Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Setelah Ibukota Negara (IKN) Pindah ke Kalimantan, Ini Proyeksi MRT Jakarta

Foto : ANTARA/Aprillio Akbar

Pekerja melakukan penggalian di dekat jalur rel kereta trem yang ditemukan di lokasi pembangunan MRT Jakarta fase 2A paket kontrak atau CP 203 Glodok-Kota, Jakarta, Rabu (29/12/2021).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta agaknya hampir bisa dipastikan, memproyeksikan Jakarta sebagai kota pusat ekonomi dan bisnis skala global, setelah nanti tidak lagi menyandang status Ibu Kota Negara (IKN).

Salah satu upaya yang dilakukan adalah menyusun Rencana Pembangunan Daerah (RDP) 2023-2026 untuk menjawab kebutuhan pembangunan dengan orientasi untuk bisa bersaing dengan kota bisnis global lainnya.

Tentu, aspek yang dibidik adalah bisa bersaing dari sisi pemerintahan, sumber daya manusia, infrastruktur dan pengelolaan sumber daya sehingga mampu mendanai pembangunan dan mendorong ekonomi tumbuh lebih pesat.

Proyeksi itu rupanya mengilhami konsep pengembangan transportasi massal modern, nyaman dan terintegrasi yang dirancang PT Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta.

Salah satunya dalam rancangan konsep pembangunan MRT fase 3 yang membentang dari Banten-DKI Jakarta-Jawa Barat dengan panjang mencapai 87 kilometer (km), dari Balaraja ke Cikarang.

Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan konsep pengembangan jalur MRT Jakarta timur ke barat itu akan berbeda dengan pembangunan jalur MRT utara ke selatan (fase 1 dan 2).

Apabila MRT jalur utara ke selatan berorientasi kepada penyelesaian proyek (project oriented), maka untuk jalur timur ke barat nanti akan menerapkan orientasi koridor (corridor oriented).

Maksudnya, pengembangan jalur MRT Jakarta dari timur ke barat itu nanti tidak hanya memanusiakan mobilitas penumpang yang diperkirakan mencapai 1,2 juta per hari di tiga depo yang akan dibangun, baik dengan adanya jalur pejalan kaki yang lebih teduh, nyaman, serta akses yang mudah penggunaannya.

Tapi secara paralel, pembangunan konstruksi MRT itu juga diharapkan meningkatkan kualitas perancangan kanal-kanal kota sebagai fitur estetika dan wajah jalan di dalam kawasan serta terintegrasi dengan ruang terbuka hijau.

William menilai, pada pembangunan fase 1 lalu membuktikan bahwa hadirnya MRT menimbulkan efek ganda terhadap kontribusinya bagi suatu kawasan, bukan hanya secara pengembangan ekonomi dari sebuah kawasan, tapi juga memberikan manfaat lain yang bisa dirasakan oleh pemerintah maupun masyarakat setempat.

Maka sepanjang jalur Balaraja menuju Cikarang, William memetakan ada 49 kawasan yang dilalui jalur MRT Jakarta berpotensi menjadi kawasanurban regenerationdengan metode Transit Oriented Development (TOD).

Selain itu, pencapaian visi pembangunan berkelanjutan 2030 turut dicanangkan dengan konsep zero emisi melalui pemanfaatan energi baru terbarukan di pembangunan jalur MRT Jakarta tersebut.

Hal ini turut menjadi perhatian, sehingga William mengatakan jalur MRT yang menghubungkan tiga provinsi ini menargetkan potensi penggunaan listrik surya atap untuk jalur melayang sebesar 30 Mega Watt peak (MWp).

Kemudian juga, seiring dengan adanya rencana integrasi transportasi di Jakarta pada 2022, nantinya masyarakat dapat lebih mudah menjangkau stasiun MRT Jakarta tersebut secara langsung dari kantong-kantong permukiman mereka, menggunakan pilihan transportasi massal yang dirasa paling cepat atau paling efisien dalam tarif berdasarkan sistem Jaklingko.

Pembangunan MRT fase tiga akan dibagi menjadi tiga bagian. Rinciannya adalah mulai dari bagian pertama yang menghubungkan Ujung Menteng-Kalideres sepanjang 33,8 km, bagian kedua yang menghubungkan Cikarang-Ujung Menteng sepanjang 21,9 km dan bagian ketiga Balaraja-Kalideres sepanjang 28,4 km.

Untuk bagian pertama proyek MRT Jakarta fase tiga ini rencananya pembangunan dibagi menjadi dua tahap.

Tahap pertama dari Ujung Menteng ke Taman Anggrek sepanjang 23,1 km dan tahap kedua dari Taman Anggrek ke Kembangan sepanjang 10,8 km.

Proyek ini dinilai bakal menelan biaya yang sangat besar, bahkan bila dihitung-hitung secara kasar dengan asumsi ekonomi saat ini diperkirakan biayanya mencapai sekitar Rp160 triliun.

Soal sumber pendanaannya, William menjelaskan saat ini yang sudah komitmen untuk membantu adalah pihak Jepang melalui JICA.



Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top