Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penanaman Modal - Pertumbuhan Investasi Kuartal I-2019 Catat Angka Terlemah

Sistem Perizinan Belum Padu, Minat Investasi Asing Menyusut

Foto : Sumber: BKPM – Litbang KJ/and - KJ/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

>> Pengumuman hasil real count Pilpres 2019 akan menambah kepastian bagi investor.

>> Pemerintah evaluasi instrumen kebijakan yang bertujuan tarik investasi asing di sektor riil.

JAKARTA - Investor asing dinilai masih menahan diri, sehingga tidak segera merealisasikan penanaman modal di Indonesia. Selain faktor pemilu, minat Penanaman Modal Asing (PMA) pada tiga bulan pertama tahun ini melemah akibat sistem perizinan yang belum padu sehingga menghambat proses investasi.

Pengamat ekonomi Indef, Bhima Yudhistira, menyatakan proses pesta demokrasi 2019 membuat investor asing pada kuartal I-2019 cenderung menunggu sehingga tidak bergegas merealisasikan investasinya. "Itulah yang memicu investasi asing pada kuartal I-2019 turun 0,9 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu," ungkap dia, di Jakarta, Kamis (2/5).

Di samping itu, lanjut Bhima, penurunan PMA juga disebabkan belum sinkronnya perizinan terpadu Online Single Submission (OSS) dengan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di daerah. "Ini membuat proses izin investasi jadi lebih lama dan kompleks," ungkap Bhima.

OSS adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada pelaku usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.

Beberapa faktor lain yang menghambat investasi adalah 16 Paket Kebijakan Ekonomi yang tidak efektif mendorong investasi. "Investor menanggapi dingin paket itu," kata Bhima. Berikutnya, penurunan harga komoditas perkebunan dan pertambangan di pasar global membuat investasi komoditas kurang menarik. Lalu, pertumbuhan konsumsi yang melambat akibat stagnasi pendapatan masyarakat. "Ini membuat investor yang mau membuat pabrik khawatir permintaan produk tidak sesuai harapan," jelas dia.

Oleh karena itu, Bhima mengharapkan pemerintah mengantisipasi faktor-faktor penghambat tersebut, antara lain dengan memperbaiki kualitas kebijakan khususnya perizinan OSS dan implementasi 16 Paket Ekonomi. "Terakhir, ganti pejabat yang bertanggung jawab terhadap penanaman modal karena gagal tarik investasi," tukas dia.

Sebelumnya dikabarkan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan dalam triwulan I-2019 nilai investasi yang mengalir di Indonesia mencapai 195,1 triliun rupiah atau tumbuh 5,3 persen dibandingkan triwulan I-2018 sebesar 185 triliun rupiah. Pertumbuhan investasi satu digit itu merupakan yang terlemah dalam lima tahun terakhir.

Apabila dikelompokkan, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di triwulan pertama 2019 naik 14,1 persen dibandingkan periode sama 2018 sebesar 76,4 triliun rupiah. Sebaliknya, PMA turun 0,9 persen dibandingkan triwulan pertama 2018 sebesar 108,9 triliun rupiah.

Tantangan Ekonomi

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa investasi dan aliran modal tumbuh melambat pada kuartal I-2019. Namun, BI optimistis aliran modal akan meningkat pada kuartal kedua .

Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko, menyampaikan banyak hal yang mempengaruhi aliran investasi itu. BI optimistis, apalagi setelah pengumuman hasil real count pemilu presiden pada 22 Mei nanti akan menambah kepastian bagi investor. "Nilai kelayakan investasi kita menunjukkan positif tadinya stabil, secara ekonomi pertumbuhan kita bagus," kata Onny, Kamis.

Menanggapi penurunan PMA, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menilai bahwa investasi asing yang masuk ke Indonesia masih dalam prospek yang menjanjikan. Menurut dia, penurunan PMA itu disebabkan oleh kondisi global. Kondisi itulah yang menjadi tantangan ekonomi Indonesia tahun ini.

"Dari sisi investasi dengan adanya lingkungan global di mana kecenderungan suku bunga meningkat dan direspons oleh Bank Indonesia tentu itu juga akan menjadi tantangan untuk tahun 2019," kata Sri Mulyani, awal pekan ini.

Menkeu yakin iklim investasi di Indonesia masih menjanjikan. Pertumbuhan investasi dalam negeri dinilai masih cukup sehat dan kuat. "Meskipun demikian, kalau melihat dari rapat KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) kemarin menunjukkan bahwa credit growth untuk yang domestik, apakah kredit untuk investasi maupun modal kerja, pertumbuhan investasinya masih cukup healthy dan strong di atas 12 persen bahkan 13 persen," papar Sri Mulyani.

Dia menyatakan akan mengevaluasi berbagai instrumen kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk menarik investasi asing di sektor riil. ers/Ant/WP

Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Antara

Komentar

Komentar
()

Top