Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian LHK, Rosa Vivien Ratnawati, Tentang Penanganan Sampah Plastik

Semua Negara Harus Bersama-sama Mengurangi Sampah Plastik

Foto : ISTIMEWA

Rosa Vivien Ratnawati

A   A   A   Pengaturan Font

Indonesia dituding sebagai negara kedua memproduksi sampah plastik. Bagaimana penanganan sampah plastik saat ini? Koran Jakarta mewawancarai Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Rosa Vivien Ratnawati, Sabtu (26/7). Berikut petikannya.

Selama ini kita dituding sebagai penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia, tanggapan Ibu?

Pada prinsipnya study yang dilakukan oleh Prof Jambeck masih perlu diikuti study yang lebih detail dan mendalam. Namun demikian, pemerintah Indonesia melihat dan menjadikannya sinyal positif agar kita fokus menghadapi persoalan sampah plastik. Karena ini adalah persoalan global, semua negara harus bersama-sama berupaya mengurangi dan menanganinya.

Kalau dari sisi data, sebenarnya berapa besar sampah plastik dihasilkan per tahun di Indonesia?

Statistik menunjukkan tren sampah plastik di Indonesia tahun 1995 sebesar 9 persen, tahun 2005, 11 persen, dan pada tahun 2016, 16 persen. Namun demikian, sejak tahun ini, khususnya saat isu kantong plastik tidak gratis lagi serta kampanye-kampanye pengurangan sampah plastik yang masif dilakukan akhir tahun 2018, komposisi sampah plastik menurun menjadi 15 persen. Angka 1 persen penurunan dalam tiga tahun adalah hal yang sangat signifikan karena secara tonase, hal tersebut berkisar 650.000 ton dalam setahun.

Bagaimana penanganan strategis sampah plastik sampai saat ini?

Pemerintah melakukan upaya- upaya yang simultan dalam menangani persoalan in. Ada tiga pendekatan secara bersama-sama dilakukan. Pertama, pendekatan perubahan perilaku dengan konsep pencegahan atau pembatasan sampah, gerakan-gerakan zerowaste atau minim sampah mulai menjadi tren di kalangan anak milenial. Misalnya gerakan bawa kantung belanja, nostaw plastic, bawa tumbler, dan sebagainya. Pendekatan ini juga mulai dilakukan daerah -daerah dengan kebijakan pembatasan sampah, khususnya single use plastic.

Kedua, pemerintah mendorong secara maksimal pendekatan circular economy. Sampah yang dihasilkan semaksimal mungkin diupayakan menjadi sumber daya lagi. Oleh sebab itu, upaya memilah dengan terus menumbuhkan instrumen-instrumen seperti Bank Sampah, TPS 3R, sektor informal, PDU (recycling center), MRF (material recovery facility), dan ITF (komposting). Di samping terus mendorong iklim tumbuhnya industri daur ulang dengan baik, pendekatan-pendekatan insentif fiskal, EPR (extended produser responsibility), serta standardisasi produk dan konten daur ulang.

Ketiga, pemerintah juga terus mendorong upaya peningkatan kapasitas pemerintah daerah melalui peningkatan pelayanan, sarana prasarana, dan teknologi. Kebijakan DAK (dana alokasi khusus) Lingkungan Hidup, DID (Dana Insentif Daerah), serta mendorong PLTSa dan Teknologi RDF (refuse derived fuel) pada daerah-daerah tertentu yang memang tepat dan layak untuk diterapkan.

Adakah regulasi pengurangan dan pencegahan sampah plastik?

Dalam PP No 81 Tahun 2012 tentang Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Sampah Rumah Tangga sudah dinyatakan hal tersebut. Hal inilah yang menjadi dasar pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan pembatasan dan pencegahan, seperti di Banjarmasin, Balikpapan, Bali, Bogor, bahkan kota-kota di Papua sudah memulainya.

Apakah regulasi itu sudah efektif di lapangan?

Kita bisa lihat kondisi riilnya, Kota Banjarmasin sudah berjalan selama tiga tahun. Pasar-pasar tradisional di Bali sudah menerapkannya. Intinya adalah masyarakat dapat langsung beradaptasi dengan baik, begitu pemerintah menyiapkan aturannya.

Adakah teknologi pemanfaatan atas sampah plastik kita sudah ke arah sana?

Secara teknologi sudah sangat berkembang, misalnya teknologi sampah plastic to plastic, sampah plastic to fuel, atau sampah plastic to energy/electric.

Bagaimana dengan penggunaan plastik daur ulang atau bioplastik yang sebenarnya (dari singkong)?

Upaya tersebut tentu baik karena pertama, ada upaya daur ulang bahan baku. Kedua, penggunaan material yg terurai di lingkungan. Lebih baik lagi kalau dapat mengurangi dan menghindari penggunaannya, dengan bawa kantong belanja yang dapat dipakai berulang ulang dan bahkan bertahun tahun sehingga tidak ada sampah yang dihasilkan.

suradi/P-4


Redaktur : Khairil Huda

Komentar

Komentar
()

Top