Sistem yang Rugikan Petani Harus Dibasmi
"Sekarang, krisis pangan juga mematikan satu bangsa. Apakah ini pernah dibayangkan bapak pendiri bangsa. Karena kondisi sekarang ini pasti bukan tujuan memerdekakan Indonesia," kata Gatot saat dihubungi, Kamis (6/8).
Menurutnya, petani Indonesia sekarang ini tidak bisa menjual produk dengan harga layak. Ini terjadi karena sengaja dimatikan atas arahan pedagang. "Ironis, Indonesia sebagai negara agraria, tapi 60 persen produk pangan impor, sehingga menjadi tertawaan dunia. Kondisi ini terjadi akibat oknum pejabat dan kroni sengaja membunuh petani Indonesia," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (3/8) mengumumkan Nilai Tukar Petani (NTP) pada Juli 2020 sebesar 100,09 persen atau naik 0,49 persen dibanding bulan sebelumnya. NTP tersebut menurut pakar pertanian Institut Pertanian Bogor, Dwi Andreas Santosa masih jauh dari ideal.
Gatot menjelaskan, keserakahan dan kejahatan ekonomi ini membuat perdagangan monopolistik yang membunuh pertanian Indonesia dan membuat satu bangsa makan dari segelintir orang. "Kejahatan monopolistik dan ekonomi ini berjalan secara sistematis, karena oknum pejabat diperalat dan menikmati rent seeking, pedagang berkuasa dengan untung besar dan keuntungan itu digunakan untuk mengatur pemerintah," papar Gatot.
Anggaran Defisit
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya