Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Solusi Industri

Sampah Diolah Jadi Bahan Bakar Alternatif

Foto : ANTARA/HO-PPID DKI Jakarta

Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono melepas 20 truk membawa hasil Refuse-Derived Fuel (RDF) dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantargebang, Bekasi, Selasa (27/6). Tiap hari dikirim 600-700 ton RDF, sehingga mengurangi volume sampah.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Sampah akan diolah untuk dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif atau Refuse Derived Fuel (RDF) di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. "Pemprov DKI tidak mengeluarkan biayaselain investasi peralatan dan upah tenaga kerja," ujar Penjabat Gubernur DKI Jakarta, HeruBudi Hartono,di Bantargebang, Bekasi, Selasa (27/6).

Dia sempat melepas 20 truk hasil RFDmenuju ke lokasi pembeli. Dengan adanya pendapatan dari hasil RDF, bisa menambah investasi, juga menambah atau merawat lokasi RDF. Kemudian, tujuan akhirnya juga tercapai untuk mengurangi beban sampah Bantargebang dan Jakarta.

Investasipengolahan RDF yang mulai tahap pembangunan 2018. Ini merupakan salah satu upaya mengurangi tonase sampah Jakarta. Hasil RDF dari olahan sampah dengan nilai kalori dan spesifikasi tertentu dapat dijadikan bahan bakar alternatif pengganti batu bara.

Hasil RDF tersebut dibeli oleh PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk dan PT Solusi Bangun Indonesia (SBI). "Itu merupakan tindak lanjut perjanjian Badan Layanan Umum Daerah Unit Pengolah Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup dengan PT Indocement dan SBI," ucap Heru.

Perjanjian itu mengatur penjualan RDF dari pengelolakepada industri semen sebagai penjamin hingga lima tahun ke depan dan bisa diperpanjang. Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jakarta, Asep Kuswanto, menambahkan tidak ada nilai kontrak, melainkan nilai pengiriman dari hasil pengolahan sampah.

Hasil dikirim mengirim ke Indocement seberat 625 ton per hari. Kemudian, ke SBI 75 ton per hari. Jadi, bukan nilai kontrak rupiah. Nanti dibeli oleh Indocement dan SBI dengan minimal harga 24 dollar AS per ton "Kami akan memperoleh pendapatan dari penjualan RDF dan sampah pun berkurang," jelas Asep.

Asep melanjutkan RDF ini cocok diterapkan di Bantargebang dan Jakarta. Ini mengingat kondisi wilayah yang bersuhu panas sehingga mendukung proses pengeringan secara alami dalam pengolahan sampah. Selain itu, dalam prosesnya, RDF masih membutuhkan tenaga manusia, sehingga dapat menyerap tenaga kerja bidang lingkungan hidup.

Kapasitas pengolahan sampah pabrik RDF, 1.000 ton/hari sampah lama dan 1.000 ton/hari sampah baru. Lalu, dapat menghasilkan RDFsebanyak 700-750 ton/hari.

Proses pengolahan sampah menjadi RDF terdiri atas tahap penyaringan, pemilahan,pencacahan, dan pengeringan. Kualitas RDF yang dihasilkan memenuhi spesifikasi teknis industri semen.

"Hasilnya bisa digunakan pihak lain, seperti Indocement. Kita saling membutuhkan dan bersama mengurangi sampah. Dengan menggunakan hasil RDF, juga bisa membantu mengurangi emisi," kata Asep.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top