Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pergantian Pimpinan

Saatnya BRI Kembali Fokus ke Kredit Petani dan Nelayan

Foto : KORAN JAKARTA/WACHYU AP

Aktivitas karyawan di pusat treasury Bank BRI.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pergantian Direktur Utama (Dirut) PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk mesti dijadikan momentum bagi BRI untuk kembali ke tujuan awal berdirinya, yaitu sebagai bank petani dan nelayan. Selama ini, BRI dinilai terlalu fokus kepada korporasi besar sehingga mengabaikan perannya sebagai agen pembangunan seutuhnya.

Bahkan, BRI sekarang terkesan hanya mengumpulkan dana pihak ketiga milik petani dan rakyat di perdesaan, kemudian disalurkan sebagai kredit ke korporasi atau pengusaha besar.

Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Imron Mawardi, mengatakan BRI memiliki posisi strategis sehingga pemerintah harus memosisikan bank ini sebagai tulang punggung finansial bagi pembangunan wilayah per desaan menuju kemandirian pangan.

"Jangan jadikan BRI sekadar memikirkan keuntungan dengan membantu korporasi besar. Sebab hanya BRI yang mampu menjangkau pelosok desa di seluruh Indonesia," katanya saat dihubungi, Jumat (30/8).

Imron berharap Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Senin (1/9) bisa menghasilkan keputusan yang memberikan tugas kepada direksi baru untuk mengembalikan peran BRI. "BRI harus memfasilitasi bukan hanya kredit bagi petani, nelayan, dan desa, tapi juga sistem dan teknologi pembangunan pertanian, nelayan, dan ekonomi perdesaan secara holistik," ujarnya.

Menurutnya, BRI adalah bank retail terbesar karena jaringannya terluas sampai kecamatan-kecamatan sehingga memiliki posisi yang strategis. Maka sudah seharusnya BRI diformat pemerintah untuk konsen pada sektor pangan yang selama ini selalu tertinggal.

"Sekarang ini hanya BRI yang menjangkau sampai ke desa-desa. Jadi, memang seharusnya BRI mengarah ke sana, bukan semata-mata mencari laba, karena BRI sekarang labanya paling besar. Lagi pula, dana pihak ketiga yang dikumpulkan mesti dikembalikan ke petani, bukan malah disalurkan ke pengusaha besar," ujar Imron.

Krisis Keuangan

Dihubungi terpisah, pengamat ekonomi dari Universitas Ibnu Khaldun, Ahmad Iskandar, mengungkapkan jika BRI mengabaikan peran petani dan nelayan pada waktunya nanti akan terkena dampak dari krisis pengusaha besar. "Sekarang ini banyak pengusaha besar yang kesulitan dana. Kalau kredit BRI mengalir ke pengusaha besar maka terbayangkan masalah yang dihadapinya. Ingat, krisis keuangan dimulai dari kegagalan pengusaha besar mengembalikan kredit," paparnya.

Baca Juga :
Kembali Ditahan

Iskandar menjelaskan, selama ini petani dan nelayan kesulitan permodalan untuk meningkatkan teknologi. "Petani dan nelayan selalu terkendala meningkatkan produksi. Kalau BRI memberikan modal untuk sistem dan teknologi, maka petani dan nelayan akan bangkit, daya saing meningkat, dan akhirnya memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional," ujarnya.SB/YK/AR-2

Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top