Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kemarau Panjang

Ribuah Ha Sawah di Jabar Terdampak Kekeringan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

BANDUNG - Ribuan hektare (ha) sawah di Jawa Barat (Jabar) mulai terdampak kekeringan akibat kemarau panjang yang terjadi tahun ini. Hingga pertengahan Juli 2018, luas lahan pertanian yang terdampak kemarau mencapai 9.311 hektare.

"Rinciannya rusak ringan 5.460 ha, sedangkan 2.610 ha, dan rusak berat 835 ha. Akibat kekeringan tersebut, terdapat lahan pertanian yang mengalami puso seluas 406 ha," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar, Hendy Jatnika, di Bandung, Senin (23/7).

Menurut Hendy, puso paling banyak terjadi di Indramayu seluas 100 ha lebih. Kemudian, disusul Garut seluas 92 ha, Ciamis seluas 77 ha, Kabupaten Sukabumi seluas 67 ha, Majalengka seluas 51 ha, Kabupaten Bogor seluas 51 ha, dan Kabupaten Bandung seluas 3 ha.

Saat ini, tambah Hendy, memang tengah memasuki musim kemarau sehingga debit hujan sudah berkurang, terhitung Juli, Agustus, dan September. Adapun luas lahan terdampak kemarau terjadi hampir di seluruh daerah di Jabar, terutama di wilayah yang belum memiliki sistem irigasi teknis. Seharusnya petani yang punya lahan tanpa irigasi teknis tidak memaksakan menanam padi. Sebaiknya menanam jagung atau kedelai.

Untuk mengurangi dampak lebih luas telah dilakukan pompanisasi bagi lahan yang masih punya potensi air. Alat pompa sudah lama disebar ke dinas terkait di kabupaten dan kota di Jabar. "Pompa sudah siap digunakan, tinggal digerakkan petugas di lapangan dan TNI, tapi kadang kendalanya adalah bahan bakar," jelasnya.

Target Produksi

Meski dihantui kemarau panjang, Hendy optimistis target produksi padi Jabar bisa tetap tercapai mengingat realisasinya hingga pertengahan tahun sudah mencapai 60 persen. Tahun ini, target produksi padi Jabar tahun ini sebesar 12,5 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).

Memasuki akhir Juli, suhu udara di Jakarta makin panas, bisa mencapai 33 derajat Celsius, yang membuat mandi keringat saat siang hari. Bahkan, di sejumlah daerah sudah lebih dari sebulan terakhir tidak turun hujan hingga mengalami kekeringan, seperti di beberapa kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Sebelumnya, Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Herizal mengatakan musim kemarau di Indonesia sangat dipengaruhi oleh Monsun Australia. "Untuk wilayah Indonesia yang paling berpengaruh menyebabkan musim kemarau adalah angin Monsun Australia atau orang sering menyebutnya angin timuran," katanya.

Saat matahari berada di utara ekuator, yaitu pada April, Mei, Juni, Juli, dan Agustus maka wilayah di sebelah utara ekuator memiliki tekanan lebih rendah daripada wilayah selatan ekuator. Akibat dari peristiwa tersebut, tambah Herizal, angin akan bergerak dari wilayah selatan ekuator, yaitu Australia menuju utara (Asia). Angin ini sering dikenal dengan nama angin Monsun Australia.

tgh/SM/Ant/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top