Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Swiss van Java

Situ Bagendit yang Makin Genit

Foto : FOTO-FOTO: KORAN JAKARTA/TEGUH RAHARDJO
A   A   A   Pengaturan Font

Situ Bagendit, sebuah danau alami cukup luas, dengan lokasi kawasannya yang mencapai sekitar 150 hektar dalam waktu dekat akan direvitalisasi. Danau yang terletak di Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut ini mulai dibenahi tahun ini.

Bukan hanya bupatinya, tetapi gubernur dan bahkan presiden pun merestui rencana revitalisasi situ terluas di Garut ini. Sebab selain potensi wisata untuk peningkatan ekonomi warga Garut, Bagendit juga dapat menjadi penyimpan air bersih.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bahkan optimistis jika Situ Bagendit dapat menjadi destinasi wisata kelas dunia di kawasan Swiss van Java, atau swiss di Jawa itu. Apalagi dengan cerita urban legend-nya yang diyakini kebenarannya oleh warga setempat, menjadikan Situ Bagendit lokasi wisata yang lengkap. Wisata alam, wisata air dan wisata budaya.

Menurut cerita rakyat setempat, zaman dahulu kala hidup seorang wanita kaya raya bernama Nyai Endit. Nyai Endit dikenal amat kikir dan jahat terutama pada orang miskin, sampai satu ketika saat dia mengadakan pesta muncul seorang kakek yang terlihat miskin meminta makanan.

Karena kekikirannya, Nyai Endit tidak memberikan apapun pada kakek tersebut hingga akhirnya kakek itupun pergi. Keesokan harinya, masyarakat daerah tersebut geger karena adanya sebatang lidi yang menancap di tanah desa tapi tidak ada seorangpun yang sanggup mencabutnya.

Sampai akhirnya sang kakek muncul kembali dan mencabut lidi tersebut. Dikisahkan bahwa dari bekas lubang lidi tersebut mengalir air yang semakin lama semakin deras hingga akhirnya menenggelamkan wilayah tersebut. Nyai Endit karena cintanya pada harta tidak mau meninggalkan rumahnya dan akhirnya ikut tenggelam. Muncullah sebuah danau yang luas, Situ Bagendit.

Situ Bagendit merupakan danau yang dikelilingi pegunungan. Danau legendaris ini berada di pinggir Jalan Bagendit, sekitar empat kilometer dari Kota Garut atau 40 kilometer dari Kota Bandung. Menelusuri danau legendaris ini dari Kota Bandung, wisatawan akan dimanjakan dengan panorama alam berupa hamparan sawah, pepohonan dan pegunungan.

Situ Bagendit memiliki air yang jernih yang berasal dari pegunungan di utara dan baratnya. Di tepian danau parkir belasan rakit bambu, perahu model hewan seperti ikan, angsa, gajah dan lainnya. Juga terdapat motor air dan balon-balon plastik. Dengan rakit atau perahu hewan tersebut pengunjung bisa berkeliling danau. Situ ini juga tepat untuk rekreasi keluarga sambil mengenal alam.

Sedangkan bagi pengunjung yang hobi mancing, di danau yang terkenal dengan legenda Nyi Endit ini mengenal ikan nila khas Bagendit yang tumbuh alamiah. Anehnya bagi pemancing, yang mendapatkan ikan nila, memilih untuk melepaskannya kembali. Banyak ikan yang tumbuh alami di Situ Bagendit, di antaranya selain ikan nila juga terdapat ikan gabus dan ikan mas dan lainnya. Ikan-ikan ini bebas dipancing wisatawan untuk dibawa pulang. Termasuk ikan nila, juga bisa dipancing dan dibawa pulang, tidak perlu takut.

Untuk bisa masuk dan menikmati panorama alam Situ Bagendit, harga tiket masuk relatif murah. Bagi pengunjung dewasa tarif tiketnnya 3.000 rupiah dan anak-anak 2000 rupiah. Harga tiket belum termasuk fasilitas rakit atau perahu.

Situ Bagendit memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan lebih besar. Potensi yang bisa dikembangkan itu di antaranya alam, kuliner, dan oleh-oleh khas garut. Namun, situ di bawah pengelolaan Dinas Pariwisata Kabupaten Garut ini masih kurang mendapat perawatan. Di beberapa titik danau masih terdapat sampah plastik sisa kunjungan atau limbah warga sekitar.

Oleh-oleh khas

Di sekeliling Situ Bagendit banyak ditumbuhi pohon yang tinggi dan rindang. Berdiri kios-kios makanan dan cenderamata khas Garut. Anak-anak bisa menikmati kereta mini yang relnya mengitari sebagian situ. Gazebo-gazebo didirikan di pinggir danau, cocok untuk istirahat sambil makan.

Nah, bagi yang suka cenderamata unik, di kawasan Situ Bagendit ada pengrajin yang menghasilkan lukisan dari eceng gondok, tumbuhan air yang banyak tumbuh di Situ Bagendit. Ada pula lukisan berbahan dasar eceng gondok, lumut dan akar eceng gondok.

Cenderamata lainnya adalah berbagai kerajinan berupa tas batik, ukiran bambu, ukiran binatang dari kayu, dan miniatur domba garut. Berbagai cenderamata ini bisa menjadi etalase rumah sebagai hiasan tradisional.

Dan tentu saja oleh-oleh khas Garut yakni dodol dan kerupuk kulit atau krupuk rambak. Oleh-oleh ini mudah ditemukan di sepanjang jalan kawasan Kota Garut. Bahkan ada olahan dodol kekinian yang dinamakan Chocodot atau cokelat dodol. tgh/R-1

Kampungnya Tukang Cukur

Nah, yang saat ini semakin dikenal dari Banyuresmi adalah tukang cukur. Garut dikenal sebagai penghasil tukang cukur. Baik tukang cukur di bawah pohon, hingga kedai cukur yang modern, dipastikan pelaku usahanya adalah warga Garut khususnya Banyuresmi.

Saat meninjau Situ Bagendit, Presiden Joko Widodo bersama Ridwan Kamil sempat menikmati keindahan situ. Menaiki rakit di atas danau dan duduk-duduk menikmati keindahan alamnya.

Usai jalan-jalan di situ, Presiden menyempatkan diri untuk bercukur. Kegiatan cukur masal ini pun meriah karena ada ratusan tukang cukur asli Garut yang juga ikut dalam gerakan cukur masal bersama Presiden.

Saat ini anggota Persatuan Pangkas Rambut Garut (PPRG) sekitar 3.500 orang yang tersebar di Garut dan kota besar di Tanah Air.

Ridwan Kamil menyebutkan bahwa salah satu pertumbuhan ekonomi Jawa Barat ditopang oleh kemandirian ekonomi daerah dengan potensi keahlian tertentu yang bergerak secara masif, seperti keahlian pangkas rambut misalnya.

Seperti diketahui, Kampung Cukur yang berada di beberapa desa Kecamatan Bayuresmi Garut, sudah lama dikenal sebagai gudang tukang cukur andal Tanah Air.

Mayoritas warga di Kecamatan Banyuresmi, terbiasa mempelajari ilmu cukur rambut sejak usia anak-anak. Dengan kemampuan alami, teknik cukur yang mereka pelajari semuanya dipelajari secara otodidak.

Pada perkembangan selanjutnya, banyak tukang cukur yang mengais rezeki di ibu kota dan sejumlah kota besar di Tanah Air. Sehingga, masyarakat dari luar Garut, sengaja menimba ilmu mencukur di Kecamatan Banyuresmi. tgh/R-1

Komentar

Komentar
()

Top