Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Rokan Siap Hidupkan Kembali Lahan Sawit

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Perusahaan Rokan Bono Malaka (RBM) siap mengaktifkan kembali lahan-lahan yang sempat terbengkalai. Lahan-lahan tersebut segera ditanami sawit. Sekarang tengah dimatangkan prosesnya, termasuk mengundang investor atau bank untuk pembiayaan. Demikian dikatakan Presiden Direktur RBM, Rustian, di Jakarta.

RBM sejauh ini memiliki lahan sedikitnya 140.000 hektare tersebar di Bengkulu dan Kalimantan Barat. Semula lahan-lahan tersebut akan ditanami kelapa sawit. Mimpi Rustian adalah menjadikan sawit tuan rumah di Indonesia. "Sawit kita sampai sekarang belum menjadi tuan rumah. Sebab mayoritas sawit dimiliki asing," ujarnya.

Bahkan Malaysia menanam sawit di sini juga sekaligus membawa bank. Ada CIMB atau Maybank. Asing terlalu banyak menguasai sawit nasional. "Sudah waktunya bangsa Indonesia mengelola sendiri industri sawitnya," usul dia.

Rustian memang sempat terhenti membangun industri sawit nasional karena ada surat kaleng lewat Kotak Pos 5.000, sehingga dia harus menghadapi masalah hukum. Namun dengan kesabaran dan ketaatan hukum, masalah tersebut selesai, tanpa mengeluarkan uang sepeser pun.

"Saya ikuti seluruh prosedur hukum sampai selesai. Ini harus menjadi contoh generasi muda. Jangan menyogok kalau terkena masalah hukum. Ikuti saja. Kalau tidak salah, pasti akan menang dan bebas. Itulah yang saya tempuh," tandas pria kelahiran Bagan Siapi-api itu. Dia dituntut JPU 8 tahun, diputus 5 tahun oleh PN dan dikuatkan di PT. Tapi dia menang di MA. "Istilahnya kalah dua kali, menang sekali," ujarnya berseloroh. Dia tidak kabur seperti pengusaha-pengusaha lain.

Prinsip yang dipegang Rustian dalam beperkara: jangan merasa terlalu kuat, tetapi juga jangan terlalu lemah, karena akan mati ketindas. Selain itu, jangan menonjolkan kalau ada kepentingan. Bicara dulu masalah lain.

Dia memberi contoh, saat menghadap Jampidsus waktu itu, Andi Nirwanto, dan jaksa Widyo Pramono (yang kelak jadi Jampidsus juga). Dia malah dua jam berbicara tentang wayang, padahal mau berbicara kasusnya. Karena kelamaan bicara wayang, Rustian sampai lupa ada urusan yang harus disampaikan. Dia baru ingat setelah diingatkan stafnya.

"Saya menghadap Jampidsus. Ngobrol dua jam, tetapi bukan bicara masalah saya. Malah bicara soal wayang. Sampai saya lupa untuk membahas masalah surat-surat yang saya perlukan terkait urusan hukum," katanya.

Sambil memperlihatkan berkas, stafnya lalu mengingatkan, "Pak sudah bilang belum?" Rustian menjawab, "Saya lupa." Rustian lalu balik menemui Jampidsus. Baru bicara keperluan sebenarnya. "Jadi, jangan menonjolkan kepentingan sesungguhnya," tandasnya.

Namun dia sambil tertawa mengatakan, "Untung saya lupa. Kalau tidak lupa, mungkin saya bisa kena uang banyak haaa…haaa. Jampidsus tentu mengira saya punya uang banyak karena lahannya luas."

"Legacy"

Rustian belajar kejujuran, termasuk mengikuti aturan hukum, tanpa menyuap karena pergaulan dengan orang-orang internasional, terutama staf PBB. Orang-orang PBB mengajarkan kejujuran. Maka Rustian juga jujur dalam mengikuti proses hukum, tanpa menyuap sepeser pun.

Dia menekankan ingin meninggalkan legacy (warisan) untuk menghentikan sogok-menyogok dalam masalah hukum yang sekarang marak. Sekarang sedikit-sedikit menggunakan uang untuk memenangkan perkara. "Hentikan suap-menyuap, kalau terjadi masalah hukum," ujarnya.

Memang di negeri ini uang banyak menjadi pemenang hukum. Uang menjadi penguasa hukum. Uang menjadi panglima. Tetapi, kejujuran tetap akan menjadi pemenang sejati pada akhirnya.

Dia lalu menceritakan omongan mantan Kakanwil BPN Pontianak, Emil Poluan. Dia bilang, Rustian punya lahan ratusan ribu hektare kok tidak bisa menundukkan kejaksaan. Rustian lalu menceritakan kejujurannya dalam mengikuti proses hukum. Dia tidak mau menyogok. Ikuti saja prosesnya sampai menang.

Orang yang pernah dijuluki "Penguasa Pejuang" itu mau memberi contoh generasi muda. Ada pengusaha tidak menyogok, juga bisa menang dalam beperkara. "Saya bisa menjadi pakar negosiasi dengan membantu mengegolkan perluasan Zona Ekonomi Eksklusif. Juga ahli perkara, karena tanpa menyuap bisa menang," katanya berseloroh. wid/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top