Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 12 Okt 2019, 01:00 WIB

Ruang Berkreasi Mengolah Kayu

Foto: foto-foto/Komunitas Hobi Kayu

Komunitas Hobi Kayu menjadi sarana belajar bersama tentang seluk beluk kayu.

Kayu tidak hanya milik tukang kayu. Kayu menjadi milik pecintanya yang memiliki ketertarikan mengolah kayu menjadi sebuah karya. Sebagai barang yang mudah ditemui di masyarakat, kayu mampu mengulik rasa penasaran untuk mengubah menjadi benda beraneka rupa.

Kayu bisa diolah menjadi beragam barang bermanfaat. Meja, kursi, lemari, rak, tempat sepatu, perkakas rumah tangga, mainan anak-anak sampai benda instalasi seperti sepeda maupun mobil, menjadi karya yang dapat dibuat dari kayu.

"Kayu. Material itu memiliki pencinta yang banyak. Nggak hanya laki-laki. Anak muda juga ada," ujar Edo Borne, Ketua Hobi Kayu Chapter Jabodetabek yang ditemui dalam ajang pameran di Pekan Kabudayaan Nasional, Istora Senayan, Jakarta, Selasa (8/10) siang. Terbukti dalam sejumlah worshop yang dilakukan Komunitas Hobi Kayu, beberapa pesertanya tidak hanya laki-laki namun juga perempuan, jumlahnya hampir sama banyaknya.

"Kebanyakan perempuan ingin tahu, kita nggak tahu (alasannya), tapi rasa ingin tahu perempuan lebih banyak," ujar dia. Seperti pada workshop membuat kursi yang dilakukan siang tersebut, setengah dari pesertanya adalah perempuan.

Furnitur yang merupakan barang yang dekat kaum hawa tidak sepenuhnya menjadi alasannya. Selain perempuan, anak muda menjadi kalangan yang memiliki ketertarikan pada kayu.

Teknologi yang telah menjadi keseharian masyarakat dan mengubah kehidupan menjadi lebih cepat tidak selamanya meruntuhkan kecintaan masyarakat terhadap kayu. Beberapa sekolah kejuruan di Jakarta memiliki jurusan mebel dan furniture, seperti SMK 4, SMK 51 dan SMK 52. Hal tersebut membuktikan, ada regenerasi pekerja di bidang perkayuan.

Dengan banyaknya produkproduk kayu, para pekerja di bidang perkayuan yang tidak pernah surut. Sudah selayaknya, barang-barang berbahan kayu menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Namun kenyataannya, barang produksi dalam negeri bersaing ketat dengan barang impor yang terus membanjir.

Hobi Kayu menjadi komunitas berkumpulnya para penghobi kayu maupun kalangan yang berbisnis dalam bidang kayu. Komunitas memiliki visi dan misi untuk mengedukasi para penggiatnya.

Karena sebelum terbentuk komunitas pada 2015, para penggiat kayu lebih banyak berjalan sendiri. Dengan adanya komunitas yang berpusat di Yogyakarta ini, mereka memiliki gerbong untuk saling bertukar pengetahuan maupun pekerjaan.

Pengenalan alat modern merupakan salah satunya. Dengan alat modern seperti gergaji dengan berbagai variasi, para penggiat kayu dapat meningkatkan produksinya hingga 70 persen dibandingkan dengan alat konvensional. Sehingga, ada peningkatan pendapatan.

Saat ini, komunitas memiliki 44 chapter yang terbagi di seluruh penjuru Tanah Air memiliki anggota sebanyak 14 ribu orang. Dari jumlah total anggota, sebanyak 10 persennya merupakan anggota aktif.

Tidak semua anggota berasal dari kalangan pekerja kayu. Beberapa diantaranya bahkan tidak memahami membuat barang dari kayu. Tapi karena adanya minat dan kemauan untuk belajar, lambat laun mereka dapat membuat karya berbahan kayu.

Berbagai kegiatan dilakukan untuk menunjang kreatifitas maupun produktifitas komunitas, antara lain pameran, workshop maupun kompetisi. Selain itu, mereka kerap melakukan kopi darat untuk mempererat komunikasi diantara anggota.

Dengan banyaknya penggiat kayu diharapkan mereka dapat makin berkontribusi terhadap barang-barang yang dibutuhkan masyarakat, terutama yang berbahan kayu. din/E-6

Berkarya, Uang pun Mengalir

Respons konsumen maupun masyarakat menjadi amunisi para penggiat kayu untuk terus menghasilkan karya. Bahkan, krititikan yang dilontarkan tidak pernah menyurutkan semangat.

"Asyiknya (main kayu) orang puas dengan hasil (karya) kita. Apa yang kita bikin dipakai sama orang itu rasanya senang," ujar Fransiskus Radithia, 31 yang ditemui dalam ajang Pekan Kebudayaan Nasional, di Istora Senaya, Jakarta, Selasa (8/10) siang.

Sebagai seorang penggiat karya, laki-laki yang bergelut dengan kayu sejak 2010 tak lepas dari kritik para konsumennya. Biasanya, mereka berpendapat hasil karyanya kurang rapi, bautnya lepas, maupun lemnya lepas. Semua itu, dia anggap sebagai pembelajaran untuk meningkatkan mutu karyanya.

Saat ini, kayu telah menjadi pekerjaan sampingannya selain pekerjaan utama sebagai web development di perusahaan financial technology yang berada di Jakarta Barat. Di sisi lain, melalui kayu, ia bisa membuka lapangan pekerjaan untuk anak muda yang belum memiliki pekerjaan.

"Seenggaknya, saya memperkerjakan orang daripada nganggur, mending ke sini (workshopnya)," ujar dia yang telah memperkerjakan sebanyak empat orang karyawan. Keberadaan karyawan menjadi salah satu tolak ukur bahwa hobi di bidang kayu dapat menghasilkan secara material.

Radit berharap para pekerja di bidang kayu menjadi bagian dari lifestyle. Mereka tidak hanya tukang melainkan menjadi bagian gaya hidup.

Layaknya para pecinta otomotif yang dapat tampil trendi di tengah masyarakat. Demikian pula nantinya, para penggiat dapat ikut ambil bagian dari gaya hidup.

Senada dengan Radit, Fendra Budiono, 33, mengaku senang membuat berbagai perkakas dari kayu. "Kayu itu eksotis," ujar laki-laki asal Riau pendek. Kayu terus menggugahnya untuk berkreasi.

Di awal mula membuat perkakas dari kayu, Fendra bahkan tidak mematok harga untuk karyanya. Lantaran karya yang mendapatkan apresiasi dari orang lain saja sudah membuat hatinya bungah.

Beberapa waktu lalu, kayu telah mampu menyelamatkan ekonomi keluarganya. Setelah resign dari perusahaan tempatnya bekerja, ia memilih membuat karya dari kayu yang akhirnya membuatnya kecanduan.

Dengan modal 5 juta rupiah untuk membeli peralatan sederhana, Fendra memulai usaha di bidang perkayuan sejak tiga tahun silam. Hasilnya, saat ini dia banyak mengerjakan produk custom dari berbagai instansi maupun pesanan perorangan. din/E-6

Tidak Menebang, Mengandalkan Kayu Bekas

Komunitas Hobi Kayu tidak menggunakan sembarang kayu untuk membuat berbagai perkakas. Rata-rata, mereka menggunakan kayu bekas maupun kayu yang dijual oleh pedagang kayu.

Penggunaan jenis kayu tersebut tidak lain untuk menjaga lingkungan. "Kita tidak menebang pohon. Apa yang kita gunakan (kayu) membeli dari usaha dagang kayu," ujar Edo. Sehingga, jika ada kaitannya dengan sertifikat penebangan pohon. Sertifikat tersebut dimiliki oleh pedagang kayu.

Kayu bekas yang digunakan biasanya mengguakan kayu palet yang merupakan bekas kargo. Kayu-kayu tersebut lalu diolah menjadi berbagai barang sehingga dapat menghasilkan nilai jual yang lebih tinggi.

Saat ini, Edo memperkirakan harga jual kayu pale senilai 10 ribu rupiah per meter dengan lebar kurang lebih 10 sentimeter dan ketebalan sekitar 2 sentimeter.

Jati Belanda merupakan jenis kayu yang banyak digunakan para penggiat kayu. Kayu tersebut dianggap lebih mudah diperoleh serta memiliki warna cerah sehingga terkesan up to date.

Dalam sebuah pemeran, kayu Jati Belanda banyak digunakan sebagai pembuat batas antar ruang pamer. Kayu terkesan lunak namun sulit untuk diukir.

Kayu Karet merupakan kayu jenis lainnya yang banyak digunakan oleh penggiat kayu. Kayu tersebut cenderung kuat sehingga sesuai untuk memuat mebel atau furnitur. Dengan warnanya yang kuning cerah, kayu dapat dileburkan ke dalam konsep desain interior, seperti Skandinavia.

Fendra Budiono, 33, termasuk senang mengolah kayu karet menjadi berbagai furnitur. Hal ini lantaran, kayu tersebut cukup banyak terdapat di daerah tempat tinggalnya di Riau.

"Pohon karet yang sudah tidak menghasilkan, biasanya dibiarkan begitu saja," ujar dia. Hal ini lantaran, masyarakat setempat umumnya tidak memahami pemanfaatan kayu yang tidak produktif lagi. Kayu yang digunakan umumnya kayu yang memiliki kadar air yang minim.

Kayu dapat dijemur beberapa bulan, di oven maupun dimanfaatkan sesua masa tebang. Setelahnya, perawatan kayu dapat dilakukan dengan obat anti rayap. Iklim tropis yang panas dan lembab menjadikan rayap mudah merusak kayu. din/E-6

Redaktur:

Penulis: Dini Daniswari

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.