Sangat Mencengangkan! Diam-Diam Tiongkok Ciptakan Drone Pengintai. Ingin Kalahkan Punya AS?

Negara Tiongkok telah melakukan penerbangan CH-5 perdana di lapangan terbang yang dirahasiakan di provinsi Gansu, China pada Agustus 2015. Penerbangan perdana CH-5 berlangsung sekitar 20 menit. Tidak jelas apakah pesawat tak berawak itu sudah beroperasi dan beroperasi dengan Tentara Pembebasan Rakyat atau tidak.

CH-5 yang dibuat oleh China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC) memiliki prototipe kendaraan udara tak berawak (UAV) serangan dan pengintaian terbaru dan paling mampu. Caihong 5 (CH-5), atau Rainbow 5, yang telah dipamerkan selama Pameran Penerbangan & Dirgantara Internasional China ke-11 tahun ini yang diadakan di Zhuhai dari 1 hingga 6 November, IHS Jane's Defence Weekly melaporkan pada 7 November.

Menurut seorang pejabat senior China Aerospace Science and Technology Corporation, medium-altitude long-endurance (MALE) CH-5 memiliki lebar sayap 21 meter dan dapat membawa muatan hingga 1.200 kilogram (laporan sebelumnya menunjukkan 900 kilogram), yang 2,6 kali lebih banyak dari drone tempur sebelumnya dari seri CASC CH.

Secara total, CH-5 dapat membawa hingga 16 senjata udara-ke-darat termasuk Lan Jian 7 (Blue Arrow 7) laser-guided air-to-surface missiles, TG100 laser/INS/GPS-guided bombs, dan AR- Rudal anti-tank 1/HJ-10. Drone milik Tiongkok atau UAV itu memiliki berat lepas landas maksimum lebih dari tiga ton. Jangkauan operasi drone hingga 250 kilo meter melalui data link line-of-sight, atau 2.000 kilometer ketika komunikasi satelit digunakan, lapor IHS Jane Defense Weekly.

Namun, laporan lain menunjukkan bahwa jangkauan maksimum UAV adalah 6.500 kilo meter dan pada akhirnya akan ditingkatkan menjadi 10.000 kilo meter. Waktu penerbangan CH-5 juga akan diperpanjang dari saat ini 60 jam menjadi 120 jam.

IHS Jane's Defense Weekly juga mengungkapkan bahwa CH-5 dilengkapi dengan "mesin bahan bakar berat (HFE) 330 hp yang memberikan daya tahan operasi hingga 60 jam dengan keandalan tinggi, meskipun ini dapat diganti dengan 300 hp mesin bensin yang menawarkan daya tahan hingga 39 jam, opsi HFE memungkinkan CH-5 mencapai kecepatan berkeliaran 180 hingga 220 kilo meter per jam dan kecepatan maksimum lebih dari 300 km/jam, dengan ketinggian layanan 30.000 kaki (7.000 m)."

Selanjutnya, pejabat China Aerospace Science and Technology Corporation mengkonfirmasi bahwa drone akan dapat beroperasi secara mandiri menggunakan navigasi waypoint yang telah diprogram sebelumnya.

Menurut kepala desainer seri CH di China Academy of Aerospace Aerodynamics, Shi Wen, CH-5 mampu terhubung dengan drone tempur lain untuk melakukan misi bersama. Kelebihan lainnya adalah CH-5 mampu melakukan joint strike bersama pendahulunya, CH-3 dan CH-4, karena mereka dapat berbagi data link dan sistem kontrol yang sama.

Oleh karena itu, sangat mudah bagi pengguna CH-3 dan CH-4 saat ini untuk memperkenalkan dan mengintegrasikan CH-5 ke dalam jaringan drone mereka," kata Shi. China Aerospace Science and Technology Corporation bermaksud untuk mengekspor CH-5, termasuk melisensikan teknologi untuk memproduksi UAV di negara lain.

"Beberapa negara asing telah menyatakan niat untuk membeli CH-5, dan kami sedang dalam pembicaraan dengan mereka," kata Shi. Sejumlah negara lain telah membeli drone seri CH di masa lalu, termasuk Mesir dan Irak.

CH-5 dilaporkan dilengkapi dengan teknologi mutakhir termasuk sistem radar penembus dinding yang mampu mengidentifikasi target di balik dinding dan di dalam gedung.

"Teroris memiliki tempat persembunyian mereka. Mereka bisa bersembunyi di semak-semak atau di rumah. Itu mengharuskan kami menembus dinding dan mengidentifikasi benda-benda di dalamnya,'" jelas kepala perancang drone, Ou Zhongming, pada Agustus 2015.

Sementara CASC mengklaim bahwa drone-nya lebih unggul dari UAV MQ-9 Reaper Amerika Serikat, dapat melakukan operasi apa pun yang dapat dilakukan oleh MQ-9 Reaper, dan bahkan lebih baik daripada kendaraan AS, dalam hal durasi penerbangan dan efisiensi operasional.

Menurut Shi secara umum diasumsikan bahwa drone tempur China tertinggal dari rekan-rekan Barat mereka dalam hal kemampuan deteksi dan daya tahan.