Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Saat Jenderal Besar Murka

Foto : Istimewa

Jenderal Sudirman.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Jika melihat sosok jenderal Sudirman, panglima tentara Indonesia yang pertama, tidak ada kesan, ia seorang yang temperamental. Dan penggambaran lewat foto-fotonya atau lewat patung yang dibuat tentang dirinya, sang jenderai adalan sosok yang kebapakan. Tenang dan meneduhkan.

Tapi siapa sangka, jika jenderal Sudirman pun pernah marah besar. Bahkan bukan sekedar marah biasa. Tapi marah yang sudah menjadi murka. Dikisahkan saat detik-detik menjelang Belanda melakukan agresi militer ke Yogyakarta. Saat itu Jenderal Sudirman sedang terbaring sakit.

Minggu adalah hari libur. Banyak orang di Yogya menikmati hari liburnya Termasuk juga para pegawai pemerintanan dan sebagian tentara republik. Tapi ketenangan hari libur itu berubah jadi ketegangan, saat terdengar raungan pesawat yang kemudian diikuti oleh bunyi ledakan bom dan rentetan senjata. Itulah tanda dimulainya agresi militer Belanda yang tidak disangka-sangka pihak republik.

Komandan Kompi I Kapten Cokropranolo yang juga salah satu ajudan Jenderal Sudirman, setelah tahu Belanda menyerang Yogyakarta segera bergegas menuju ke rumah Jenderal Sudirman yang saat itu sedang terbaring sakit. Setiba di sana, Cokropranolo melapor ke sang jenderal, bahwa Belanda telah menyerang ibukota.

Ketika Cokropranolo melapor, Jenderal Sudirman sedang terbaring di tempat tidurnya. Mendengar laporan itu, Jenderal Sudirman langsung marah. Bahkan saking marahnya, sampal Jenderal Sudirman bangkit dari tidurnya. Istrinya sampai menahan tubuh sang jenderal yang masih lemah karena sakit.

Jenderal Sudirman marah besar, karena agresi Belanda sama saja dengan pengkhianatan terhadap perjanjian gencatan senjata yang disepakati Belanda dengan pihak republik.Marahnya sang jenderal bukan lagi marah biasa. Tapi sudah jadi murka.

Karena setelah itu, sumpah serapah kepada tentara Belanda pun keluar dari mulutnya. Bagi sang jenderal besar soal membela negara adalah harga mati. Bahkan saat dilantik jadi panglima tentara, dalam sumpahnya, Jenderal Sudirman menegaskan akan melindungi negara sampai titik darah penghabisan.

Meski marah besar, Jenderal Sudirman masih berpikir jernih. Ia tak langsung memutuskan langkah sendiri. Tapi kemudian mengutus salah satu ajudannya, Soepardjo Rustam menghadap Presiden Soekarno di istana. Presiden adalah panglima tertinggi. Jenderal Sudirman tak mau melangkahi Presiden untuk mengambil tindakan sendiri.

Kepada Soepardjo Rustam, ajudannya, Jenderal Sudirman berpesan untuk menyampaikan situasi genting yang terjadi. Dan berharap Presiden langsung mengeluarkan perintah kepada dirinya untuk melawan Belanda.

Tapi karena Soepardjo Rustam tak kunjung kembali. Jenderal Sudiman pun dengan dipapah Cokropranolo, memutuskan pergi sendiri ke istana menghadap pada Presiden. Sejarah pun mencatat, Jenderal Sudirman memutuskan untuk keluar Yogyakarta memilih berperang lewat jalan gerilya. Sementara Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditahan Belanda.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top