Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ribuan Jemaah Memeriahkan Acara Maulid Nabi di Ponpes Gus Muwafiq Diakhiri dengan Pesta Makan

Foto : Dok. Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

SLEMAN - Kecamatan Minggir, Sleman, adalah tempat di mana Pondok Pesantren (Ponpes) yang diasuh oleh KH Muwafiq, menjadi tuan rumah untuk acara puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada malam Minggu, tanggal 15 Oktober. Acara Maulid Nabi ini menjadi saksi kedatangan ribuan jemaah yang memadati Ponpes Minggir, Sleman, dengan semangat dan kegembiraan yang tinggi.

Untuk meriahkan acara tersebut, berbagai pertunjukan seni dan selawat dipersembahkan oleh para peserta, termasuk penampilan dari Mafia Sholawat, sebuah grup selawat yang didirikan oleh KH Muhammad Ali Shodiqin, yang dikenal dengan nama Gus Ali Gondrong.

Klimaks acara terjadi setelah rangkaian selawat selesai, ketika para jemaah yang hadir diberikan kesempatan untuk menikmati berbagai hidangan lezat yang telah disiapkan sejak sore. Hidangan-hidangan tersebut meliputi beragam jenis buah-buahan segar, puluhan ayam petarung "ingkung," daging ikan arapaima seberat 122 kilogram, daging kambing, bahkan daging sapi.

Dalam sambutannya, Gus Muwafiq menjelaskan bahwa panitia dengan sengaja menyajikan hidangan terbaik dalam rangka peringatan Maulid Nabi ini. Menurutnya, mengingat acara ini adalah untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, maka sangat wajar jika hidangan yang disajikan pun termasuk dalam kategori terbaik.

"Saya telah menyediakan hidangan-hidangan istimewa seperti durian seukuran truk, kelapa, apel, pir, dan kepala sapi. Saya ingin menekankan, silakan ambil sebanyak yang Anda inginkan, tetapi tolong jangan berebut. Mari ambil dengan penuh ketenangan," ucap Gus Muwafiq pada malam Minggu, 15 Oktober.

Gus Muwafiq juga berbagi kisah sejarah bahwa pada zaman Nabi Muhammad SAW, beliau dan para sahabat menjalani puasa pada hari kelahirannya. Sebagai bentuk penghormatan, para sahabat kemudian menyiapkan hidangan buka puasa untuk Nabi Muhammad.

Mereka memasak berbagai hidangan yang beragam, lalu menyajikannya kepada Sang Nabi. Setelah doa dibacakan, para sahabat pun bersama-sama menyantap hidangan tersebut.

"Makan bersama memiliki makna mendalam. Makanan tersebut memberikan berkah, sehingga daging yang dimakan tidak akan terbakar di api neraka. Oleh karena itu, doa kami adalah 'barik lana temannya waqina 'adhabannar' yang berarti 'jauhkanlah kami dari api neraka.' Setelah menikmati hidangan yang berkah ini, membawanya pulang juga membawa berkat," papar Gus Muwafiq.

Saat tiba waktu makan, suasana menjadi sangat meriah. Ketika pagar pembatas antara tempat hidangan dan penonton dibuka, para jemaah dengan antusias berdesakan untuk mengambil buah-buahan dan hidangan yang tersedia. Beberapa berhasil membawa pulang durian, apel, pir dalam kantong plastik, dan bahkan ada yang membawa nampan berisi nasi ingkung dengan semangat yang membara di atas kepala mereka.


Redaktur : Eko S
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top