Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sejarah Besar Ini, Buya Syafii Maarif Tokoh Muhammadiyah Ditahlilkan di Masjid NU Jakarta

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Wafatnya guru bangsa, Buya Ahmad Syafii Maarif pekan lalu, Jumat (27/5) meninggalkan duka bagi banyak pihak. Bukan hanya Muhammadiyah, banyak kalangan di luarMuhammadiyah yang kehilangan sehingga ikut mendoakan allahyarham Buya Syafii.

Terbaru, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar doa bagi Buya Syafii Maarif di Masjid PBNU Kramat Raya, Jakarta Pusat pada Kamis petang (2/6) dikutip dari rilis PP Muhammadiyah.

Acara doa bersama sekaligus dilakukan untuk Ketua PBNU 1999-2015, KH Abbas Muin yang wafat pada hari yang sama dengan wafatnya Buya Ahmad Syafii Maarif.

"Ini sejarah, sejak adanya Masjid An-Nahdlah, ada tokoh Muhammadiyah yang ditahlilkan oleh warga NU. Tetapi Buya Syafii adalah tokoh yang tidak saja dimiliki oleh Muhammadiyah, tetapi dimiliki oleh semua golongan umat Islam," ungkap Ketua Lakpesdam PBNU, Gus Ulil Abshar Abdallah

Menurut Ulil, Buya Ahmad Syafii Maarif adalah sosok dengan ketokohan yang melintas batas. Seperti mendiang KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Buya Syafii menjadi tokoh milik semua orang, bahkan tokoh bagi umat agama lain.

"Karena itu yang memberikan duka cita kepada Buya Syafii ketika wafat, bukan hanya warga Muhammadiyah. Saya memantau grup-grup NU banyak yang berduka. Bahkan yang berduka untuk Buya Syafii di kalangan NU tidak kalah dengan Muhammadiyah, karena Buya Syafii adalah tokoh yang dimiliki oleh semua," ungkapnya.

Lebih lanjut, Ulil menyebut bangsa Indonesia bersyukur memiliki tokoh seperti Buya Syafii dan Gus Dur. Ketokohan kedua orang ini tidak terbatas pada organisasi tempat asalnya tetapi mampu melintas batas. Hal ini menurutnya menjadi tantangan bagi NU dan Muhammadiyah untuk memproduksi tokoh-tokoh lain seperti mereka berdua.

"Kebesaran NU ditandai antara lain oleh hadirnya tokoh-tokoh yang bisa melintasi batas seperti ini, sebagaimana Buya Syafii yang melintasi batas kelompoknya sendiri. Gus Dur juga menjadi tokoh yang lintas batas," katanya.

"Dari Buya Syafii kita belajar untuk menjadi tokoh yang melintasi batas," imbuhnya. Sebagai informasi acara ini dimulai dengan pembacaan yasin yang dipimpin DKM Masjid An-Nahdlah H Syatiri Ahmad.


Redaktur : Eko S
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top