Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Saat Marsekal Hadi Singgung Peristiwa Pearl Harbour dan Kemenangan Azerbaijan di Perang Nagorno Karabakh

Foto : Istimewa

Ilustrasi peristiwa Peal Harbour dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Hari Rabu (31/3), Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menghadiri secara virtual seminar air power yang diselenggarakan oleh Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau). Hadi hadir sebagai keynote speech.

Di seminar itu, orang nomor satu di TNI ini menyinggung soal peristiwa Pearl Harbour, sebuah peristiwa sejarah perang yang menandai masuknya Amerika Serikat dalam kancah Perang Dunia II. Kata Hadi, peristiwa Pearl Harbour juga jadi catatan sejarah, bagaimana kekuatan udara jadi salah satu dalam sebuah peperangan modern.

"Kita masih ingat bagaimana Armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbour dilumpuhkan oleh skuadron pesawat pembom dan pesawat tempur Jepang yang diluncurkan dari kapal induk," kata Marsekal Hadi, seperti dikutip dari keterangan tertulis Puspen TNI yang diterima Koran Jakarta, Minggu (4/4).

Perang Dunia II, lanjut Hadi, menjadi catatan sejarah yang lengkap bagi kebangkitan kekuatan udara sebagai senjata mematikan baru dalam pertempuran. Dan, dalam hampir setiap konflik modern di dunia, air power atau kekuatan udara menjadi penentu kemenangan.

"Dalam sejarah peperangan modern menunjukan bahwa kekuatan udara menjadi game changer di medan pertempuran," katanya.

Tidak hanya peristiwa Pearl Harbour, kata Hadi, yang jadi bukti, di mana kekuatan udara begitu menentukan dalam sebuah pertempuran besar. Peristiwa perang di Nagorno Karabakh, antara militer Azerbaijan dan Armenia, adalah bukti terbaru dari begitu menentukannya sebuah kekuatan udara

"Kemenangan Azerbaijan atas Armenia telah membuka mata dunia terhadap kekuatan udara baru yang efektif, efisien dan mematikan, yaitu pesawat tempur nir awak atau Unmanned Combat Aerial Vehicle (UCAV)," ujarnya

Saat ini, menurut Marsekal Hadi, kemampuan UCAV atau pesawat tanpa awak tidak hanya digunakan untuk misi penyerangan saja. Tapi, drone-drone taktis dan strategis tersebut telah digunakan untuk menjadi mata di angkasa atau eyes in the sky untuk kepentingan di masa damai.

"Bila kita mencermati dinamika lingkungan strategis di kawasan, khususnya Indopasifik, trend konflik yang berpotensi terjadi akan berada di domain maritime," imbuhnya.

Lalu bagaimana dengan TNI? Kata Hadi, saat ini TNI tengah mengembangkan konsep Network Centric Warfare (NCW). Konsep ini telah menjadi visi TNI untuk melakukan integrasi kesisteman seluruh Alutsista TNI. Sehingga kedepan interoperabilitas akan menjadi budaya organisasi TNI dan berfungsi sebagai jantung kekuatan gabungan matra-matra TNI.

"Tantangan tersebut harus dicermati dan disikapi serta menjadi alasan utama mengapa kita membutuhkan transformasi air power TNI Angkatan Udara. Dan, seminar air power Seskoau yang diselenggarakan ini merupakan saat yang tepat bagi TNI untuk berdiskusi dan bertukar pandangan guna menyiapkan diri menghadapi berbagai tantangan kedepan," tuturnya.

Ia pun mengajak seluruh peserta seminar untuk bersama-sama berfikir kritis dan inovatif. Sehingga menghasilkan terobosan-terobosan baru untuk mewujudkan visi luhur kita bersama. Tak lupa, di akhir sambutannya, orang nomor satu di TNI ini menyitir salah satu pesan Bung Karno.

"Kuasai udara untuk melaksanakan kehendak nasional, karena kekuatan nasional di udara adalah faktor yang menentukan dalam perang modern.

Pesan Proklamator Republik Indonesia tersebut masih kita rasakan relevan hingga saat ini dan pesan tersebut harus kita jadikan sebagai motivasi dan inspirasi untuk mewujudkan air power TNI Angkatan Udara," pungkasnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top