustian tidak pernah bercerita setiap bertemu Prayoga, sampai sekarang. Begitulah membantu 50 miliar rupiah kembali, bukan uang kecil, dengan tulus, tanpa pamrih. wid/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top