Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sejarah Resolusi Tahun Baru dan Praktik Keagamaan 4 Ribu Tahun Silam

Foto : Freepik/Rawpixel

Ilustrasi perayaan tahun baru.

A   A   A   Pengaturan Font

Tahun baru identik dengan resolusi baru. Entah itu, menurunkan berat badan, berusaha lebih rajin, atau memulai investasi, banyak orang yang membuat janji pada diri sendiri untuk mencapai atau mengubah sesuatu dalam hidup mereka.

Faktanya, resolusi tahun baru sudah ada sejak dulu. Orang pertama yang dikatakan melakukannya adalah orang Babilonia sekitar 4.000 tahun yang lalu, mereka juga tercatat sebagai yang pertama mengadakan perayaan untuk menghormati pergantian tahun.

Bedanya, orang Babilonia kuno tidak merayakan tahun baru pada bulan Januari melainkan pada pertengahan Maret ketika tanaman ditanam.

Merangkum laman History, selama festival keagamaan besar-besaran selama 12 hari yang dikenal sebagai Akitu, orang Babilonia menobatkan raja baru atau menegaskan kembali kesetiaan mereka kepada raja yang berkuasa. Mereka juga berjanji kepada para dewa untuk membayar hutang mereka dan mengembalikan benda apa pun yang mereka pinjam.

Janji-janji inilah yang dianggap sebagai pelopor resolusi tahun baru yang umum dilakukan hingga saat ini.

Jika orang Babilonia menepati janjinya, para dewa-dewa akan memberikan nikmat seperrti panen yang melimpah pada tahun yang akan datang. Jika tidak, mereka tidak akan disukai para dewa.

Praktek serupa terjadi di Roma kuno sekitar tahun 46 sebelum Masehi (SM), setelah Julius Caesar mengutak-atik kalender dan menetapkan 1 Januari sebagai awal tahun baru. Ia menamai bulan pertama kalender Romawi dengan nama Janus yang didasarkan pada Dewa Janus.

Dalam mitologi bangsa Romawi, Dewa Janus adalah dewa permulaan dan akhir. Bangsa Romawi percaya bahwa Janus secara simbolis berarti "melihat ke belakang, ke tahun sebelumnya dan ke masa depan".

Untuk merayakan tahun baru, bangsa Romawi akan mempersembahkan korban kepada dewa dan membuat janji untuk berperilaku yang baik pada tahun yang akan datang.

Sementara bagi orang Kristen, hari pertama tahun baru menjadi kesempatan untuk merenungkan kesalahan di masa lalu dan bertekad untuk menjadi lebih baik di masa depan.

Sejak 1740, gereja-gereja Protestan Evangelis, terutama denominasi dan jemaat Afrika-Amerika rutin melangsungkan kebaktian malam setiap malam tahun baru untuk berdoa dan membuat resolusi untuk tahun yang akan datang.

Terlepas dari akar tradisi agama, sebagian besar resolusi tahun baru saat ini merupakan praktik sekuler.

Alih-alih membuat janji kepada Tuhan, kebanyakan orang membuat resolusi hanya untuk diri mereka sendiri. Sayangnya, tak banyak dari mereka yang mampu mewujudkan resolusi tersebut.

Menurut penelitian terbaru, sebanyak 45 persen orang Amerika mengatakan mereka biasanya membuat resolusi tahun baru, namun hanya 8 persen yang berhasil mencapai tujuan mereka.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top