Sekolah Tidak Boleh Memaksa bila Murid Keberatan Belajar Tatap Muka

Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri sebagai panduan belajar-mengajar di sekolah. Sebelum adanya SKB ini informasi terkait dimulainya tahun ajaran baru masih simpang siur. Para orang tua yang khususnya berada di daerah dengan jumlah kasus Covid-19 tinggi juga merasa khawatir anak mereka tertular Covid-19 jika harus bersekolah secara tatap muka.

Untuk mengupas terkait persiapan tahun ajaran baru 2020/2021, Koran Jakarta mewawancarai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Berikut petikan wawancaranya.

Pertimbangan apa saja yang dikedepankan terkait dimulainya tahun ajaran baru?

Dalam situasi Covid-19 ini yang terpenting adalah kesehatan dan keselamatan para murid-murid kita, guru-guru kita, dan keluarga mereka. Adapun relaksasi dalam pembukaan sekolah ini dilakukan dengan cara yang paling konservatif yang bisa kita lakukan. Artinya, ini merupakan cara terpelan untuk membuka sekolah sehingga keamanan itu diprioritaskan.

Pembelajarannya akan seperti apa?

Tahun ajaran 2020/2021 itu tidak berubah jadwalnya, tetap saja pada bulan Juli 2020. Jadwal itu tidak berdampak kepada metode pembelajaran yang ada apakah daring ataupun tatap muka.

Untuk daerah dengan zona kuning, oranye, dan merah yang telah didefinisikan oleh Gugus Tugas punya risiko penyebaran Covid-19 itu saat ini dilarang melakukan pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan. Secara persentase saat ini ada 94 persen dari pada peserta didik di jenjang pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah melakukan pembelajaran tatap muka jadinya masih belajar dari rumah.

Enam persen sisanya yaitu yang di zona hijau itulah yang kami perbolehkan kepada pemerintah daerah untuk melakukan pembelajaran tatap muka, tetapi dengan protokol yang sangat ketat.

Bagaimana mekanisme pembukaan sekolahnya?

Satuan pendidikan itu harus berada di zona hijau. Kedua, sekolah harus mendapatkan izin dari pemerintah daerah. Ketiga, satuan pendidikan telah memenuhi persyaratan yang dibutuhkan terkait pembelajaran tatap muka. Meski sudah memenuhi semua, pihak satuan pendidikan juga harus mendapat izin dari orang tua murid untuk memperkenankan anaknya pergi ke sekolah.

Sekolah tidak bisa memaksa. Jadi, jika ada murid yang berkeberatan karena merasa belum aman, murid itu diperbolehkan masih belajar dari rumah.

Apa ini berlaku untuk tiap jenjang?

Pembukaan sekolah di zona hijau untuk yang pertama dimulai dari jenjang menengah ke atas dan sederajat. Baru setelah dua bulan, kalau semuanya masih oke dan semua masih hijau, baru boleh SD dan SLB mulai dibuka. Untuk PAUD jadi yang paling terakhir dan baru boleh pembelajaran tatap muka di bulan kelima kalau zona itu masih hijau.

Kami telah mendapat berbagai macam masukan dan input dari berbagai macam pihak. Menurut kami, ini adalah cara yang paling pelan dan bertahap untuk memastikan keamanan di satuan pendidikan. Yang paling muda atau jenjang paling bawah itu kita terakhirkan karena bagi mereka lebih sulit lagi untuk melakukan social distancing apalagi untuk SD dan untuk PAUD.

Apa saja kesiapan sekolah di zona hijau untuk membuka sekolahnya?

Pertama, ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihan seperti toilet, sarana cuci tangan, hand sanitizer, dan lain-lain. Kedua adalah ada akses ke fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya, itu sangat penting. Ketiga adalah wajib memakai masker dan keempat thermo gun untuk mengecek temperatur suhu siswa dan guru yang masuk.

Kelima adalah beberapa aturan atau protokol kesehatan mengenai kalau ada peserta didik atau pendidik dan tenaga kependidikan yang mungkin punya kondisi medis atau lagi sakit, itu tidak diperkenankan untuk masuk. Terakhir, harus ada kesepakatan dengan komite satuan pendidikan untuk melakukan pembelajaran tatap muka. m. aden ma'ruf/P-4