Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kasus Gulkarmat/Pemeriksaan Dilakukan secara Menyeluruh

Sistem Proteksi Bangunan dari Kebakaran Diinspeksi

Foto : ANTARA/ Fakhri Hermansyah

Polisi berjaga saat petugas pemadam kebakaran berupaya memadamkan api ketika terjadi kebakaran di Museum Nasional di Jakarta, Sabtu (16/9/2023).

A   A   A   Pengaturan Font

Idealnya bangunan yang aman dan andal secara administrasi, juga harus andal secara proteksi aktif maupun pasif.

JAKARTA - Guna menghindari atau mengantisipasi kebakaran, bangunan-bangunan tinggi Jakarta diinspeksi Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta.

Ini dampak dari kebakaran Museum Nasional beberapa waktu lalu. "Kami mengintensifkan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terhadap bangunan gedung guna mengantisipasi kebakaran," ujar Kepala Bidang Operasi Dinas Gulkarmat, Suheri, usai menghadiri diskusi kebencanaan, Rabu (20/9).

Menurut dia, idealnya bangunan yang aman dan andal secara administrasi, juga harus andal secara proteksi. Pemeriksaan sistem proteksi tersebut dilakukan secara menyeluruh. Pemeriksaan meliputi sistem proteksi pasif dan aktif. Suheri menjelaskan sistem proteksi pasif adalah jenis proteksi kebakaran berupa penggunaan bahan dan struktur bangunan yang memiliki ketahanan terhadap api.

Adapun sistem proteksi aktif adalah pemeriksan terhadap alat deteksi yang digunakan untuk membantu proses pemadaman seperti detektor, alarm, alat pemadam api ringan (APAR), hidran, danspringklerotomatis. Pemeriksaan sistem proteksi gedung akan dilakukan secara berkala sesuai dengan permohonan pemilik gedung.

Namun, khusus untuk bangunan cagar budaya harus melalui mekanisme tertentu. Salah satunya, menunggu laporan dari tim ahli khusus cagar budaya. Juga menunggu informasi dari tim sidang pemugaran Provinsi DKI Jakarta. Hal ini sesuai dengan Pergub Nomor 8 tahun 2008 tentang Pencegahan dan penanggulangan Bahaya Kebakaran di DKI Jakarta.

Antisipasi

Sementara itu, peristiwa kebakaran Museum Nasional Jakarta Pusat, Sabtu (16/9), mengakibatkan 817 koleksi dan benda bersejarah ikut terdampak. Koleksi dan benda bersejarah yang terdampak merupakan koleksi berbahan perunggu, keramik, terakota, dan kayu serta koleksi miniaturdan replika benda prasejarah.

Dosen Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM) yang juga pengamat sejarah, Rudy Wiratama, mengatakan sebuah artefak budaya yang bersifattangibleatau aset berwujud akan mengalami penyusutan karena kondisi fisiknya, perlakuan terhadapnya, atau keadaan kahar seperti kebakaran.

Dari kondisi itu, kata Rudy, bisa digambarkan betapa rawannya keamanan benda-benda budaya museum. Apalagi masih ada pemahaman bahwa museum adalah "ruang pajang". Untuk itu, Rudy menyampaikan beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi kerusakan benda bersejarah akibat peristiwa serupa seperti yang terjadi Museum Nasional.

Pertama, memajang replika koleksi berharga disertai dengan keterangan tentang artefak aslinya. Adapun artefak aslinya disimpan di inventory yang dicatat keamanannya. Kedua, membuat database yang memuat keterangan lengkap baik tekstual maupun visual. Dengan begitu, selain museum memajang artefak asli maupun replika konvensional, dimungkinkan juga keberadaan tour virtual untuk mengoptimalkan pengalaman kunjungan wisatawan.

Terakhir, memperluas pemahaman bahwa museum dan cagar budaya tidak memelihara aspek tangible, namun juga intangible. Maka, wisatawan tidak hanya melihat situs dan artefak hanya sebagai benda. Namun, menumbuhkan kesadaran bahwa benda tersebut memiliki konteks waktu dan ruang yang penting bagi peradaban.

"Peristiwa kebakaran Museum Nasional adalah waktu yang tepat untuk berbenah dan mengubah perspektif masyarakat terhadap museum," kata Rudy.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top