Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Review film "Pemukiman Setan"

Sirkuit Teror di Rumah Tua Ciptaan Charles Gozali

Foto : Istimewa

Adinda Thomas dalam "Pemukiman Setan".

A   A   A   Pengaturan Font

Jika nanti jumlah penonton "Pemukiman Setan" tidak sampai melewati capaian KKN di Desa Penari yang lebih dahulu populer lewat X (Twitter), mungkin kerugian ada pada belasan juta penggemar film horor Tanah Air.

Metafora ini untuk menggambarkan betapa karya terbaru sutradara Charles Gozali ini, dengan segala kelebihan dan kekurangan, pantas disebut sebagai standar baru film horor nasional. Bahkan mungkin akan sulit dikejar oleh hits lain yang kerap menjiplak langsung gaya jump scarebeberapa judul Hollywood.

Kelebihan utama Pemukiman Setan memang bukan pada sisi jump scare, sungguhpun tetap menarik, terbukti banyak penonton yang menutup mata. Seperti film-film Joko Anwar, kekuatannya adalah cara bertutur yang baik, sepanjang durasi 1,5 jam penonton pun terpaku dan rela mengikutinya.

Dibuka dengan rentetan adegan yang melatarbelakangi, saat mahapatih sebuah kerajaan, Adiwilaga Wihanggamapati (Rizky Hanggono), mengeksekusi mati Mbah Sarap (Putri Ayudya), penyihir jahat yang telah mencelakai banyak orang. Film ini langsung menunjukkan cerita yang kuat, detil artistik, serta kekuatan karakter yang ditunjukkan oleh para pemain.

Sebelum benar-benar mati, Mbah Sarap bersumpah akan mewariskan Wrejit, jin jahat yang menjadi pembantu setia dukun santet itu kepada keturunannya kelak.

Adegan pun beralih ke masa sekarang di mana sekawanan anak muda yang punya masalah keuangan; Alin (Maudy Effrosina), Gani (Bhisma Mulia), Fitrah (Daffa Wardhana) dan Zia (Ashira Zamita), mencari jalan keluar dengan merencanakan pencurian pada sebuah rumah di daerah terpencil.

Ternyata rumah tersebut merupakan milik dari keluarga keturunan Mbah Sarap yang sedang berusaha membangkitkan kembali Wrejit, pada salah satu dari mereka. Dan dari sini teror bergerak tak terkendali dengan berbagai kengerian, dan kekerasan membentuk sirkuit horor yang apik.

Ya, Pemukiman Setan tak hanya berbekal keseraman gaib, namun juga memasukkan unsur-unsur gore seperti resep yang dipakai
Kimo Stamboel pada Ratu Ilmu Hitam (2019) dan Rumah Dara (2009), namun dengan tingkat kesadisan yang lebih terukur. Harmonisasi unsur gaib dan kekerasan dalam ramuan cerita yang kuat inilah yang membuat film ini pantas diperhitungkan.

Tak lepas dari kekurangan, seperti gaya marah karakter Fitrah yang ala-ala sinetron, namun masih masuk dalam lingkup cerita.

Pantas jadi catatan, adalah akting Adinda Thomas sebagai main villain yang manglingi (tak disangka). Kombinasi kecantikan dengan intonasi suara dan gaya tawanya yang khas mampu mengentalkan sosok jahat alumnus London School of Public Relations ini.

Selain itu, film ini terasa luwes dalam mengadopsi bahasa daerah oleh para sebagian karakter yang diceritakan berasal dari Malang, Jawa Timur, tanpa menimbulkan kesan memaksa. Juga, music score dan efek suara yang prima membuat Pemukiman Setan wajib dinikmati di bioskop, dengan aura horornya yang terasa seperti mengelilingi penonton.

Pasca horor aksi religi Qodrat (2022) yang memasangkan aktor pasutri, Vino G. Bastian dan Marsha Timothy, Pemukiman Setan bisa disebut sebagai upgrade yang signifikan dari
Charles Gozali. Tidak mengherankan jika nanti Magma Entertainment dan Rapi Films kelak akan membuat kelanjutan kisah ini.

Naskah yang ditulis oleh Gea Rexy dan Charles Gozali ini turut menampilkan dua post-credits scene ala Marvel yang membuka lebar peluang sekuel kedua.


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top