Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
“Konflik Yaman”

Saudi Berhasil Tangkal Serangan “Drone” Houthi

Foto : Foto: Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

RIYADH - Arab Saudi berhasil mencegat drone bersenjata yang diterbangkan oleh Houthi dari Yaman. Kabar itu disampaikan media pemerintah Saudi Press Agency (SPA) pada Minggu (7/2), atau sehari setelah Amerika Serikat (AS) mencabut Houthi dari label teroris.

"Koalisi militer pimpinan Saudi mencegat dan menghancurkan sebuah drone bersenjata," kata juru bicara Arab Saudi, Turki Al Maliki, kepada Saudi Press Agency.

Namun, insiden ini belum diklaim oleh Houthi yang didukung Iran.

"(Drone) itu diluncurkan secara sistematis dan sengaja oleh milisi teroris Houthi untuk menargetkan warga sipil dan objek sipil di selatan wilayah kami," lanjutnya.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri AS, pada Jumat (5/2), mengatakan secara resmi sudah memberitahu Kongres tentang niatnya menghapus Houthi dari daftar teroris.

Penghapusan itu dilakukan sehari setelah Presiden AS, Joe Biden, mengumumkan berakhirnya dukungan militer "Negeri Paman Sam" untuk operasi Arab Saudi di Yaman.

Kelompok-kelompok kemanusiaan sangat menentang langkah itu, karena membahayakan operasi di negara yang mayoritas warganya bergantung pada bantuan.

Arab Saudi memasuki konflik Yaman pada 2015 untuk mendukung pemerintah yang diakui secara internasional. Sejak itu "Negeri Petrodollar" berulang kali menjadi sasaran serangan lintas batas. Bulan lalu, Arab Saudi melaporkan telah mencegat dan menghancurkan "musuh di target udara" yang menuju Ibu Kota Riyadh.

Perbaiki Catatan HAM

Sementara itu, Juru Bicara Gedung Putih, Jen Psaki, mengatakan pemerintah Amerika Serikat meminta Arab Saudi memperbaiki catatan hak asasi manusianya. AS mendesak Saudi membebaskan aktivis hak perempuan dan tahanan politik lainnya.

"Kami, tentu saja, mengharapkan Arab Saudi memperbaiki catatannya tentang hak asasi manusia (HAM).

Itu termasuk membebaskan tahanan politik seperti pendukung hak-hak perempuan dari penjara Saudi," ucap Psaki.

Komentar Pskai menggarisbawahi niat Presiden Joe Biden menjadikan isu HAM sebagai masalah utama dalam meninjau kembali hubungan AS-Saudi. Pada Kamis pekan lalu, Biden mengumumkan kebijakan pertamanya terkait kerja sama dengan Saudi yakni menghentikan dukungan terhadap operasi militer di Yaman.

Salah satu aktivis paling menonjol yang ditahan pemerintah Saudi adalah Loujain al-Hathloul. Ia gencar mengampanyekan agar mengizinkan wanita Saudi mengemudi.

Keputusan ini menuai kritik internasional pada Desember 2020 ketika Lounain divonis hampir enam tahun penjara oleh pengadilan.

Tokoh lainnya adalah Bader al-Ibrahim, seorang ahli epidemiologi dan jurnalis, dan Salah al-Haidar, seorang komentator media yang ibunya Aziza al-Yousef adalah juru kampanye hak-hak perempuan, ditangkap pada 2019 atas tuduhan terkait terorisme.

n SB/AFP/P-4

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, AFP

Komentar

Komentar
()

Top