Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Sejarah 21 Desember: Teror Pengeboman Pesawat Pan Am 103 Kejutkan Dunia

Foto : AFP/ROY LETKEY

Bagian depat pesawat Pan Am 103 usai meledak akibat teror bom.

A   A   A   Pengaturan Font

Walau telah terjadi 34 tahun yang lalu, pengeboman pesawat Pan Am 103 masih menghantui publik Britania Raya. Bagaimana tidak, pesawat komersial itu meledak 31.000 kaki di udara dan menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat.

Penerbangan pesawat Pan Am 103 dengan tujuan New York dilaporkan meledak di atas Lockerbie, Skotlandia, 38 menit setelah lepas landas dari London, Inggris pada 21 Desember 1988.

Insiden keji itu menewaskan 259 orang dari 21 negara, termasuk 190 warga Amerika Serikat (AS). Tak hanya itu, 11 warga negara Skotlandia juga dilaporkan tewas terhantam reruntuhan badan pesawat di darat.

Pemboman Pan Am 103 bahkan dikategorikan sebagai tindakan terorisme terbesar terhadap AS hingga serangan World Trade Center pada 11 September 2001 oleh al-Qaeda.

Setelah penyelidikan panjang selama tiga tahun, barulah pada November 1991, Departemen Kehakiman dan pejabat Skotlandia bersama-sama mendakwa dua warga Libya, Abdelbasset al-Megrahi dan Lamen Fhimah. Keduanya didakwa atas tuduhan menempatkan bahan peledak di kaset portabel dan pemutar radio yang ada di dalam sebuah koper di pesawat.

Libya versus Barat

Pemerintah Libya awalnya menolak untuk menyerahkan Megrahi dan Fhimah. Namun, rentetan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akhirnya membuat Pemerintah Libya menyerahkan kedua tersangka untuk diadili di tempat netral di Belanda.

Pada tahun 1999, pemimpin Libya Muammar Gaddafi akhirnya sepakat menyerahkan keduanya untuk dituntut oleh pengadilan Skotlandia yang duduk di bekas pangkalan Angkatan Udara AS di Belanda.

Pada tahun 2001, Megrahi dijatuhi hukuman seumur hidup atas 270 tuduhan pembunuhan. Sementara Fhimah dibebaskan.

Namun, otoritas Skotlandia membebaskan Megrahi pada 2009 dibebaskan atas dasar kemanusiaan pada 2009 setelah dia didiagnosis menderita kanker prostat. Langkah itu sontak memicu kemarahan publik, termasuk Robert Mueller yang saat itu menjabat sebagai direktur FBI.

"Tindakan Anda melepaskan Megrahi tidak bisa dijelaskan karena merugikan keadilan. Memang tindakan Anda membuat olok-olok aturan hukum. Tindakan Anda memberi kenyamanan bagi teroris di seluruh dunia," tulis Mueller kepada Kementerian Kehakiman Skotlandia.

Barulah pada pemerintahan George W. Bush setuju untuk mencabut sanksi PBB dan AS terhadap Libya; menghapus Libya dari daftar negara sponsor terorisme; melanjutkan hubungan diplomatik dengan Libya; dan membuka kedutaan di Tripoli setelah Libya setuju untuk meninggalkan terorisme, menghentikan program senjata nuklirnya, dan memberikan kompensasi sebesar 2,7 miliar dolar AS kepada keluarga korban Pan Am 103.

Tersangka Lain

Setelah 34 tahun berlalu, Abu Agila Mohammad Mas'ud Kheir Al-Marimi, seorang mantan pejabat intelijen Libya yang dituduh membuat bom dalam pengeboman pesawat Pan Am 103 akhirnya berhasil diekstradisi ke AS.

Ia hadir di pengadilan federal pada 12 Desember 2022, dengan tuduhan melakukan tindakan terorisme internasional.

Ekstradisi Mas'ud menandai tonggak sejarah dalam penyelidikan selama puluhan tahun.

"Meskipun hampir 34 tahun telah berlalu sejak tindakan terdakwa, banyak keluarga yang tidak pernah pulih sepenuhnya," kata Asisten Pengacara AS Erik Kenerson dalam persidangan yang dihadiri oleh kerabat korban, seperti dikutip dari The Associated Press.

Sehari sebelumnya, Departemen Kehakiman AS mengumumkan bahwa Mas'ud telah ditahan di AS, dua tahun setelah terungkap bahwa mereka telah mendakwanya sehubungan dengan ledakan tersebut.

Melansir AP, pengumuman dakwaan terhadap Mas'ud pada 21 Desember 2020, bertepatan dengan peringatan 32 tahun pengeboman dan pada hari-hari terakhir masa jabatan Jaksa Agung AS, William Barr.

Saat dakwaan disampaikan pemerintah AS, Mas'ud berada dalam tahanan Libya. Pengumuman itu menjadi penanda karir bagi Barr, yang dalam tugas pertamanya sebagai jaksa agung pada awal 1990-an telah mengumumkan tuntutan pidana terhadap dua pejabat intelijen Libya lainnya.

Dalam kasus Mas'ud, dakwaan Departemen Kehakiman yang baru dibuka mencakup tiga dakwaan terkait ledakan, termasuk penghancuran pesawat, yang mengakibatkan kematian.

Walau begitu, jaksa penuntut mengatakan pihaknya tidak akan mengejar hukuman mati bagi Mas'ud karena jenis hukuman itu tidak tersedia untuk kejahatan khusus tersebut pada saat pengeboman terjadi.

Pengakuan Mas'ud dan Keterlibatan Pemerintah Libya

Sebuah terobosan dalam penyelidikan Departemen Kehakiman itu terjadi ketika para pejabat AS pada tahun 2017 menerima salinan wawancara Mas'ud dengan penegak hukum Libya pada tahun 2012 setelah ditahan setelah runtuhnya pemerintahan pemimpin negara, Muammar Gaddafi.

Kala itu Mas'ud merupakan seorang ahli bahan peledak lama untuk dinas intelijen Libya.

Melansir AP, pejabat AS mengatakan, Mas'ud dalam wawancaranya mengaku membuat bom dalam serangan Pan Am dan bekerja sama dengan dua komplotan lain untuk melakukan serangan itu.

Dia juga mengatakan operasi itu diperintahkan oleh intelijen Libya. Mas'ud bahkan menuturkan ia dan anggota tim lainnya menerima ucapan terima kasih dari Gaddafi setelah serangan itu.

Pernyataan tertulis itu mengatakan Mas'ud mengatakan kepada penegak hukum Libya bahwa dia terbang ke Malta untuk bertemu Megrahi dan Fhimah.

Dia menyerahkan kepada Fhimah sebuah koper Samsonite berukuran sedang yang berisi bom, setelah diinstruksikan untuk menyetel pengatur waktunya sehingga perangkat tersebut akan meledak tepat 11 jam kemudian.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top