Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Senja Kala Era Sepakbola "Jor-joran"

Foto : Reuters
A   A   A   Pengaturan Font

Sepakbola sudah menjadi industri raksasa yang melibatkan jutaan hingga miliaran Euro dalam pelaksanaanya. Tak berlebihan jika klub-klub raksasa kerap jor-joran belanja pemain mahal untuk mendatangkan keuntungan balik, seperti yang terjadi di klub-klub Eropa dan belakangan tren itu diikuti klub-klub liga Tiongkok.

Bintang-bintang lapangan super mahal dengan harga yang tidak masuk akal telah mewarnai industry sepakbola modern, baik di Eropa maupun di Liga Tiongkok. Namun "sirkus" mega transfer itu tampaknya akan berakhir jika keinginan Asosiasi Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) terlaksana.

Presiden UEFA asal Slovenia, Aleksander Ceferin dikabarkan tengah mempertimbangkan secara serius untuk memperkenalkan pembatasan gaji guna membangun tingkat permainan. "Klub-klub terkaya bertambah kaya, dan celah antara mereka dengan lainnya semakin besar," ujarnya kepada majalah mingguan Mladina yang berbasis di Ljubljana, Slovenia.

Pembatasan itu menurutnya ditujukan sebagai jembatan memperkecil celah di antara klub-klub terkaya Eropa dan lainnya, serta mencegah tim-tim papan atas menimbun pemain dalam daftar gajinya. "Pada masa yang akan datang, kami akan harus mempertimbangkan secara serius kemungkinan membatasi anggaran pendanaan klub untuk gaji para pemain," ujarnya.

Walau tanpa memberikan kerangka waktu yang spesifik berkaitan dengan kebijakan UEFA itu, namun ia mengemukakan bahwa masalah anggota tim yang membengkak gara-gara banyak klub elit membeli pemain yang tidak mereka butuhkan dan "mereka berakhir di tempat yang tidak jelas."

"Diperkenalkannya pembatasan gaji akan memaksa klub-klub untuk lebih rasional. Ini akan menjadi pertempuran besar, dan memenanginya dalam opini saya akan mewakili perubahan bersejarah," ujarnya.

UEFA pada 2012 mulai memperkenalkan serangkaian peraturan berkaitan dengan keuangan yang adil atau Financial Fair Play (FFP), yang dirancang untuk mencegah klub-klub menghabiskan uang lebih banyak daripada pemasukan mereka. Namun, UEFA memperhalus peraturan itu tiga tahun kemudian untuk berusaha mendorong investasi baru dan tahan lama di klub sepakbola Eropa.

Ceferin, yang menggantikan Michel Platini sebagai Presiden UEFA pada September 2016, juga berkata bahwa organisasinya belum memiliki rencana untuk memperkenalkan video asisten wasit pada pertandingan-pertandingan. Sistem Video Asisten Wasit (Video Assistant Referee/VAR) saat ini sedang diuji coba pada Piala Konfederasi di Rusia sebagai percobaan untuk Piala Dunia 2018.

"VAR akan memerlukan banyak pengujian untuk meyakinkan saya," kata Ceferin. "Kami tidak menolak teknologi, namun UEFA belum memiliki rencana-rencanauntuk memperkenalkan VAR. Untungnya teknologi garis gawang telah disorot meski terdapat banyak kritik." Rtr/drb/S-1

Komentar

Komentar
()

Top