Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sekolah Swasta Terdampak PPDB Harus Berpacu Tingkatkan Mutu

Foto : Antara/Devi Nindy

Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar meninjau kreasi siswa pada Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang digelar di SMKN 4 Kota Serang, Banten, Senin (15/7/2024).

A   A   A   Pengaturan Font

Serang - Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabarmengatakan sekolah swasta yang terdampak dari sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB) zonasi harus berpacu dalam mutu.

"Jadi silakan untuk berpacu dalam mutu, karena para orang tua akan berhitung tentang mutu pendidikan dan itu menjadi pilihan," ujar Al Muktabar di Serang, Senin.

Al Muktabar mengatakan tidak ada masalah dari sistem PPDB zonasi yang berdampak ke sekolah swasta.

Sebab pemerintah daerah sudah menetapkan bantuan operasional sekolah nasional (Bosnas), bantuan operasional sekolah daerah (Bosda), serta honorarium pada gurunya.

Menurutnya, bersekolah di swasta merupakan pilihan masyarakat dan pada dasarnya tidak ada paksaan untuk bersekolah di milik negeri atau swasta.

"Ada swasta yang mahal sekali biayanya peminatnya juga luar biasa banyak karena para siswa dan orang tua mengedepankan tentang mutu pendidikan mutu proses belajarnya," ujar Al Muktabar.

"Sekali lagi ingin saya ulang, ini adalah pilihan masyarakat. Jangan di dikotomikan, jadi silakan masyarakat memilih," ujar dia.

Al Muktabar mengatakan tugas pemerintah daerah dalam hal ini memberikan sarana prasarana agar pendidikan semakin baik untuk mempersiapkan bonus demografi, demi mencapai visi Indonesia emas 2045.

Di sisi lain, imbas PPDB jalur zonasi menyebabkan penyusutan jumlah siswa baru yang masuk di sekolah swasta, seperti halnya di SMK PGRI 1 Kota Serang.

Wakil Kepala Sekolah SMK PGRI 1 Saepudin mengatakan tiap tahunnya penerimaan di sekolahnya terus menurun selama lima tahun terakhir.

"Siswanya terus menurun, sekarang saja kurang dari 100 siswa baru, yang harusnya satu rombel (rombongan belajar) tiap jurusan 36 siswa, ini hanya enam siswa, dua belas siswa tiap masing-masing jurusan.

Menurut Saepudin, selain siswa, guru yang sudah mengajar puluhan tahun berhenti, akibat kurangnya siswa.

Hanya beberapa orang guru yang bertahan sambil menjalankan aktivitas pembelajaran agar terus bertahan, di tengah sekolah swasta lainnya yang mengambil langkah untuk tutup.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top