Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sel Darah Merah Pengaruhi Saturasi Oksigen Pasien Covid-19

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Menurunnya saturasi oksigen darah berpengaruh pada kondisi pasien Covid-19. Peneliti menemukan SARS-CoV-2 menginfeksi sel darah merah yang belum matang, mengurangi kadar oksigen dalam darah dan juga merusak respons kekebalan.

Beberapa orang dengan derita Covid-19 mengalami penurunan saturasi oksigen dalam darah. Saturasi oksigen sendiri berarti ukuran persentase oksihemoglobin atau hemoglobin yang terikat oleh oksigen dalam darah.
Penyebabnya turunnya saturasi oksigen dalam darah berhasil diungkap oleh studi yang dilakukan oleh Faculty of Medicine and Dentistry University of Alberta, Kanada. Studi berhasil menjelaskan mengapa pasien Covid-19, baik yang dirawat di rumah sakit dan yang tidak mengalami hipoksia, atau rendahnya kadar oksigen dalam jaringan tubuh.
"Kadar oksigen darah yang rendah telah menjadi masalah yang signifikan pada pasien Covid-19," kata pemimpin studi sekaligus profesor di Fakultas Kedokteran & Kedokteran Gigi Universitas Alberta, Shokrollah Elahi. "Karena itu, kami pikir salah satu mekanisme potensial adalah bahwa Covid-19 berdampak pada produksi sel darah merah," lanjut Elahi seperti dikutip Science Daily edisi 2 Juni lalu.
Dalam penelitian tersebut, Elahi dan timnya memeriksa darah 128 pasien Covid-19. Para pasien tersebut terdiri dari mereka yang sakit kritis dan dirawat di ICU, yang memiliki gejala sedang dan dirawat di rumah sakit, dan yang memiliki versi penyakit ringan atau hanya menghabiskan beberapa jam di rumah sakit.
Hasil penelitian menemukan, pada mereka yang mengalami sakit Covid-19 parah, lebih banyak sel darah merah yang belum matang membanjiri sirkulasi darah. Bahkan komposisinya bisa mencapai 60 persen dari total sel dalam darah. Sebagai perbandingan jumlah sel darah merah yang belum matang kurang dari 1 persen, atau tidak sama sekali, dalam darah individu yang sehat.
"Sel darah merah yang belum matang berada di sumsum tulang dan kita biasanya tidak melihatnya dalam sirkulasi darah," jelas Elahi. "Sel darah merah yang belum matang diluncurkan untuk mengimbangi penipisan sel darah merah sehat," imbuh dia.
Karena berkurangnya sel darah, tubuh kemudian memproduksi lebih sel darah merah secara signifikan guna menyediakan oksigen yang cukup bagi tubuh. Celakanya sel darah merah yang belum matang tidak bisa mengangkut oksigen dan hanya sel darah merah matang yang dapat melakukannya.

Rentan Terhadap Infeksi
Masalah kedua adalah sel darah merah yang belum matang sangat rentan terhadap infeksi Covid-19. Karena sel darah merah yang belum matang diserang dan dihancurkan oleh virus, tubuh tidak dapat menggantikan sel darah merah yang matang yang hanya hidup selama sekitar 120 hari dan kemampuan untuk mengangkut oksigen dalam aliran darah berkurang.
Pertanyaannya adalah bagaimana virus menginfeksi sel darah merah yang belum matang?
Mengacu pada penelitian Elahi sebelumnya, sel darah merah yang belum matang membuat sel-sel tertentu lebih rentan terhadap HIV. Berangkat dari penelitian itu ia menyelidiki sel darah merah yang belum matang memiliki reseptor untuk SARS-CoV-2.
"Darah merah yang belum matang mengekspresikan reseptor ACE2 dan koreseptor, TMPRSS2 yang memungkinkan SARS-CoV-2 menginfeksi mereka," ujar dia.
Dalam penelitiannya Elahi bekerja sama dengan ahli virus dari Li Ka Shing Institute of Virology di University of Alberta, Lorne Tyrrell. Mereka melakukan pengujian infeksi investigasi dengan sel darah merah yang belum matang dari pasien Covid-19 dan membuktikan sel-sel ini terinfeksi SARS-CoV-2 virus.
Elahi menerangkan temuan ini menarik tetapi juga menunjukkan dua konsekuensi yang signifikan. Pertama, virus menginfeksi sel darah merah yang belum matang lalu membunuhnya. Ketika itu terjadi memaksa tubuh memenuhi kebutuhan pasokan oksigen dengan memompa lebih banyak sel darah merah yang belum matang keluar dari sumsum tulang.
Kedua, sel darah merah yang belum matang sebenarnya adalah sel imunosupresif yang kuat artinya mampu menekan produksi antibodi dan menekan kekebalan sel T terhadap virus. Ketika hal itu terjadi membuat kondisi pasien menjadi lebih buruk.
"Jadi dalam penelitian ini, kami telah menunjukkan bahwa sel darah merah yang belum matang berarti respons kekebalan yang lebih lemah terhadap virus," jelas dia. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top