Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kejahatan Perbankan

"Skimming" Sasar Nasabah Tak Cek Buku Tabungan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Skimming (pencurian data nasabah bank) dan hijacking email (pembajakan email nasabah bank) dapat terjadi karena nasabah terlalu ingin simpel dalam bertransaksi perbankan dan tidak mau datang ke bank. Kedua kejahatan tersebut dapat terjadi karena nasabah bank tidak pernah mengecek buku tabungan selama bertahun-tahun.

"Transaksi yang membeku atau tidak pernah dicek, menjadi target para hacker untuk diambil uangnya. Rekening yang tidak pernah dicek bertahun-tahun itu rawan untuk dibobol," kata Wadir Tipideksus Bareskrim Polri, Kombes Pol Daniel Tahi Monang, dalam diskusi 'Peran Polri dalam Memberantas Kejahatan Skimming Perbankan' di Jakarta, Selasa (10/4).

Menurut Daniel, modus kejahatan itu berkembang dari tahun ke tahun. Awalnya mengambil data, di mana data di kartu ATM disedot dan dipindahkan ke kartu lain. No PIN dan sejarah transaksi diketahui pelaku sehingga kartu bebas digunakan pelaku.

Pelaku mengambil data dari black magnetic di kartu ATM korban. Setelah bank mengetahui modus pencurian data lewat black magnetic, bank menggantinya dengan chip. "Penggunaan chip ini dipelajari pelaku dan mereka membuat skimmer, untuk merekam semua data yang ada di chip kecil tersebut," tukas Daniel.

Agar tidak dicurigai, mereka mengambil dana nasabah dalam jumlah kecil, namun sering. "Biasanya diambil sedikit-sedikit. Itu modus yang digunakan. Perubahan itu terus berlanjut. Ketika bank menggunakan e-banking, pelaku mencari kelemahannya," ujar Daniel.

Mereka biasanya menggunakan modus fake camera, di mana menempatkan kamera palsu untuk merekam aktivitas nasabah ketika di dalam boks ATM. "Ketika pelaku mendapat no PIN korban, mereka bebas bertransaksi menggunakan PIN korban," ujar Daniel.

Perbarui Sistem

Setelah bank memperbarui kembali sistem perbankannya dengan menggunakan token, tambah Daniel, pelaku kembali mencari kelemahannya. Modusnya mereka menghubungi korban ketika korban sibuk menerima telepon. Dalam keadaan tidak konsentrasi, pelaku menggiring korban agar memberikan no token agar dapat masuk ke dalam rekening korban. Jadi, kejahatan perbankan berkembang terus.

Pelaku menargetkan lokasi ATM yang sepi dari penduduk dan warga. Untuk itu, ketika masuk ke dalam boks ATM, periksa mesin apakah ada alat-alat tambahan. Daniel menyarankan nasabah agar waspada dan berhati-hati ketika menarik uang di boks ATM.

Perwakilan Bank BRI, Arga Budi Sastra, mengatakan pelaku melakukan skimming selain merampok uang juga karena ego. Dengan kemajuan teknologi, nasabah disarankan untuk berhati-hati.

"Sekarang search di dunia maya saja, sudah dapat diketahui nama lengkap kita, kegiatan, dan keluarga kita. Makanya, janganlah nomer PIN dan password jadi satu, karena gampang dipakai untuk membuka PIN kita," ujar Arga.

Menurut Arga, pelaku skimming bekerja berkelompok. Ada yang berperan sebagai orang yang memasang, mengambil uang, dan kasir. Untuk mengantisipasi, pihak bank melakukan koordinasi dengan sesama bank dan kepolisian. Pihak bank sudah secara rutin melakukan update antiskimming.

eko/amd/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top