Skema 'Super Tax Deduction' Harus Kita Sosialisasikan
Foto: Foto: IstimewaSerapan lulusan pendidikan dalam dunia usaha dan dunia industri (DUDI) jadi salah satu capaian peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu, institusi pendidikan, termasuk pendidikan vokasi, harus berkolaborasi lebih intens dengan DUDI.
Saat ini masih terdapat kesenjangan antara institusi pendidikan dalam hal ini pendidikan vokasi dengan DUDI. Lulusan vokasi masih sulit terserap lapangan pekerjaan. Padahal, pendidikan vokasi berorientasi untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja. Di sisi lain, industri juga kurang terlibat dalam berinvestasi menyiapkan lulusan yang siap kerja.
Untuk mengupas hal tersebut, Koran Jakarta mewawancarai Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Wikan Sakarinto. Berikut petikan wawancaranya.
Bagaimana upaya pemerintah dalam mendorong kolaborasi antara dunia pendidikan dan DUDI?
Pemerintah telah menerbitkan kebijakan Super Tax Deduction untuk DUDI yang terlibat aktif dalam pengembangan pendidikan vokasi. Program Super Tax Deduction adalah insentif pajak dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pada industri yang terlibat dalam program pendidikan vokasi. Pemotongan pajak mencapai 200 persen.
Kebijakan dari Kemenkeu untuk mendukung pengembangan pendidikan vokasi dalam bentuk skema Super Tax Deduction harus kita sosialisasikan. Dengan begitu, seluruh DUDI memiliki semangat yang sama untuk bisa bersama memajukan pendidikan vokasi.
Apa arahan dari adanya insentif ini?
Selain menjadi magnet untuk menarik DUDI, cara ini memancing DUDI untuk melakukan investasi jangka panjang di bidang vokasi yang akan melahirkan SDM vokasi yang unggul. Hingga kemudian akan mendukung DUDI dan akhirnya meningkatkan aspek ekonomi makro secara umum.
Aspek DUDI lainnya baik di tingkat nasional ataupun daerah untuk terus bergandengan tangan dengan pendidikan vokasi demi tercapainya sumber daya manusia yang unggul, sehingga percepatan pembangunan nasional dapat tercapai.
Selain insentif, bagaimana kesiapan satuan pendidikan vokasi dalam menyiapkan lulusan yang berkualitas?
Di 2020 ini, kita telah mengembangkan total 476 SMK di 34 provinsi menjadi Center of Excellence. SMK-SMK ini dapat dijadikan panutan link and match atau perkawinan antara dunia pendidikan dengan DUDI. Pada tahun 2021, jumlahnya akan kita tingkatkan.
Selain itu, 800 kepala SMK kita training, kita tingkatkan kapabilitas leadership-nya. Kemudian, peningkatan kemampuan dari 160 guru kejuruan, dan sudah memberikan sertifikasi kompetensi kepada 62 ribu siswa SMK kita.
Lulusan SMK ini kerap dianggap malah menjadi penyumbang jumlah pengangguran di Indonesia. Bagaimana agar lulusan SMK ini siap terjun ke pasar kerja?
Kami sudah menyiapkan program SMK-D2 Jalur Cepat. Dengan program ini, siswa tidak hanya akan mengantongi ijazah SMK saja, namun juga ijazah D2 sekaligus saat lulus.
Skemanya, siswa menempuh enam semester di SMK dan tiga semester menjadi mahasiswa di level pendidikan tinggi. Jadi, pengalaman bekerja di industri akan lebih banyak.
Skema ini melibatkan tiga pihak, yaitu SMK, Pendidikan Tinggi Vokasi (PTV), dan DUDI. Pada pelaksanaan tahap awal, tercatat 20 PTV, lebih dari 80 SMK, dan 35 DUDI yang siap berkomitmen untuk menjadi pionir dalam mewujudkan program ini.
n muhamad ma'rup/P-4
Redaktur: Khairil Huda
Penulis:
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Pemerintah Sosialisasikan Hasil COP29 Sembari Meluncurkan RBC-4
- 2 Regulasi Baru, Australia Wajibkan Perusahaan Teknologi Bayar Media Atas Konten Berita
- 3 RI Harus Antisipasi Tren Penguatan Dollar dan Perubahan Kebijakan Perdagangan AS
- 4 Jika Alih Fungsi Lahan Pertanian Tak Disetop, Indonesia Berisiko Krisis Pangan
- 5 Segera diajukan ke Presiden, Penyederhanaan Regulasi Pupuk Subsidi Masuk Tahap Final