Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Migrasi Kuno

Seberapa Jauh Pengaruh Orang Austronesia Menyebar ke Luar Pasifik?

Foto : Wikimedia
A   A   A   Pengaturan Font

Sekitar 4.000 tahun yang lalu, rumpun Austronesia muncul di Taiwan. Mereka kemudian bermigrasi ke wilayah terjauh di Pasifik, dan dampaknya yang bertahan lama melampaui batas-batas Oseania.

S

ebelum mencoba menjawab pertanyaan tentang pengaruh Austronesia di luar Pasifik, mari perlu melihat siapa yang disebut dengan orang-orang Austronesia itu. Tidak ada masyarakat yang hidup saat ini yang merupakan salinan persis dari apa yang berkembang di Taiwan sekitar 4.500 tahun yang lalu dan dikenal sebagai budaya Austronesia.

Ahli bahasa menciptakan istilah Austronesia untuk menggambarkan bahasa-bahasa Asia dan Oseania yang serupa di bawah satu garis keturunan rumpun budaya. Oseania terdiri bekas Polinesia seperti New Zealand, Melanesia (termasuk mulai Maluku sampai New Guinea) dan Mikronesia.

Sulit untuk mendefinisikan secara tepat apa itu budaya Austronesia. Namun dengan melihat genetika, bahasa, dan arkeologi, akan lebih mudah untuk menunjukkan apa yang luar biasa tentang budaya kompleks ini.

Budaya Austronesia berkembang pada periode Neolitikum di Taiwan dengan seperangkat budaya material yang unik dan berbeda dari yang ada sebelumnya. Ini termasuk tembikar lembaran merah yang akan menjadi bagian penting dalam melacak penyebaran mereka di luar tanah air mereka. Namun, mungkin cara terbaik untuk melacak garis keturunan ini berasal dari mempelajari genetika dan bahasa mereka.

"Penelitian terhadap rumpun bahasa Austronesia menemukan bahwa sulurnya membentang di separuh dunia. Dari Madagaskar di barat benua Afrika hingga Pulau Paskah di Cile. Di utara dari Taiwan hingga New Zealand di bagian paling selatan," tulis Arthur Grainer, seorang arkeolog yang berpengalaman dalam kerja lapangan di New Zealand, Papua New Guinea, dan Mikronesia.

Rumpun bahasa ini merupakan bahasa leluhur pendiri Polinesia dan dialek di Melanesia, Mikronesia, Kepulauan Asia tenggara (ISEA), dan bagian lain Samudra Hindia. Bahasa Proto-Austronesia diteorikan berasal dari Taiwan atau Pulau Formosa dan bahasa Portugis.

Bahasa tersebut terbagi menjadi dua cabang, Melayu-Polinesia dan Formosa. Melayu-Polinesia merupakan bagian besar dari rumpun bahasa sehingga kemudian dibagi lagi menjadi subcabang Baratnya (termasuk Madagaskar dan ISEA sebagai contoh) dan subcabang Tengah-Timur (Oseania, New Guinea, dan sebagian besar Mikronesia).

Studi genetika telah menunjukkan bahwa masyarakat Austronesia tidak hanya beragam. Mereka telah menyebar jauh di seluruh dunia ke tempat-tempat yang mungkin tidak terekam oleh arkeologi dan bahasa. Ini termasuk studi yang menganalisis kesamaan antara atribut DNA, termasuk kromosom Y dan haplogroup mtDNA.

Kemunculan atau ketiadaan tanda-tanda khusus dalam DNA kelompok budaya dapat memungkinkan garis waktu permukiman dibangun dan ditempatkan pada peta untuk mengukur penyebaran budaya Austronesia. Misalnya, sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2015 menerapkan metode analisis ini pada DNA dari permukiman di Madagaskar dan menyimpulkan bahwa mereka terkait dengan Austronesia di Indonesia.

Dari sudut arkeologi menambah kekayaan fakta yang telah ditetapkan sebelumnya yang dikemukakan oleh studi bahasa dan genetika tentang sejauh mana penyebaran Austronesia di luar Pasifik. Sebuah artikel yang diterbitkan pada tahun 2016 melaporkan tentang arkeologi pertanian yang terungkap di lapisan paling awal permukiman Madagaskar.

Para arkeolog menemukan bahwa selama periode yang sama, impor tanaman Asia, termasuk jewawut dan beras, jarang terlihat, tetapi di pulau lepas pantai hal itu jauh lebih umum, yang menunjukkan jaringan yang dekat dengan kampung halaman mereka. Jenis catatan fisik ini jarang terjadi di pulau itu dan menyoroti perlunya lebih banyak pekerjaan.

Tembikar lembaran merah di ISEA membantu memetakan penyebaran mereka yang masih mempraktikkan teknologi tersebut. Sebuah makalah tahun 2017 melaporkan tentang pecahan tembikar yang ditemukan di Sulawesi utara yang berasal dari 2.000 - 1.800 sebelum sekarang (before present/BP) dan merupakan tanda perluasan mereka ke arah barat.

Tembikar juga menunjukkan seberapa jauh ke selatan mereka masuk ke daratan utama Papua New Guinea (PNG). Dalam sebuah artikel tahun 2015, tembikar di sepanjang pantai utara PNG menunjukkan budaya Austronesia mempengaruhi budaya Papua dataran tinggi.

Selain itu, pada tahun 2010 tembikar yang ditemukan di sepanjang pantai selatan PNG di Teluk Caution menunjukkan pot Lapita ditemukan lebih jauh ke selatan daripada yang tercatat sebelumnya. Dengan demikian diketahui budaya Austronesia menyebar lebih jauh dari Pasifik.

Percampuran Budaya

Budaya Austronesia juga menyebar dari tanah air mereka di Taiwan sekitar 4.000 tahun yang lalu dan bergerak ke timur selama seribu tahun berikutnya. Di sana, kompleks budaya Lapita lahir dari percampuran masyarakat Papua di Kepulauan Bismarck.

Mereka memperkenalkan teknologi seperti tembikar, rumah panggung, dan jenis pertanian baru, yang mengubah kehidupan masyarakat Papua. Sekitar 3.000 tahun yang lalu, masyarakat Austronesia bermigrasi ke barat saat mereka memperluas lingkup budaya mereka ke ISEA.

Studi tembikar menunjukkan bahwa, seperti di Kepulauan Bismarck, pulau-pulau ini merupakan rumah bagi banyak kelompok budaya yang berbeda yang mengarah pada percampuran berbagai budaya Asia. Hal ini menyaksikan perkembangan gaya tembikar baru atau pengenalan teknologi baru seperti yang terlihat di Pasifik.

"Migrasi ini berlanjut melintasi Samudra Hindia hingga nenek moyang masyarakat Austronesia menetap di Madagaskar 1.300 tahun yang lalu. Pada saat itu, masyarakat yang datang untuk tinggal di pulau Afrika yang besar itu berbeda dengan mereka yang meninggalkan Taiwan," ungkap Grainer.

Meski dari penampilan berbeda namun mereka memiliki bahasa dan genetika yang menjaga asal usul tetap aman. Mereka membawa beberapa impor dari Asia, seperti beras dan millet, tetapi juga berinteraksi dengan pemukiman pesisir Afrika yang menyebabkan lahirnya budaya Malagasi.

Studi lain mengamati genetika orang Amerika selatan dan penduduk yang tinggal di Kepulauan Marquesas Selatan, bagian dari negara Prancis, dan menemukan bahwa percampuran DNA menunjukkan adanya interaksi antara kelompok budaya.

"Jadi, seberapa jauh pengaruh Austronesia menyebar ke luar Pasifik? Apa yang telah kami soroti menunjukkan luasnya pengaruh yang membentang dari garis pantai Afrika hingga ke pantai Amerika selatan," tutur Grainer. ν hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top