Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Tokoh Nasional

Sardjito Berperan dalam Dunia Kesehatan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Indonesia memiliki banyak tokoh yang berjasa dalam bidang kesehatan, salah satunya Prof Dr Mas Sardjito MD, MPH. Sardjito berjasa bagi bangsa Indonesia lewat kiprahnya dalam peperangan dengan membantu pengobatan darurat dan pembuatan obat bagi para gerilyawan pada masa penjajahan.

"Kiprah Sardjito juga dilakukan dalam berbagai riset serta penelitiannya di bidang kedokteran pun turut andil dalam perkembangan medis di dunia," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Sutaryo, di Yogyakarta, pekan lalu.

Hal itu disampaikan Sutaryo terkait dengan peringatan Hari Kesehatan Dunia yang diperingati tiap 7 April oleh masyarakat di seluruh dunia. Peringatan tersebut dirayakan dengan berbagai kegiatan, seperti kampanye kesehatan dan mengenang para tokoh penting dalam dunia kesehatan.

Sutaryo menambahkan World Health Organization (WHO) dalam edaran resminya yang diterbitkan pada 1960 memasukkan Sardjito dalam daftar panel ahli pada bidang Serology and Laboratory Aspects. Wajar saja, peran Sardjito di bidang serologi tidak bisa dibilang sedikit.

Sardjito secara khusus berperan penting saat dia mendapat amanat pemerintah Indonesia untuk mengambil alih Institut Pasteur yang merupakan bentukan Belanda dan menjadi Kepala Palang Merah Indonesia (PMI) Bandung. Didirikan pada 9 September 1945, tambah Sutaryo, PMI tersebut merupakan yang pertama didirikan di Indonesia.

"Di dua tempat itulah, selanjutnya Sardjito meramu berbagai vaksin untuk masyarakat dan tentara Indonesia. Selain itu, dia menjadi pelopor metode transfusi darah dan penyimpanan darah dalam peti es di Indonesia," tutur Sutaryo.

Aktif Menulis

Menurut Sutaryo, Sardjito tergolong seorang yang aktif menulis. Tulisannya yang dimuat dalam media massa, buku, dan publikasi ilmiah tidak hanya membahas seputar kesehatan, melainkan juga berbagai topik lainnya, seperti sosial, budaya, hingga pendidikan.

Pada periode 1914-1941, sebanyak 34 tulisan Sardjito dimuat dalam jurnal medis Belanda, Geneeskundig Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië. Tulisan pertamanya di jurnal itu bahkan dia tulis saat masih menempuh studi di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (Stovia), Batavia (sekarang Jakarta).

Berbagai penyakit Sardjito bahas dalam Geneeskundig Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië, dari diabetes melitus, tifus, disentri, leptospirosis, lepra, hingga penyakit rhinosclerama yang ditelitinya di Minahasa. Namun, hampir separuh tulisan Sardjito pada jurnal terbitan Belanda itu merupakan kajian tentang persoalan lepra dan leptospirosis.

Sardjito, yang tergabung dalam International Leprosy Association, banyak melakukan penyelidikan penyakit lepra di Indonesia pada periode 1932-1942. Ia sempat meneliti tentang pemberian iodin chaulmogras aethylicus dalam terapi lepra.

Sebelumnya, Rektor UGM, Panut Mulyono, mengatakan bagi masyarakat Indonesia, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, nama Sardjito sudah tidak asing. Sardjito identik dengan nama rumah sakit umum pusat di Yogyakarta.

Menurut Panut, nama Sardjito disematkan untuk menghargai jasa di bidang kesehatan dan pendidikan kedokteran. "Sosok bersahaja Sardjito dalam kepribadiannya memiliki semboyan dengan memberi akan menjadi kaya. Semua itu tidak hanya menjadi semboyan belaka karena diamalkan sampai akhir hayat," kata Panut.

YK/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top