Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bonus Demografi - Perlu Perencanaan Strategi Kesehatan

Siapkan SDM Sedari Kandungan

Foto : ANTARA/HO-Humas UI

Webinar nasional dengan tema “Menyongsong Indonesia Emas 2045: Peningkatan Kualitas SDM dan Pembangunan Kesehatan Berkelanjutan” yang digelar oleh PEBS FEB UI.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Bangsa Indonesia perlu menyiapkan sumber daya manusia (SDM) sejak dini, pada 1.000 hari pertama, atau bahkan sedari dalam kandungan. Hal ini untuk mengantisipasi bonus demografi. Pernyataan ini disampaikan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Prof Sri Moertiningsih Setyo Adioetomo, Ph.D, di Jakarta, Rabu (28/7).

Menurutnya, peluang bonus demografi harus bisa dimanfaatkan untuk intervensi pembangunan manusia. Salah satu yang dapat dilakukan, mempersiapkan SDM berkualitas sejak dini, yakni mulai dari 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) atau sejak ibu mengandung," kata Moertiningsih.

Peneliti di Lembaga Demografi FEB UI itu menambahkan, perkembangan kognitif anak dimulai ketika 1.000 HPK. Ibu yang sedang mengandung dapat menjaga pemenuhan gizinya dan pola hidup sehat. Di antaranya, tidak merokok dan menghindari paparan asap rokok karena dapat mengganggu pertumbuhan janin.

Pandangan tersebut dikemukakan saat webinar nasional dengan tema "Menyongsong Indonesia Emas 2045: Peningkatan Kualitas SDM dan Pembangunan Kesehatan Berkelanjutan." Acara ini diselenggarakan Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah FEB UI bersama International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (The Union).

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat FKM UI Prof Ascobat Gani menambahkan, pembangunan SDM berkualitas dapat dilakukan dengan berfokus pada sistem kesehatan. Caranya memerhatikan the current stock human capital (penduduk usia 0-20 tahun) dan the future stock human capital (penduduk usia 20-55 tahun).

Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga mutu the current stock human capital. Antara lain dengan menyediakan tenaga kesehatan dan sarana prasarana kesehatan memadai di seluruh wilayah Indonesia.

Selain itu, mengalokasikan pembiayaan promosi kesehatan lebih besar, redistribusi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari Puskesmas ke klinik swasta agar Puskesmas tetap dapat berfokus pada promotif preventif. Kemudian menurunkan prevalensi merokok.

Perencanaan

Narasumber lainnya, Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Prof Yayi S Prabandari memaparkan bahwa strategi untuk perubahan perilaku dalam promosi kesehatan dapat dilakukan melalui informasi, pemasaran, insentif, restriksi, indoktrinasi dan peraturan. Ini yang dilakukan individu, kelompok, faskes, dan sekolah.

Untuk menghasilkan SDM berkualitas diperlukan perencanaan dan strategi promosi kesehatan yang komprehensif, kerja sama lintas sektor, dan pemangku kepentingan. "Kita perlu bergandeng tangan dengan semua pihak dari berbagai bidang. Jadi, tidak hanya dari sisi kesehatan karena persoalan kesehatan ditentukan banyak sisi," ujarnya.

Sedang anggota Komisi IX DPR, Netty Prasetyani, mengatakan selalu mengingatkan pemerintah mengenai gerakan masyarakat sehat (Germas) bukan hanya jargon. Diperlukan breakdown lebih lanjut mengenai kebutuhan warga.

"Ke depan, harus ada terobosan dan kreativitas agar anggaran dihemat. Utamanya dalam konteks menjamin kesehatan dan sosial seluruh warga," katanya.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Antara, Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top